Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sore Tadi Hormat Jenazah Seorang Pemuda Yang Dia Sering Main ke Gubuk Juga

7 November 2023   21:04 Diperbarui: 8 November 2023   04:13 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedhang mboyan (Dokpri)

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. 

Shalom, om swastyastu, namo buddhaya, wei de dong tian. 

Salam sejahtera bagi kita semua, salam kebajikan. 

Rahayu rahayu rahayu. 

Audzubillahiminassaytoonirrojiim. 

Bismillahirrohmaanirrohiim. 

Selasa, 07 November 2023 pukul 20:07 WIB. 

Semalam ini baru aku buka kompasiana. 

Tadi siang tidur belum ada satu jam dibangunin sama Simbok. 

Jam dua kurang seper empat, dapat kabar duka. 

Tetangga meninggal, namanya dek Dani, usianya jauh dibawah ku, masih sangat muda, usia remaja. 

Kalau pas dirumah dia sering juga main ke gubuk, ngopi sambil mabar sama temen-temennya. 

Kata Simbok ku travel ynag dinaikinya kecelakaan, menabrak belakang truk di daerah cirebon, tadi malam sekitarnya. 

Travelnya itu orang sini juga, kakaknya dari istri paklik ku.

Sopirnya kritis, dek Dani duduk didepan kiri, meninggal ditempat. 

Satu penunpang dibelakang juga wafat, empat atau lima penunpang lain luka ringan dan patah tulang. 

Demikianlah ceritanya, kurang faham kronologinya seperti apa. 

Mobilnya hancur, sebelah kiri yang parah, ditol, jalan kecepatan tinggi, dengar dari ceritanya sih sopirnya ngantuk. 

Aku bangun langsung ke kakus ambil air wudhu, ganti pakaian. 

Aku membawa motor karena mau sekalian ke gubuk ambil sandal, sandalnya keliru digubuk. 

Karena pagi tadi aku ke gubuk, pulang malah sandalnya keliru sandal selen, hitam dan hijau. 

Aku melaju langsung menuju gubuk, dilapangan voli ketemu gerombolan simbok-simbok memetik bunga untuk keperluan jenazah. 

Aku terus melaju sampai sebelum turunan aku parkir motor, turun ke gubuk jalan kaki. 

Masuk gubuk, ganti sandal, langsung jalan keatas lagi, starter motor dan jalan ke depan rumah Simbah. 

Ku parkir motor, terus ke mushola, duduk menunggu jenazah sampai rumah. 

Dek Dani ini rumahnya sebelah barat mushola, rumah kedua dari mushola. 

Banyak orang sudah berkerumun menunggu kedatangan jenazah. 

Aku duduk di mushola bersama Simbah ku dan beberapa orang lain. 

Sembari ngobrol-ngobrol, sampai dengan kumandang adzan ashar, jenazah belum juga datang. 

Semua orang menunaikan sholat ashar berjamaah terlebih dahulu. 

Usai sholat, kamu duduk-duduk lagi diteras mushola. 

Satu jam kemudian dapat informasi bahwa ambulans sudah sampai kecamatan. 

Orang-orang pun berduyun-duyun membentuk satu kerumunan untuk melihat kedatangannya. 

Tak lama sorot lampubsirine terpancarkan dari kejauhan. 

Semakin mendekat dan parkir didepan rumah pak Abdul Khamid, kantong jenazah dikeluarkan masih basah berlumuran darah. 

Sontak tangis pihak keluarga pun pecah. 

Jenazah dek Dani segera dimandikan dan dikafani.

Kemudian acara pamitan dan sholawat mayit oleh pak Kyai Jamzuri dan pak Kyai Imam Marzuki.

Tak lama langsung dibawa ke masjid, kami sholat maghrib terlebih dahulu baru sholat jenazah. 

Lalu mengiringi ke makam. 

Maghrib aku buka puasa air kran masjid, untuk membatalkan puasanya saja. 

Sampai di makam, sejenak menunggu sampai usai menguburnya, tahlil kemudian pulang. 

Lupa aku langsung kerumah, sampai rumah, motor kok tidak ada, ternyata masih dirumah Simbah. 

Tidak jadi masuk rumah, langsung balik jalan ke rumah Simbah. 

Ambil motor, langsung starter balik rumah. 

Sampai rumah, parkir motor, masuk kamar ganti kaus, ke kakus ambil air wudhu, lalu makan buka puasa. 

Alhamdulillah, makan lauk tempe dan sayur kulitso, lalap petai dan jengkol. 

Terus makan buah pepaya, ada buah pisang unyil alias gedhang mboyan juga, tapi belum aku makan. 

Inilah bentuk gedhang mboyan yang sempat aku ceritakan di artikel tempo lalu.

Bentuknya kecil, mulus, rasanya manis pulen, rasanya hamoir seperti pisang ambon tapi lebih gurih. 

Gedhang mboyan (Dokpri)
Gedhang mboyan (Dokpri)

Jadi tadi pagi aku ke gubuk terus ke sawah balong sengaja mau metik pisang ini. 

Nemu durian jatuh juga, tapi durian ya aku kasihkan orang disawah. 

Tadi usai makan buka puasa tak lama kumandang adzan isya'. 

Aku langsung sholat isya', terus membuat minum susu putih, krimer ding, aku bawa ke kamar dan camilan biskuit. 

Aku tadarus dulu tiga surah andalan ku, Yasin, Waqi'ah, Mulk dan Asma'ul Khusna. 

Alhamdulillah usai tadarus, sambil makan cemilan, sambil minum barulah buka kompasiana latihan menulis. 

Cerita paginya, aku sambung besok dah, ini sore ini saja, sudah ngantuk. 

Siapa yang tau batas ajal seseorang, hanya Alloh SWT. 

Malaikat pencabut nyawa sekalipun tahu batas usia dan kematian hanya pas sewaktu Alloh SWT menyuruh untuk menjemput ruh dari raganya. 

Tidak muda tidak tua, dimanapun dan kapan pun, dalam kondisi bagaimanapun.

Terus persiapkan diri saja, entah kapan giliran ku. 

Secerdas-cerdasnya manusia adalah dia yang banyak mengingat kematian. 

Besok aku edit, revisi lagi, rehat dulu, mata tak kuat buat melek. 

Jempol masih pingin ngetik melulu, tapi apalah daya mata tak mau diajak melek. 

Mohon maaf lahir dan batin atas tulisan yang tidak bermutu ini. 

Lanjut besok, edisi revisi.

Selamat malam. 

Salam dari pelosok Desa untuk Indonesia Jaya. 

Indonesia cerdas, Indonesia emas. 

Indonesia sehat, Indonesia hebat, Indonesia kuat. 

Terus melaju, melesat untuk Indonesia maju. 

Matur sembah nuwun. 

Nitip sehat, semangArt dan jangan lupa bahagia. 

Alhamdulillah. 

Barokalloh. 

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun