Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belajar Pada Janji

21 Agustus 2024   16:30 Diperbarui: 21 Agustus 2024   16:30 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kotak pemilihan suara (Sumber gambar: Freepik)

Di sebuah desa yang subur bernama Desa Harapan, pemilihan kepala desa selalu menjadi peristiwa besar yang ditunggu-tunggu oleh warganya.


Tahun ini, tiga calon telah muncul sebagai kandidat: Pak Darto, seorang petani yang dikenal jujur dan berpengalaman; Pak Surya, seorang pengusaha sukses yang baru pindah ke desa; dan Pak Joko, seorang tokoh muda yang karismatik dan pandai berbicara.

Masyarakat desa terpecah dalam mendukung ketiga calon tersebut. Pak Darto, meskipun bukan yang paling kaya atau pandai berbicara, mendapat dukungan kuat dari para petani dan orang-orang tua yang menghargai kejujuran dan kerja kerasnya.

Pak Surya mengandalkan kekayaannya untuk memikat pemilih, sementara Pak Joko memanfaatkan kepandaiannya dalam berbicara untuk menarik simpati kaum muda.

Hari pemilihan pun tiba. Di balik semangat demokrasi yang dikumandangkan, ada sesuatu yang tak terlihat oleh banyak orang.

Pak Surya dan Pak Joko, diam-diam menjalin kesepakatan rahasia untuk saling mendukung dan mengalahkan Pak Darto.

Dengan uang dan kekuasaan yang mereka miliki, mereka menyusun strategi untuk memanipulasi suara.

Sore itu, ketika penghitungan suara selesai, nama Pak Joko diumumkan sebagai pemenang. Para pendukungnya bersorak sorai, sementara Pak Darto menerima kekalahannya dengan lapang dada, meskipun banyak yang tahu bahwa kemenangannya telah dirampas secara tidak adil.

Setelah pelantikannya, Pak Joko dengan penuh percaya diri berpidato di hadapan warga desa. "Saya berjanji, Desa Harapan akan maju di bawah kepemimpinan saya! Kita akan membangun infrastruktur, meningkatkan pendidikan, dan membuat desa ini menjadi lebih makmur!"

Namun, seiring berjalannya waktu, janji-janji itu mulai memudar. Jalan desa tetap berlubang, sekolah desa masih kekurangan buku, dan program-program yang dijanjikan tidak pernah terlaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun