Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Doom Spending di Kalangan Gen Z: Bagaimana Peran Orang Tua Mendidik Pola Konsumsi Bijak?

3 Oktober 2024   08:05 Diperbarui: 3 Oktober 2024   08:18 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Doom spending pada Generasi muda (sumber gambar: Pexels)

Marsha, seorang mahasiswa berusia 19 tahun, baru saja menyelesaikan belanja online besar-besaran. Di keranjang belanjanya terdapat berbagai produk kecantikan, pakaian, dan aksesori yang sebenarnya tidak begitu ia butuhkan.

Namun, dengan diskon besar dan iklan yang terus-menerus membombardirnya di media sosial, Marsha merasa tak kuasa menahan godaan. Begitu selesai berbelanja, ada perasaan menyesal yang mendalam—dompetnya menipis, tetapi keinginannya untuk terus membeli belum juga hilang. Fenomena ini dikenal sebagai doom spending

Doom spending adalah istilah yang mengacu pada kebiasaan berbelanja secara impulsif untuk mengatasi kecemasan, stres, atau perasaan tidak nyaman. Fenomena ini semakin marak di kalangan Generasi Z, terutama sejak masa pandemi, ketika banyak anak muda menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan di depan layar.

Namun, di balik maraknya doom spending ini, ada faktor lain yang sering kali terlewatkan: pola asuh orang tua dalam membentuk kebiasaan konsumsi anak-anak mereka. Bagaimana pola pengasuhan berperan dalam kecenderungan doom spending, dan apa yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya? Mari kita simak lebih dalam.

Doom Spending dan Pola Asuh: Apa Hubungannya?

Banyak orang tua mungkin tidak menyadari bahwa cara mereka mendidik dan memperkenalkan nilai-nilai keuangan kepada anak-anak sejak dini sangat berpengaruh pada pola konsumsi di kemudian hari. Beberapa pola asuh yang sering kali menjadi akar masalah dalam perilaku konsumtif Gen Z meliputi:

1. Memberikan Segala yang Diminta Anak

Orang tua yang selalu memenuhi semua permintaan anak, baik yang perlu maupun tidak, tanpa mengajarkan nilai dari uang dan kerja keras, bisa membentuk kebiasaan belanja impulsif.

Anak-anak yang terbiasa mendapatkan apa pun yang mereka inginkan sejak kecil, akan tumbuh dengan anggapan bahwa segala sesuatu dapat dibeli dengan mudah, tanpa perlu mempertimbangkan kebutuhan atau prioritas.

2. Kurangnya Pendidikan Finansial

Banyak keluarga yang jarang sekali mengajarkan anak-anak mereka tentang manajemen keuangan, seperti bagaimana mengelola uang, menabung, atau memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.

Ketika anak tumbuh dewasa, mereka cenderung tidak memiliki dasar kuat untuk mengelola keuangan pribadi, yang berujung pada perilaku boros atau doom spending.

3. Budaya Materi sebagai Bentuk Cinta  

Beberapa orang tua menunjukkan rasa cinta kepada anak-anak mereka dengan cara membelikan barang-barang mahal. Ini tanpa sadar mengajarkan anak-anak bahwa kebahagiaan terletak pada materi, dan mereka mungkin akan tumbuh dengan mengandalkan konsumsi sebagai bentuk pelarian atau cara mendapatkan validasi.

4. Tidak Memberikan Contoh yang Baik

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika orang tua memiliki kebiasaan berbelanja berlebihan atau sering membeli barang-barang secara impulsif, anak-anak akan meniru pola perilaku tersebut. Mereka tidak akan memahami konsep pengelolaan keuangan yang baik jika tidak ada contoh yang jelas dari orang tuanya.

Mengapa Doom Spending Semakin Marak di Kalangan Gen Z?

Selain faktor pola asuh, teknologi dan media sosial juga memainkan peran besar dalam meningkatkan doom spending di kalangan Gen Z. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dipenuhi dengan iklan yang menargetkan anak muda, serta influencer yang terus mempromosikan gaya hidup konsumtif.

Gen Z, yang selalu terhubung dengan dunia digital, menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap tekanan sosial dan godaan konsumerisme.

Selain itu, pandemi juga memperparah situasi ini. Dengan berkurangnya interaksi sosial dan meningkatnya rasa bosan serta kecemasan, banyak anak muda beralih ke belanja online sebagai bentuk pelarian. Mereka merasa belanja bisa memberikan kepuasan instan di tengah ketidakpastian yang mereka hadapi.

