Mohon tunggu...
Nahdia Nuzulita
Nahdia Nuzulita Mohon Tunggu... Freelancer - Pemula

"Langsamer fortschritt ist besser als kein fortschritt"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bermakna Dalam, Pepatah Orang Tua Minang tentang Hidup di Perantauan

26 Juni 2021   16:01 Diperbarui: 26 Juni 2021   16:53 1577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karakatau Madang Di Hulu,

Babuah Babungo Balun,

Marantau Bujang Dahulu

Di Rumah Baguno Balun

Pantun yang sering di gunakan dalam menjawab pertanyaan mengapa dalam suku Minang harus merantau? 

Sebagai orang Minang, rantau bukanlah sesuatu hal yang baru. Budaya rantau di Minangkabau telah ada sejak abad 14 di mana ulama-ulama Minangkabau pergi merantau dalam rangka penyebaran ajaran agama Islam. 

Di dalam tradisi Minangkabau, merantau adalah suatu yang wajib bagi bujang (pemuda) Minang. Dalam tradisi ini, seorang laki-laki dianggap dewasa ketika ia sudah merantau dan belajar hidup di negeri orang. Sehingga bisa dikatakan jika merantau ini sudah menjadi konsepsi umum dalam masyarakat Minangkabau. Merantau bukan asal merantau atau sekedar mencari penghidupan sehari-hari tetapi sebagai sarana dalam menstramisi aspek budaya atau adat istiadat Minangkabau dalam sendi Islam. 

'Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah' falsafah inilah yang menjadi filososofi hidup yang dipegang masyarakat Minangkabau, yang menjadikan ajaran agama Islam sebagai landasan atau dasar dalam mengatur tingkah laku dan nilai-nilai kehidupan yang diterapkan oleh adat. 

Ada berbagai faktor yang menyebabkan kenapa laki-laki suku Minang harus merantau, mulai dari sistem sosial masyarakat Minangkabau yang Matrilineal, memperoleh kehidupan ekonomi yang lebih baik, mendapatkan pendidikan yang layak, dan tujuan lainnya.

Sistem sosial yang berkembang dalam Minangkabau adalah sistem matrilinial yang membuat semua warisan yang dimiliki oleh keluarga jatuh kepada anak perempuan dan anak laki-laki berkewajiban untuk melindunginya. Di Minang sendiri, perempuan memiliki hak istimewa dibandingkan laki-laki. Para perempuan Minang berkedudukan dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan keputusan yang dibuat oleh kaum laki-laki.

Di zaman yang serba modern ini, tidak hanya laki-laki Minang yang merantau tetapi juga Perempuan Minang juga demikian. Bisa dikatakan, karena perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Informasi serta adanya pergerakan yang mendukung dan mendorong perempuan dalam menggapai mimpinya atau kita kenal dengan emansipasi wanita mempengaruhi perubahan sistem sosial dalam masyarakat Minangkabau, baik dari pola perilaku maupun kebiasaan dalam adat Minangkabau.

Terlepas dari itu, baik laki-laki atau perempuan Minang memiliki hak yang sama dalam menggapai mimpinya. Tetapi dalam merantau ada pituah atau pepatah yang disampaikan ntah orang tua, mamak, saudara, nenek atau kakek yang dijadikan sebagi prinsip atau pegangan dalam hidup di negeri orang.

Alam Takambang Jadi Guru

Pepatah ini sudah tidak asing di telinga kita, setiap kita bertanya kepada orang Minang mengenai kesuksesannya selalu di awali dengan pepatah ini. Pepatah ini didapat dari hasil turun temurun yang didapat melalui lisan dan juga tulisan. 

Apapun bisa dijadikan sebagai pelajaran hidup ntah itu dari benda mati atau dari makhluk hidup lain. Tidak ada rasa canggung, malu-malu, dan rendah diri dari para perantau dalam memperoleh ilmu. Karena alam diciptakan tidak hanya untuk dimanfaatkan tetapi juga dipahami setiap makna dalam fenomena yang terjadi.

Dima Bumi Dipijak, Disitu Langik Dijunjung

Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung. Hampir semua orang sudah mendengar pepatah ini kan?

Tapi apa kalian sudah tau artinya? Arti dari pepatah ini adalah di mana daerah yang dijadikan tempat perantauan menjadi rumah atau tempat tinggal kedua bagi perantau. Para perantau harus beradaptasi dengan lingkungan, adat istiadatnya, agama, suku, dan lainnya. Ini pula yang menjadi alasan mengapa banyak orang Minangkabau mudah untuk bersosialisasi dengan orang baru. 

Jika merantau ke tanah Papua maka akan menjadi orang Papua, jika merantau ke Kalimantan akan menjadi orang Kalimantan tanpa melupakan nasihat, ajaran, adat, dan aturan yang didapat di kampung asal. 

Apa yang bisa dipakai dan sesuai dengan Islam maka dipakai, karena balik lagi ke pepatah utama 'Adat Basandi Syarak' apa-apa harus disandarkan kepada ajaran Islam. Singkatnya, para perantau harus hidup berdampingan dan membaur dengan masyarakat setempat sehingga ruang geraknya menjadi lebih dinamis.

Musuah Pantang Dicari, Basuo Pantang Diilakan

Di dalam dunia silat Minangkabau, pepatah ini dijadikan pegangan bagi orang yang belajar silat bahwa silat bukan kekuatan yang harus disombongkan tetapi sebagai sebuah keterampilan seni dalam kreatifitas gerak. Untuk informasi aja, jika silat tradisional Minangkabau ini adalah tradisi lisan yang disertai dengan gerakan dan peralatan. 

Para pendahulu mengaitkan silat dengan nilai kemanusiaan yaitu 'silat-urrahim' karena silat adalah kesenian yang diwariskan dengan proses belajar yang menuntut kesungguhan, kesabaran, keterampilan fisik dan akal, serta kematanga jiwa. 

Jadi sebagai perantau harus diutamakan silaturrahim kepada manusia sehingga bisa membentuk hubungan pertemanan bahkan persaudaraan yang hakiki baik dunia maupun akhirat.

Tiado Rotan Akapun Jadi, Tiado Kayu Janjang Dikapiang

Pepatah ini mengajarkan kepada perantau untuk memanfaatkan setiap peluang yang ada. Karena peluang tidak datang berkali-kali. Merantau bukan hanya sekedar mencari penghidupan yang layak tetapi juga sebagai tempat dalam mencari ilmu baru yang suatu saat bisa dibawa kembali ke kampung dan diajarkan sehinggan bisa membantu orang di kampung. 

Dibukak Buhua Deta Datuak, Disamek Kain Saluak Timbo. Kok Gapuak Lamak Tak Dibuang, Dek Pandai Alam Santoso

Para perantau harus pandai dalam pertemanan, jangan menciptakan kemudaratan yang berakibat pada diri perantau. Kebijaksanaan adalah kunci terciptanya keamanan dan kenyaman orang sekitar. Jadilah pribadi yang nggak pelit senyum, ramah, pandai bergaul, dan luaskan pergaulan.

Bajalan Paliharo Kaki, Bakato Paliharo Lidah

Pepatah ini dipesankan kepada semua orang, dalam hidup jika kita mengambil langkah yang salah dan perkataan yang ceroboh akan mendatangkan kesusahan untuk diri kita sendiri, malah bisa menimbulkan perselisihan.

 Pergaulan Minang mengajarkan kita untuk mendahulukan baso jo basi atau sopan santun. Pertimbangkan segala perbuatan dan perkataan kita sebelum diberikan kepada orang lain, rasakan apakah itu dapat menyinggungnya atau tidak. Jika kita melakukan kesalahan maka bertanggung jawablah atas apa yang telah kita lakukan. 

Lauik Sati, Rantau Batuah

Jangan pernah samakan kampung halaman dengan tanah rantau, pasti berbeda dari segi apupun ntah itu kebiasaan, adat istiadat, prilakunya. Ada aturan, pantangan, dan batasan yang harus dipatuhi para perantau, jadi kita tidak bisa seenaknya saja. 

Para perantau haruslah membekali diri degan berbagai pengetahuan mengenai aturan hukum, aspek sosial, norma yang berlaku tak terrkecuali kebiasaan atau tradisi di daerah tempat rantau.

Datang Nampak Muko, Pai Nampak Pungguang

Ingat, kita hanya sebagai tamu yang datang bukan sebagai orang besar sedang berkunjung. Ketika datang berilah kesan yang baik dan jika kirta pergi juga tinggalkan hal yang baik pula. Jangan karena apa yang diiginkan tercapai kita lupa cara berterima kasih.

Nan Tuo Dihormati, Nan Ketek Disayangi, Samo Gadang Bawok Bakawan

Di dalam Minangkabau dalam mengajarkan tatakrama mereka selalu menggunakan aturan yang dikeal dengan " Kato Nan Ampek". Di dalam aturan ini ada sopan santun dan etika yang digunakan seseorang dalam bertutur kata, baik kepada orang yang lebih tua dari kita, lebih kecil dari kita, orang yang sama besar dengan kita dan terakhir untuk orang yang disegani, walau dia lebih kecil dari kita, tapi karena dia disegani banyak orang karna kepandaiannya. 

Ingat nak (kata Ibuku), merantau itu tidak hanya untuk membangkik tarandam atau mencari kejayaan, bukan sekedar pergi menuntut ilmu, bukan sekedar mendapat ijazah. Jauh dari situ, merantau itu untuk memberi keluarga baru, lingkungan baru, teman-teman baru, pengalaman baru, jadi pandai-pandailah dalam bersikap.

Duduak Marauik Ranjau, Tagak Maninjau Jarak

Tidak ada waktu yang terbuang dengan percuma, jadilah produktif. Waktu luang dijadikan untuk mencari solusi, ide, atau melakukan kegiatan yang bermanfaat. 

Bariak Tando Tak Dalam, Bakucak Tando Tak Punah

Ini yang paling bahaya dan penulis selalu mencoba istiqomah agar tidak melakukan hal ini. Jangan menjadi orang yang berlagak pandai, sok pintar, sok tahu segalanya sehingga membuat orang lain jadi risih. Ia kalau benar kalau salah kan malu yang didapat. Di atas langit masih ada satelit..eh salah, di atas langit masih ada langit.

Cadiak Jan Bambuang Kawan, Gapuak Nan Usah Mambuang Lamak, Tukan Nan Tidak Mambuang Kayu

Baik itu di rumah, di sekolah, di lingkungan kerja sekalipun jangan malu meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan masalah yang berat. Jangan terlalu percaya diri kalau kamu bisa mengontrol semuanya sendirian. Ingat kita makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Sama kayak pepatah minang yang ini ' duduak basamo balapang-lapang, duduak surang basampik sampik'. Kalau dikerjakan bersama akan menjadi ringan, tetapi jika dikerjakan sendiri akan terasa sulit.

Sekian dari penulis, sebenarnya banyak pepatah Minang yang bagus bagi para perantau terutama untuk penulis sehingga tidak hanya menjadi pegangan, inspirasi tetapi juga menjadi petunjuk bagi penulis dan pembaca. Tetapi yang perlu dingat adalah jika sudah mendapat ilmu di rantau jangan lupa kembali ke kampung asal karena setinggi-tinggi terbangnya bangau, bakalan pulang ke kubangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun