Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Penyuka kopi penikmat literasi // Scribo Ergo Sum // Instagram: @kangnanang.ah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memaknai Ungkapan "Forgive But Not Forget" Dalam Islam

11 Agustus 2024   12:12 Diperbarui: 11 Agustus 2024   12:19 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaknai Ungkapan Forgive not Forget dalam Islam (Sumber gambar: Pixabay plus diolah sendiri)

Dalam kehidupan sehari-hari, Ungkapan "forgive, not forget" sering kita dengar. Ungkapan ini menggambarkan sikap seseorang yang memaafkan kesalahan orang lain, tetapi tidak melupakan apa yang telah terjadi. 

Dalam ajaran Islam, bagaimana sebenarnya pandangan mengenai konsep ini? Apakah seorang Muslim dianjurkan untuk memaafkan dan melupakan, atau boleh memaafkan tetapi tetap mengingat kesalahan orang lain?

Memaafkan dalam Islam

Memaafkan adalah salah satu perbuatan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW banyak menekankan pentingnya memaafkan kesalahan orang lain. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."
(Surah Al-A'raf: 199)

Ayat ini menunjukkan bahwa memaafkan adalah bagian dari akhlak yang mulia dan merupakan perintah langsung dari Allah SWT. 

Memaafkan juga merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh ridha-Nya. 

Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, memaafkan diibaratkan sebagai tindakan yang memuliakan seseorang. Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang memaafkan kesalahan orang lain, maka Allah akan memuliakannya."
(HR. Muslim)

 Tidak Melupakan, Namun Tetap Berhati-hati

Meskipun Islam sangat menganjurkan untuk memaafkan, tidak ada keharusan untuk melupakan kesalahan yang telah terjadi, terutama jika hal tersebut dapat membawa mudarat di kemudian hari. 

Islam mengajarkan umatnya untuk selalu waspada dan berhati-hati. Dalam beberapa kasus, mengingat kesalahan orang lain bisa jadi penting untuk menghindari perbuatan yang sama terulang kembali.

Contohnya, jika seseorang pernah dikhianati dalam urusan bisnis, ia bisa memaafkan pelaku atas dasar kemanusiaan dan ajaran agama, tetapi di saat yang sama, ia tetap perlu berhati-hati jika berurusan dengan orang tersebut di masa depan. 

Hal ini bukan berarti menyimpan dendam, tetapi lebih kepada upaya melindungi diri dan menjaga kemaslahatan.

Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:

"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
(Surah Ali Imran: 134)

Ayat ini menegaskan bahwa memaafkan adalah bentuk kebajikan yang sangat dianjurkan. Namun, tidak disebutkan bahwa kita harus melupakan sepenuhnya. 

Islam memberi ruang bagi kita untuk mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi tanpa menyimpan dendam atau kebencian.

Tauladan Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik dalam hal memaafkan. Banyak kisah dari kehidupan beliau yang menunjukkan betapa besar hatinya dalam memaafkan kesalahan orang lain, bahkan kepada musuh-musuhnya. 

Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika Nabi Muhammad SAW menaklukkan Makkah.

Setelah bertahun-tahun dianiaya dan diusir dari Makkah, Nabi Muhammad SAW kembali ke kota tersebut dengan pasukan besar. 

Saat itu, beliau memiliki kekuatan untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu menyiksanya dan para pengikutnya. 

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Beliau berkata kepada penduduk Makkah:

"Pada hari ini aku katakan kepada kalian sebagaimana Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: Tidak ada cercaan bagi kalian pada hari ini. Pergilah, kalian bebas."  
(HR. Muslim)

Kisah ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW memilih untuk memaafkan, meskipun beliau memiliki kesempatan dan alasan kuat untuk membalas dendam. 

Namun, dalam konteks ini, memaafkan bukan berarti melupakan. Nabi Muhammad SAW tetap waspada dan bijaksana dalam menyikapi situasi setelah itu. 

Ungkapan "forgive, but not forget" dapat selaras dengan ajaran Islam jika dipahami dengan benar. 

Islam mengajarkan untuk memaafkan kesalahan orang lain sebagai bagian dari akhlak mulia, namun pada saat yang sama, umat Islam diajarkan untuk berhati-hati dan waspada. 

Memaafkan tidak harus diikuti dengan melupakan jika itu berarti mengabaikan pelajaran penting dari kejadian yang telah lalu. 

Namun yang lebih penting dari sekadar mengingat adalah memastikan bahwa ingatan tersebut tidak berubah menjadi dendam atau kebencian, melainkan menjadi sumber kebijaksanaan dan kehati-hatian dalam berinteraksi dengan orang lain. 

Seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, memaafkan dengan hati yang lapang adalah tanda kekuatan iman, sementara waspada adalah tanda kebijaksanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun