Wadas. Sabtu, 03 Februari 2024 pukul 16:57 WIB...
Dikutip dari KBBI disebutkan bahwa:
Langgam Jawa adalah bentuk adaptasi musik keroncong ke dalam idiom musik Jawa tradisional, khususnya gamelan....Â
Genre musik ini masih dapat digolongkan sebagai keroncong...Â
Secara etimologis langgam artinya gaya, model, cara...Â
Langgam keroncong adalah jenis lagu keroncong yang digarap secara keroncong...Â
Sedangkan langgam Jawa adalah jenis lagu keroncong yang digarap secara Jawa yakni gamelan Jawa...Â
Aransemennya dipengaruhi oleh aransemen gamelan Jawa...
Konstruksi keroncong dengan gamelan yang menjadikan tidak samanya dengan gabungan makna daripada bermacam alat musiknya...
Dasarnya adalah musik keroncong dengan peleburan kedalam musik Gamelan Jawa...Â
Langgam memiliki permainan ynag khas dan sukar ditiru oleh orang lain...Â
Baik dari gayanya, modelnya dan caranya...Â
Pun dalam vokal, nyanyian langgam memilii cengkok yang khas...Â
Sangat sulit untuk dipraktikkan...Â
Langgam juga sangat erat kaitannya dengan adat atau kebiasaan...Â
Langgam Jawa identik dengan kelembutan intonasi...Â
Pattern Langgam Jawa sangat unik...Â
Saking lembutnya tak sedikit yang mengatakan klemar-klemer...Â
Padahal untuk menyanyiakan Langgam Jawa itu harus mellaui tahapan penataan hati...Â
Ngelemesno ati alias melemaskan atau melembutkan hati untuk bisa melanggam dengan baik...Â
Semakin lembut hati seorang pelanggam akan semakin lembut dan pelan intonasi Langgam yang disuarakan...Â
Namun artikulasi tetap jelas dan indah karena disuarakan pure dari hati...Â
Dalam bentuk irama lagu, tidak semua penyanyi dapat menyanyikan lagu langgam...Â
Suku Jawa memiliki karya sastra Jawa yakni tembang mocopat...Â
Tembang macapat merupakan suatu karya sastra Jawa berupa nyanyian yang disusun menggunakan suatu aturan tertentu...Â
Tembang macapat seringkali dinyanyikan di dalam suatu pagelaran wayang kulit...Â
Bahkan tembang macapat menjadi salah satu materi dalam kurikulum Bahasa Jawa...
Masih banyak orang yang tidak begitu mengenal karya sastra Jawa yang satu ini...Â
Tembang macapat adalah langgam dan bisa juga merupakan lagu dalam bentuk yang tidak lazim...
Penulisan tembang macapat memiliki aturan dalam tiap jumlah baris dan jumlah suku kata ataupun bunyi sajak akhir tiap baris...Â
Yang biasa disebut guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan...
Menurut Serat Mardawalagu yang dikarang oleh Ranggawarsita...
Macapat merupakan singkatan dari frasa maca-pat-lagu yang artinya adalah melagukan nada keempat...Â
Dahulu tembang macapat disenandungkan tanpa menggunakan iringan apapun dan lebih menggubakan iringan apapun...Â
Lebih mengutamakan pada makna yang terkandung didalam syairnya...Â
Namun seiring dengan perkembangan zaman, tembang macapat disenandungkan dengan iringan gamelan...Â
Tembang macapat terdiri dari 11 jenis tembang yang di dalamnya berisi tentang perjalanan hidup manusia mulai dari lahir sampai mati...
Berikut ini 11 macam tembang macapat lengkap dengan pengertian dan maknanya...
Dikutip dari buku Belajar Bahasa Daerah Jawa untuk Mahasiswa PGSD dan Guru SD oleh Rian Damariswara (2020)...Â
1. Maskumambang
Maskumambang menceritakan tentang fase pertama kehidupan manusia yaitu pada saat masih berada di dalam kandungan...Â
Karakter tembang ini menggambarkan kesedihan, ketidakberdayaan, serta sikap cemas menghadapi kehidupan...Â
2. Mijil
Mijil melambangkan tentang suatu bentuk sebuah biji atau benih yang lahir ke dunia...Â
Atau secara filosofis tembang ini menggambarkan tentang kelahiran manusia di dunia...
Tembang Mijil memiliki watak pengharapan, belas kasih, dan ketabahan menjalani hidup...
3. Kinanthi
Tembang Kinanthi berasal dari kata kanthi yang berarti tuntunan...
Tembang ini memiliki makna tentang pembentukan jati diri, cita-cita serta makna diri...
Tembang Kinanthi memiliki watak penuh cinta kasih dan senang...Â
4. Sinom
Secara bahasa Sinom berarti daun muda...Â
Atau memiliki makna yaitu penggambaran masa muda manusia yang sedang tumbuh dan berkembang...
Tembang Sinom memiliki watak gembira dan senang...
5. Asmarandana
Tembang Asmarandana adalah jenis tembang yang menceritakan kehidupan manusia ketika sedang kasmaran dengan lawan jenisnya...
Makna dari tembang ini adalah tentang kisah cinta yang dialami anak muda yang sedang membara...
Watak dari tembang Asmarandana adalah kasmaran, cinta kasih, sedih dan prihatin...Â
6. Gambuh
Tembang Gambuh menceritakan tentang bagaimana menjalin hubungan antar manusia...
Selain itu tembang ini juga mengajarkan kita untuk membangun hubungan dengan Tuhan...
Tembang Gambuh juga banyak menceritakan tentang kebersamaan, toleransi, dan juga rasa persaudaraan...
Watak dari tembang Gambuh adalah ramah kepada siapa pun serta menjalin persaudaraan yang erat...Â
7. Dhandhanggula
Tembang Dhandhanggula memiliki makna pengungkapan cita-cita dan harapan kepada manusia...
Tembang ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan...
Watak dari tembang Dhandhanggula yaitu kerja keras, kegigihan dan perjuangan...
8. Durma
Tembang Durma menggambarkan sifat dan karakter manusia yang sedang lalai dan ingin menang sendiri...Â
Masa tersebut biasanya dialami oleh manusia dewasa yang telah mampu mendapatkan kesuksesan dan kejayaan hidupnya...
Tembang ini memiliki watak keras, sombong dan angkuh...
9. Pangkur
Tembang Pangkur memiliki makna yaitu sebagai pengingat manusia untuk mengenang masa lalunya yang buruk dan mengajaknya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan...
Pangkur berasal dari kata 'mungkur' yang berarti mundur, menjauhkan diri dan pergi...
Tembang Pangkur memiliki watak gagah, bersemangat serta ketulusan hati yang besar...Â
10. Megatruh
Megatruh berasal dari kata Bahasa Jawa yaitu 'megat' yang artinya berpisah dan 'ruh' yang artinya jiwa...
Tembang Megatruh memiliki makna berpisah dengan jiwa lalu menuju alam keabadian...
Watak tembang Megatruh adalah kesedihan yang mendalam dan berduka...
11. Pocung
Tembang Pocung berada di urutan terakhir dalam 11 fase tembang macapat...
Tembang Pocung menceritakan tentang perjalanan hidup manusia yang paling akhir...Â
Makna dari tembang ini adalah agar kita dapat selalu mengingat kematian...
Watak dari tembang Pocung yaitu berisi nasehat dan bahagia...
Jadi Langgam Jawa dengan aksen tembang macapat alias mocopat itu memiliki notasi yang sangat baik...Â
Pattern nada dengan artikulasi yang sangat jelas dan detail...
Yang dsuarakan dari hati dan dengan sepenuh hati...Â
Jadi sangat keliru ketika menyatakan bahwa Langgam Jawa tembang macapat itu klemar klemer...Â
Bagaimana dengan tartil Qur'an ynag di-Langgam Jawa-kan..?
Bagaimana tartil Qur'an dengan pattern nada tembang macapat..?Â
Apakah hal demikian dibolehkan oleh para ulama..?Â
Banyak ulama kurang suka dengan hal tersebut...Â
Karena secara fiqih ada qiro'ah sab'ah yang mengatur nada baca Al-Qur'an...Â
Tajwid, nahwu dan sharafnya dalam membaca Al-Qur'an itu menjadi pakemnya...Â
Nah bagaimana jika membaca Al-Qur'an dengan Langgam Jawa nada tembang macapat tanpa mengurangi pakemnya..?Â
Tetap saja banyak ulama tidak merekomendasikannya...Â
Bahkan tak sedikit yang menyindir dengan cukup keras...Â
Pun banyak yang saklek melarangnya dengan keras...Â
Dengan alasan apapun tidak membolehkannya...Â
Padahal aku termasuk yang menikmati langgam itu...Â
Membaca Al-Qur'an dengan Langgam Jawa itu meresap sampai kedalam jiwa...Â
Itu yang aku rasakan karena dengan sepenuh hati...Â
Esensi makna dari Al-Qur'an pun mampu terscerna lebih mendalam penghayatannya...Â
Mengapa kalangan para ulama tidak respect akan tartil Al-Qur'an dengan Langgam Jawa ini...Â
Faktor kuatnya dalam aturan ilmu fiqih dimana tata bahasa pelafalan Al-Qur'an telah diturun temurunkan oleh para ulama terdahulu...Â
Yang mana ulama-ulama pencetus itu lahir dari tanah Arab...Â
Jadi otomatis langgamnya mengikuti tradisi dan budaya Arab...Â
Aksen, logat dan artikulasinya ya khas bangsa Arab...Â
Jika saja dulu ulama pencetus qiro'ah sabah adalah orang Jawa...Â
Pastinya langgam Jawa nada tembang macapat akan masuk menjadi nada tartil Al-Qur'an...Â
Terlebih era pedhalangan yang sangat mashur pencetus seni wayang kulit sebagai media dakwah...Â
Yakni dakwah atau syiar Islamnya era Sunan Kalijl Jaga...Â
Langgam Jawa tembang macapat ini tidak klemar-klemer...
Ini adalah kelembutan hati pelantunnya...Â
Penuh dengan penghayatan yang tinggi dan mendalam...
Tanpa hati yang bersih, hati yang lentur, hati yang lembut, hati yang ngelaras...Â
Langgam Jawa, nada tembang macapat tidak bisa dilanggamkan...Â
Hakikatnya manusia terburu-buru dan keras...Â
Jadi mayoritas yang bisa berlanggam jawa tembang macapat ini mereka yang lembut hati...Â
Mereka yang hatinya tertata, lentur, primpen alias teliti dan sangat sabar...Â
Jadi kalau aku, ini murni aku, biar jika salah murni kesalahan ku...Â
Aku tidak mencatut nama ulama-ulama...Â
Pertanggung jawabannya kepada Alloh subhanahu wata'ala ya hanya aku...Â
Aku berfikir islam itu dinamis...
Jadi menurit ku membaca Al-Qur'an dengan nada mcapat langgam jawa itu sah-sah saja...Â
Bahkan mempuisikan Al-Qur'an juga sah-sah saja...
Dengan catatan tidak keluar dari pakemnya...
Tetap dengan memperhatikan Tajwid, Nahwu dan sharafnya...Â
Alloh subhanahu wata'ala suka dengan kindahan...
Tartil dengan nada macapat langgam jawa termasuk memperindah lantunan nada bacaan Al-Qur'an...Â
Mohon maaf atas argumentasi ku ini, memang aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa...Â
Tapi aku rasa Islam itu dinamis...
Terlebih memper indah lantunannya pure dari hati...Â
Wong yang tidak fasih saja kadang lebih cepat direspon oleh Alloh subhanahu wata'ala...Â
Terlebih yang diperindah dari hati terdalam...
Ini suatu seni memperindah bacaan yang berkembang sesuai adat, tradisi dan budaya tempatnya...Â
Ada yang langgam jawa, langgam sunda dll...Â
Setiap daerah memiliki ciri khas dan keunikan langgamnya masing-masing...Â
Hanya Alloh subhanahu wata'ala yang maha tahu akan kebenaran yang haqiqi...Â
Semua rahasia Alloh subhanahu wata'ala...Â
Terkadang sesuatu yang tidak kita setujui justru baik bagi Alloh subhanahu wata'ala atau sebaliknya...Â
Terlebih terkait tradisi, adat-istiadat dan budaya...Â
Semua butuh perenungan atau muhasabah...Â
Semakin bijak dalam menyikapi sesuatu akan semakin tahui esensi dan hakikatnya...Â
Hanya Alloh subhanahu wata'ala dan rosul-Nya yang pasti benar dan bijaksana...Â
Kita kembalikan semuanya kepada Alloh subhanahu wata'ala...Â
Demikian latihan menulis ku petang ini...Â
Sudah pukul 19:47 WIB...Â
Cukup aku akhiri sampai disini...Â
Salam cinta dari pelosok desa...Â
Desa mendunia, Indonesia jaya...Â
Mohon maaf lahir batin atas segala salah ku...Â
Matur sembah nuwun...Â
Nitip sehat, semangArt dan jangan lupa bahagia...Â
Alhamdulillah...Â
Barokalloh...Â
Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H