Tips untuk Orang Tua: Membentuk Pola Konsumsi yang Sehat pada Anak

Meski tantangannya besar, doom spending bisa dicegah dengan pendekatan yang tepat dari orang tua. Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak-anak mereka mengembangkan kebiasaan konsumsi yang bijak:

1. Ajarkan Nilai Uang Sejak Dini

Salah satu hal terpenting yang bisa dilakukan orang tua adalah mengajarkan nilai uang kepada anak-anak mereka sejak dini. Ajarkan konsep menabung, bekerja untuk mendapatkan sesuatu, dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Anda bisa memberi mereka uang saku dan mendorong mereka untuk mengelola sendiri uang tersebut, sambil mengawasi bagaimana mereka membelanjakannya.

Misalnya, buat permainan atau tantangan kecil, seperti menabung untuk membeli sesuatu yang diinginkan. Dengan cara ini, anak akan belajar bahwa tidak semua hal bisa diperoleh secara instan, dan kerja keras adalah bagian dari proses untuk mendapatkan sesuatu.

2. Batasi Pemberian Barang Secara Berlebihan

Daripada selalu memberikan apa yang diminta anak, ajarkan mereka untuk menghargai apa yang mereka miliki. Hindari terlalu sering membelikan barang-barang hanya karena anak memintanya. Bantu mereka memahami bahwa mendapatkan sesuatu membutuhkan usaha, dan bukan karena hadiah adalah bentuk cinta.

3. Libatkan Anak dalam Diskusi Keuangan

Cobalah melibatkan anak dalam diskusi keluarga tentang keuangan. Saat berbelanja bulanan, ajak mereka untuk ikut memilih barang-barang yang diperlukan dan jelaskan mengapa memilih barang dengan harga lebih murah tapi berkualitas sama bisa menjadi pilihan yang bijak. Dengan melibatkan anak dalam keputusan finansial keluarga, mereka akan lebih memahami bagaimana uang bekerja dalam kehidupan nyata.

4. Terapkan Aturan tentang Penggunaan Media Sosial dan Belanja Online

Batasi waktu yang dihabiskan anak di media sosial dan ajarkan mereka untuk lebih kritis terhadap iklan. Bantu mereka memahami bahwa tidak semua yang dipromosikan di media sosial adalah hal yang mereka butuhkan.

Sebagai orang tua, Anda juga bisa memantau dan mengontrol akses mereka terhadap platform belanja online, terutama jika mereka masih terlalu muda untuk mengelola kartu kredit atau dompet digital sendiri.

5. Jadilah Contoh yang Baik

Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat ketimbang apa yang mereka dengar. Jadi, tunjukkan kebiasaan belanja yang bijak dalam kehidupan sehari-hari.

Bicaralah tentang pentingnya menabung, membuat anggaran, dan hanya membeli barang-barang yang memang dibutuhkan. Jika Anda sendiri menunjukkan disiplin dalam hal keuangan, anak-anak akan lebih mudah mengikutinya.

6. Dorong Aktivitas di Luar Konsumerisme

Ajak anak-anak untuk lebih banyak terlibat dalam aktivitas yang tidak berpusat pada konsumsi, seperti berolahraga, berkarya, atau melakukan kegiatan sosial. Dengan begitu, mereka akan belajar menemukan kepuasan dan kebahagiaan melalui hal-hal yang tidak melibatkan pembelian barang.

 Menciptakan Generasi yang Bijak dalam Mengelola Uang

Doom spending adalah fenomena yang semakin marak di kalangan Gen Z, tetapi bukan tanpa solusi. Peran orang tua sangat penting dalam membentuk pola pikir dan kebiasaan konsumsi anak-anak mereka.

Dengan pendidikan keuangan yang tepat, contoh yang baik, dan komunikasi terbuka tentang nilai uang, orang tua bisa membantu mencegah perilaku konsumtif yang berlebihan.

Pada akhirnya, yang dibutuhkan adalah keseimbangan. Teknologi dan media sosial memang tak terhindarkan, tetapi dengan pola asuh yang tepat, generasi muda bisa tumbuh menjadi konsumen yang cerdas, bijak, dan mampu mengelola keuangan dengan baik di tengah godaan dunia digital.

Referensi:

1. Rahardjo, Dewi. Generasi Z dan Tantangan Konsumerisme di Era Digital. Jakarta: Penerbit Media, 2022.

2. Purwanto, Budi. Pola Asuh Orang Tua dan Dampaknya Terhadap Perilaku Konsumtif Anak. Bandung: Gramedia, 2021.

3. Sugiono, Ari. Manajemen Keuangan Keluarga untuk Generasi Muda. Surabaya: LKiS, 2020.

4. "The Psychology Behind Doom Spending and How to Overcome It." Psychology Today, diakses pada September 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun