Mohon tunggu...
Nahdia Nuzulita
Nahdia Nuzulita Mohon Tunggu... Freelancer - Pemula

"Langsamer fortschritt ist besser als kein fortschritt"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gasiang Tangkurak: Cinta Ditolak, Sijundai Bertindak!!

29 Januari 2024   20:24 Diperbarui: 29 Januari 2024   20:27 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : Topsumbar.co.id

Dalam mitos yang berkembang di masyarakat, mengambarkan Sijundai sebagai sosok yang buruk rupa dan suka menganggu manusia. Jadi Sijundai sering menganggu manusia dengan melemparkan batu atau pasir ketika lewat sambil mengeluarkan tawa yang menakutkan.

Dampak dari Sijundai bisa jadi korban akan tergila-gila kepada pemilik gasing atau dampak paling parah koban akan kehilangan kesadaran dan melakukan perbuatan di luar nalar atau normal manusia seperti teriak- teriak, menjambak rambut, menyakiti diri, hingga memanjat dinding rumah.

Bisa dibilang, sijundai adalah ilmu hitam yang sangat kuat yang jika terkena, korban hanya bisa disembuhkan oleh orang yang memiliki gasing ini atau dengan kata lain si korban harus memohon atau meminta bantuan pelaku untuk menghentikan dan menarik sijundai.

Asal usul Gasiang Tangkurak

Dalam cerita yang diceritakan turun temurun, gasing tangkurak lahir dari cerita masa lalu tentang seorang pemuda bernama Sibabau yang menyukai seorang perempuan bernama Puti Losuang Batu. Ketika si Sibabau menyatakan cintanya atau ketertarikannya kepada Puti, si Puti menolaknya dan menghinanya lantaran Sibabau memiliki penyakit kulit dan orang desa mengusirnya. Lalu Sibabau pulang dan memainkan seruling atau saluang dan tak lama Puti Losuang menjadi tergila-gila kepada Sibabu. Dendang seruling yang dimainkan Sibabau kemudian menjadi mantra yang digunakan untuk memangi Sijundai.

Bertolak dari cerita di atas, orang tua dulu selalu berpesan kepada anak gadisnya untuk selalu menjaga lisan dan tingkah laku kepada laki-laki. Hingga ada petuah yang terkenal berbunyi "dek ulah talompek kato, mamanjek dindiang jadinyo. "walaupun singo di dalam paruik, kambiang juo nan kalua" yang berarti kalau berbicara harus berhati -hati, walaupun kita sakit hati tetap kata lembut yang harus dikeluarkan. 

Walaupun zaman sudah berkembang, namun kepercayaan akan sijundai masih tetap eksis di masyarakat Minang sampai sekarang.

Referensi : 

 https://www.topsumbar.co.id/2023/08/ilmu-hitam-gasiang-tangkurak-di-minangkabau-misteri-dan-legenda-di-balik-tradisi-kuno/#google_vignette

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun