Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Manusia Adalah Buku yang Hidup

21 Februari 2024   12:11 Diperbarui: 21 Februari 2024   12:39 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerahnya kampung halamanku tercinta, dok. pribadi

Wadas. Rabu, 21 Februari 2024 pukul 09:57 waktu Indonesia bagian barat... 

Tak sadar bahwa kita adalah lembaran-lembaran yang berjalan... 

Yang isinya paragraf, alinea, gugus kalimat, atau perenggan setiap kegiatan kita.... 

Manusia adalah suatu gagasan yang penuh kegiatan.... 

Berbentuk serangkaian kalimat yang saling berkaitan satu sama lain dalam tindakan...

Wacana mini yang terangkai setiap hari...

Bangun tidur adalah penanda dimulainya topik baru... 

Tidur adalah pemisah antara gagasan-gagasan utama yang berbeda...

Istirahat dari satu aktifitas juga menjadi sebuah jeda pun berisikan alenea... 

Segiap aktifitas yang berbeda menjadi satu sub judul dari judul utama satu hari kita... 

Judul hari ini ku pakai untuk buku atau bab dalam buku kehidupan... 

Sekiranya dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku atau bab yang ada... 

Menjadi sebuah kepala karangan dihari yang cerah dan bahagia ini... 

Memang judul utama kita adalah manusia... 

Dengan bermiliar-miliar bab yang ada... 

Satu hari adalah bab yang sangat kecil yang menyertai manusia... 

Setiap aktifitas yang berbeda dalam satu hari, dalam satu waktu, dalam satu jam, bahkan setiap detiknya...

Semua bisa menjadi satu kerangka bahkan bisa lebih dari satu alenea... 

Lebih besar lagi judul bab bulanan, judul bab tahunan, judul bab nama kita...

Kita kecil, kita remaja, kita dewasa, hingga kita berkeluarga... 

Hingga lembaran-lembaran kita dengan anak, cucu dan cicit kita... 

Hingga tutup usia kita dan lembaran cerita diteruskan oleh generasi kita... 

Kiprah kita di dunia, kiprah kita sebagai pemeluk agama...

Kita yang bersosial, bertradisi dan berbudaya, dengan aneka seni rupa dan karya... 

Kita dengan pekerjaan kita... 

Kita dengan kewajiban kita... 

Kita dengan diri kita... 

Kita dengan tetangga... 

Kita dengan nusa dan bangsa... 

Kita dengan sudara... 

Kita dengan dunia... 

Kita dengan alam jagad raya... 

Kita dengan sesama manusia... 

Kita dengan Alloh subhanahu wata'ala... 

Begitulah manusia... 

Seperti sebuah buku yang penuh alenea... 

Ada yang menipu pembaca dengan covernya... 

Ada pula yang mengejutkan dengan isinya... 

Ada yang tampak indah cantik rupawan... 

Ada yang kusam jelek tak menarik dengan sampul yang berantakan... 

Sang pembaca pun tak jarang salah ambil keputusan... 

Tertipu dengan sampul yang dipampangkan... 

Pun isi buku seolah hanya direspon dari keadaan sampul yang seolah telah menggambarkan... 

Isi dan kandungan yang tersirat dalam setiap tulisan... 

Manusia adalah satu buku dengan isi yang unik dan selalu penuh kejutan... 

Setiap lembarannya selalu menyajikan cerita seru yang diperankan... 

Menjadi lakon utama dalam peran kehidupan... 

Sampai mati dan menemui babak baru kehidupan setelah kematian... 

Manusia adalah buku yang terus bersambung... 

Yang tiada henti sampai mati... 

Dan sampai di akhirat nanti... 

Semua terekam oleh-Nya... 

Dan kita adalah pemeran utama dari setiap cerita kita... 

Dan hanya kita yang akan tahu secara utuh peran kita sampai di akhirat-Nya... 

Kelak kita pun akan menonton dengan memutar kembali cerita kita... 

Seluruhnya sedari kita diciptakan di alam ruh sana... 

Hingga masuk ke alam rahim ibu kita... 

Dan cerita kita lahir dan bertumbuh di dunia... 

Dunia yang fana dengan kedok sosial yang manja... 

Manusia yang hanya imgin kita senangkan semua... 

Tapi apalah daya, imam Syafi'i berkata; kita tak pernah mampu menyenangkan semua manusia... 

Cukup bagi kita memperbaiki hubungan kita kepada Alloh subhanahu wata'ala... 

Jangan terlalu peduli dengan penilaian manusia di dunia... 

Semuanya tidak penting bagi kita, semua hanyalah makhluk-Nya... 

Dan akan ada cerita baru yang akan kita perankan setelah kita meninggal dunia... 

Semua balasan dan pertanggung jawaban yang tersisa... 

Seluruhnya setara dengan apa yang kita perankan semasa di dunia... 

Atas respon kita kepada Alloh subhanahu wata'ala... 

Atas waktu-waktu kita yang kita isi dengan segala kegiatannya... 

Apakah kita senantiasa selalu melibatkan sang pencipta disetiap kegiatan kita... 

Timbal balik seperti apa yang kita berikan dalam mensyukuri segala pemberian-Nya... 

Komunikasi yang tak sekedar dua arah dalam menyampaikan kalam-kalam-Nya... 

Keterbukaan tanpa menutup-nutupi seluruh wahyu-Nya... 

Pun tak pernah mengurangi walau satu huruf darinya...

Tidak pula merubah satu ayat, satu kalimat, satu kata atau memperbaharuinya... 

Kemurniannya terjaga menerangkan dengan jelas antara hitam dan putih, abu-abu tak pernah ada... 

Demikian hanya manusia yang mepercayainya yang selalu gembira mendengar setiap ayatnya... 

Kesucian menjadi privasi yang senantiasa terjaga hingga menjadi sebuah kitab yang istimewa... 

Kemesraan dalam cerita hidup yang hanya kita nikmati dengan sang maha Esa... 

Kekayaan hati dan fikiran yang kita selalu penuhi dengan kalam-kalam-Nya... 

Kebahagiaan yang selalu tersemat dalam hati karena siap menemui ajal kita... 

Sejatinya hidup kita hanyalah milik diri kita... 

Berbagi kebahagiaan kepada orang yang salah akan membuat hati dengki dan jumawa... 

Berbagi kesedihan kepada orang yang salah akan mengundang tawa dan menjadi lelucon belaka... 

Dunia adalah penjara yang menjerat ruh didalam raga... 

Tak ada yang berharga semua yang ada di dunia... 

Melainkan waktu yang tidak kita sia-siakan hanya untuk mensucikan-Nya... 

Kesehatan yang kita gunakan untuk bersujud kepada-Nya... 

Fokus yang khusuk menghadap kepada-Nya... 

Biaya yang senantiasa kita gadaikan hanya kepada-Nya... 

Hingga seluruh raga dan ruh selaras menghamba kepada Alloh subhanahu wata'ala... 

Dunia menuntuk untuk manusia bekerja... 

Bekerja keras memang wajib bagi kita... 

Bekerja keras bukan berarti memporsirkan fisik dan tenaga... 

Bekerja keras yang juga cerdas adalah dengan mengelola ide, gagasan dan konsep membangun realita... 

Mendedikasikan seluruh aktifitas pekerjaannya sebagai bentuk dzikir pada Alloh subhanahu wata'ala... 

Bekerja keras dengan masing-masing potensi yang dimilikinya... 

Jangan sibuk dengan dunia hingga lupa akan kiprah kita sebagai manusia dan hamba... 

Kaya adalah sebuah hasil pencapaian dari proses kita... 

Kaya bisa berupa ilmu, tak melulu soal uang dan harta benda... 

Miskin adalah kondisi sementara... 

Miskin harta benda tak menjadi apa... 

Tapi jangan pernah miskin ilmunya... 

Sehingga tetap bisa beradab, moral dan etika dan perilaku sehari-hari kita... 

Semakin kaya ilmu kita... 

Semakin fakir kita akan ilmu-Nya... 

Namun hidup sederhana adalah sebuah sikap kita... 

Begitulah kata Rowan Atkinson dalam kutipannya... 

Setiap dari kita memiliki mimpi dan cita-cita... 

Manusia lain boleh meragukannya... 

Tapi jangan kita meragukan mimpi dan cita-cita diri kita...

Walau terkadang tak jelas tujuannya kemana... 

Tak mengapa, dalam ketidak jelasan arah tujuan kita selalulah penuhi dzikir kepada Alloh subhanahu wata'ala... 

Dan biarkan Alloh subhanahu wata'ala yang memperjelas arah dan tujuan hidup kita... 

Tugas kita hanya belajar dan terus belajar sampai akhir khayat kita... 

Terus mengagali dan menimba ilmu untuk menyaksi segala rahmat dan keagungan-Nya... 

