Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Budaya Karangan Bunga dan Sebuah Lelucon

31 Oktober 2023   22:14 Diperbarui: 1 November 2023   05:16 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karangan Bunga kerap digunakan sebagai cara untuk menyampaikan sebuah pesan, mulai dari ucapan selamat, hingga belasungkawa, bahkan belakangan karangan bunga digunakan sebagai bentuk dukungan, atau sebaliknya ada juga yang dibuat sebagai bentuk ungkapan kekecewaan

Sebelum menjelaskan terkait awal sejarah budaya karangan bunga, sedikit saya akan menceritakan terkait kejadian beberapa hari yang lalu, yang berhubungan dengan pemberian karangan bunga, yang membuat saya dan panitia "tak habis fikri dan diluar Nurul" hehe..

Menikmati sebuah Lelucon unik

Singkatnya, 5 hari yang lalu, komunitas keagamaan kami sedang mengadakan sebuah acara keagamaan, berupa pertemuan tahunan di sebuah desa yang dihadiri ribuan peserta. 

Beberapa karangan bunga ucapan selamat pun datang dari beberapa pejabat, beberapa diantaranya dilingkungan pemkab, propinsi, dan nasional

Selain menerima karangan bunga, panitia juga mengundang beberapa perwakilan dari mulai pejabat, tokoh masyarakat, tokoh agama, sampai tokoh organisasi kepemudaan, untuk memberikan sambutan di acara keagamaan tersebut.

Namun yang tidak habis pikir adalah, ada kejadian lucu yang mana membuat panitia yang hadir seluruhnya tertawa, karena menyaksikan dimana salahsatu karangan bunga milik salahseorang pejabat publik dalam beberapa jam di bawa kembali oleh pihak perwakilan pejabat terkait

Sehingga video kejadian beberapa staf pejabat membawa karangan bunga tersebut, sontak saja viral dimedia sosial. 

Kejadian diluar nalar, yang tak habis pikir, dan yang seperti lelucon tersebut, membuat saya dan teman teman panitia pada tertawa, karena baru kali ini, mungkin semenjak langit dan bumi diciptakan (menurut saya, he), ada kejadian yang unik tersebut

Sampai tulisan ini dimuat, saya belum memperoleh keterangan alasan mengapa mereka membawa kembali karangan bunga yang telah diberikan tersebut. "Duh, ada ada saja gumamku". Hidup lagi cape capenya, eh, ternyata ada kejadian lucu seperti itu, ya ga apa apalah, lumayan ada hiburan..  hehehe..

Sejarah Karangan Bunga

Dikutip dari berbagai sumber, budaya pemberian karangan bunga telah dipakai sejak zaman dahulu kala. 

Biasanya karangan bunga tersebut diberikan sebagai bentuk penghargaan kepada tokoh pejabat public, atlet, penyair, atau pejuang yang kembali pulang setelah berjuang

Dalam segi jenis dan bentuk tiap negara atau peradaban mempunyai ciri khas masing masing. 

Contoh karangan bunga pada Mesir Kuno yang paling terkenal adalah dalam bentuk tasbih yang dibuat dengan cara menjahit bunga ke pita linen Dn mengikatnya ke kepala

Namun di Yunani kuno, karangan bunga biasanya dibuat dari zaitun, pinus, laurel, atau seledri dan biasanya diberikan pada atelit Olimpiade

Pada zaman kuno karangan bunga terkadang memiliki makna religius, yang mana berisi tulisan tulisan mitologi yunani. Sedangkan di Romawi, karangan bunga berisi tulisan yang merupakan symbol kehormatan

Pada abad XVIII, karangan bunga di meksiko digunakan oleh para biarawati di kepala mereka yang menandakan kegembiraan

Karangan bunga dulunya dibuat menggunakan bunga-bunga yang masih aseli. 

Namun pada abad XIX dimulailah karangan bunga dibuat dengan menggunakan bunga-bunga buatan. Meski demikan bunga asli tetap dipilih sebagai bahan untuk membuat karangan bunga

Dalam perkembangannya seperti sekarang ini, budaya pemberian karangan bunga bukan saja diberikan sebagai bentuk ucapan penghargaan dengan ucapan selamat, atau belasungkawa atas kematian seseorang, namun dalam perkembangannya, karangan bunga diberikan sebagai ungkapan dukungan , atau ungkapan kekecewaan

Yang terakhir bagaimana dengan pengiriman karangan bunga yang kemudian dibawa kembali pulang, apakah sebagai bentuk kekecewaan, ketakutan, atau sebuah frank lelucon, entahlah karena sampai tulisan ini dimuat belum ada konfirmasi. Anggap saja itu sebuah lelucon..hehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun