Istilah "socially tone deaf" belakangan ini menjadi viral di media sosial, terutama di platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok.
Frase ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak peka atau tidak menyadari dampak sosial dari ucapan atau tindakannya terhadap orang lain.
Mereka yang "socially tone deaf" sering kali tidak memahami konteks sosial atau perasaan orang lain, yang kemudian menyebabkan kesalahpahaman atau bahkan melukai perasaan orang di sekitarnya.
Apa Itu "Socially Tone Deaf"?
Dikutip dari berbagai sumber, secara harfiah, "tone deaf" berasal dari istilah dalam musik yang merujuk pada ketidakmampuan seseorang untuk membedakan nada.
Dalam konteks sosial, istilah ini digunakan secara metaforis untuk menggambarkan seseorang yang tidak mampu "menangkap" atau "mendengar" isyarat sosial yang penting.
Mereka mungkin berkata atau melakukan sesuatu yang tidak pantas dalam situasi tertentu, tanpa menyadari bahwa apa yang mereka lakukan dapat dianggap tidak sopan atau tidak sensitif.
Contoh Kasus "Socially Tone Deaf"
Kasus "socially tone deaf" sering muncul dalam situasi di mana ada ketidaksesuaian antara niat seseorang dan dampak dari tindakannya.
Misalnya, seorang tokoh publik yang membuat pernyataan umum tentang masalah sosial yang sensitif tetapi menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak menunjukkan empati yang cukup.
Hal ini sering kali memicu reaksi negatif dari masyarakat, yang merasa bahwa tokoh tersebut tidak memahami atau tidak peduli dengan penderitaan yang sebenarnya dialami oleh kelompok tertentu.
Di media sosial, istilah ini sering digunakan untuk mengkritik selebriti, politisi, atau individu lainnya yang berbicara atau bertindak dengan cara yang dianggap tidak peka terhadap keadaan atau emosi orang lain.