Ilmu menjadi investasi terbaik kita kepada diri kita sendiri... 

Semakin banyak kita belajar akan menjadikan semakin banyak pula yang kita dapatkan... 

Pilihlah jalan hidup kita sendiri... 

Berdirilah dimana kita dihargai... 

Penuhi lembaran-lembaran yang tersisa dengan penuh kebahagiaan sampai kita mati... 

Dan tunggulah kabar gembira yang telah Alloh subhanahu wata'ala janjikan kepada manusia yang sabar menjalani hidupnya... 

Jadikan setiap rasa sakit sebagai bahan bakar untuk menjadi pribadi yang lebih baik... 

Semakin sedikit yang tahu akan diri kita maka semakin tenang dan damai hidup kita... 

Jangan terlalu suka dengan popularitas akan diri kita... 

Tak usah berdebat hanya untuk kemenangan argumen semata... 

Biarkan orang lain memenangkan argumennya... 

Ketenangan pikiran kita jauh lebih penting dari sekedar berdebat dengannya... 

Terus tingkatkan disiplin kita, hingga setiap waktu tak ada yang terlewat sia-sia... 

Relakan diri kita untuk menjalani sebuah rutinitas yang menumbuhkan kita... 

Meskipun sebenarnya kita enggan melakukan diawalnya... 

Karena kita faham itu hal yang penting untuk dilakukannya... 

Membisulah, jangan banyak omong, bertutur seperlunya saja... 

Kita faham untuk menunjukkan sesuatu yang penting itu dengan menunjukkan hasilnya bukan cerita... 

Latih pikiran kita dengan mengendalikan emosi hingga kita menjadi pribadi yang tenang dalam segala keadaan dan suasana... 

Tinggalkan lingkup petemanan dan lingkungan yang malas... 

Walau ramai dengan banyak teman, tapi jika pemalas tak ada manfaatnya... 

Malah kita telah menyita waktu dan mensia-siakan waktu emas kita... 

Waktu yang bisa melahirkan berbagai ide brilian dan gagasan yang istimewa... 

Jangan pernah khawatir akan ejekan, cacian, makian, bullying, hinaan terhadap diri kita... 

Tidak ada gunanya untuk meladeni mereka... 

Justru menguras energi dan membuka pintu amarah kita... 

Jika kita memberikan reaksi kepada pendengki sama saja kita kalah terhadapnya... 

Biarkan semua pendapat milik masing-masing manusia... 

Jangan paksakan pendapat kita, setiap pendapat pastilah berbeda... 

Tanggung jawab kita adalah kebahagiaan diri kita... 

Bukan kebahagiaan orang lain, biarkan diri mereka dengan proses mereka...

Jalani setiap prose kita dengan gembira... 

Jangan sesekali kita menunda-nunda... 

Karena kita memiliki keyakinan terhadap pekerjaan kita... 

Segerakan mana yang mustinya segera... 

Utamakan dan prioritaskan yang utama... 

Semua untuk diri kita bertumbuh dan maju jaya... 

Semua yang baik dalam diri kita, fikiran dan hati kita... 

Akan menjadi magnet yang menarik kebaikan lainnya... 

Dan begitupun dengan sebaliknya... 

Buya Hamka sempat berkata... 

Para pembohong akan terpenjara oleh kebohongan dirinya... 

Orang yang jujur akan menikmati kemerdekaan dalam hidupnya... 

Sejatinya baik kepada diri sendiri adalah penerapan kejujuran yang nyata... 

Kumandang adzan dzuhur telah tiba... 

Latihan menulis cukup sampai disini saja... 

Mohon maaf lahir batin atas segala salah kaliamat dan kata... 

Tulisan yang belum bermutu ini sekiranya menjadikan hati terbuka dan lega... 

Kita telah menciptakan buku paling tebal dalam sejarah hidup kita sebagai manusia... 

Dengan penulisnya adalah dua malaikat utusan Alloh subhanahu wata'ala... 

Dan kelak kita akan mempertanggung jawabkan masing-masing buku catatan amal kita kala didunia... 

Sudah pukul 12:12 WIB, cukup aku akhiri latuhan menulisnya... 

Salam cinta dari pelosok desa... 

Desa mendunia... 

Indonesia jaya... 

Matur sembah nuwun... 

Nitip sehat, semangArt dan jangan lupa bahagia... 

Alhamdulillah... 

Barokalloh... 

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun