Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Politik yang Menggelitik ala Indonesia

1 November 2023   20:35 Diperbarui: 2 November 2023   06:17 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. 

Wei de dong tian, om swastyastu, shalom, namo buddhaya. 

Salam kebajikan, salam sejahtera bagi kita semua. 

Rahayu rahayu rahayu. 

Audzubillahiminassaytoonirrojiim. 

Bismillahirrohmaanirrohiim. 

Rabu, 01 November 2023 pukul 15:55 WIB. 

Aku mulai mengencani kompasiana. 

Ku ajak bermesraan lagi setelah tadi pagi sampai dengan siang juga sudah mesra. 

Senang rasa bisa latihan menulis setiap hari. 

Menulis apapun yang ingin aku tulis saja, biarpun tidak bermutu yang penting konsisten latihan menulis. 

Oleh karena itu aku akan sangat bahagia ketika ada yang berkomentar memberikan kritik dan saran. 

Dari itulah aku bisa terus memperbaikainya dan terus maju menuju karya tulis yang baik.

Tanpa ada kritik dan saran latihan menulis ku tidak bisa berkembang pesat. 

Semua orang memang senang dipuji, dikomentari dengan pujian, tapi tak sedikitorsng justru mati karena pujian. 

Jadi mohon masukkan kritik dan sarannya sepedas mungkin, level paling pedas, aku suka pedas kok, tahan panas juga. 

Bagi ku tidak masalah dengan komentar buruk ketika komentarnya sebuah kejujuran, buruk ya harus bilang buruk. 

Jangan tulisan ku yang buruk ini kalian bilang bagus, itu sebuah kebohongan yang justru membunuh ku. 

Bahkan hujatanpun aku selalu terima dengan lapangan dada. 

Karena justru lumayan bisa untuk dijadikan bahan tulisan. 

Semakin dikritisi semakin senang aku, karena dari situ aku bisa semakin bertumbuh. 

Aku bukan manusia yang anti kritik, terlebih kritik yang membangun, betapa bahagianya aku jika ada yang berkomentar kritis kepada ku. 

Sore ini mendung, gemblugur suara petir tapi tidak turun hujan. 

Tadi sudah gelap banget, ini mulai padang lagi walau masih ada awan mendung. 

Kemarin juga sempat gerimis malah, ba'da ashar. 

Gerimis datang mak pletok kroyok-kroyok gitu. 

Ku kira mau hujan lebat, campur angin kencang gitu, e tidak jadi hujan juga. 

Entah kapan Alloh SWT akan kirim hujan dikampung ku. 

Tidak hujan sampai november tahun depan juga tidak apa-apa ya Alloh ya Robbi, aku tetap bahagia kok. 

Sumber mata air di sini banyak kok yang masih deras mengalir, tak lain karunia-Mu. 

Engkau berkahi kampung ku dengan banyak sumber mata air yang tidak pernah mati. 

Aku tahu, semua ketetapan-Mu baik kok, apapun itu pasti terbaik untuk seluruh makhluk mu. 

Sekalipun manusia menganggap itu bencana, yang longsor, banjir, yang kekeringan, kebakaran, yang badai, yang tertimbun es, yang gempa, tsunami. 

Semua atas kehendak-Mu, ketetapan-Mu, dan itu snagat baik untuk seluruh makhluk-Mu. 

Aku semakin mencintai-Mu ya Alloh ya Robbal aalamiin. 

Tak bisa aku bayangan jika Engkau ya Alloh ya Robbi tidak memberikan nikmat musibah, seperti apa jadinya kami. 

Pasti akan serakah, angkuh, sombong, tak akan ada kesadaran diri dalam menjalani kehidupan. 

Alhamdulillah Engkau memberikan musibah dan cobaan sehingga manusia mampu mengkaji sisi kebaikannya dan meningkatkan diri untuk lebih baik. 

Setitik nikmat-Mu saja sudah begitu sempurna ya Robb.

Aku bisa berfikir seperti ini juga ini bentuk kuasa atas nikmat-Mu, sehingga aku dapat berfikir seperti ini. 

Sembari duduk didepan pintu teras belakang, memandangi Langit kelabu. 

Menghirup udara kampung yang segar, merasakan hawa dingin. 

Mendengarkan suara alam, nyamuk mulai berisik berdatangan. 

Berisik motor, berisik celoteh anak-anak, suara orang momong cucunya. 

Suara ayam, kambing, burung, seru ya musik orang mantu. 

Semua menyatukan dalam satu frequency suara yang unik dan masya'alloh tertata apik ditelinga. 

Alloh SWT maha keren, maha sempurna, tanda kebesaran-Nya dimana telinga bisa menyaring berbagai macam suara. 

Tinggal bagaimana cara ku memilih mana ynag patut untuk aku dengarkan dan Mapa yang tidak perlu aku dengarkan. 

Yang tidak perlu aku dengarkan ya bentuk suara dari pembicaraan ghibah, fitnah, dan perkataan perkataan buruk dan kotor lainnya. 

Suara-suara yang berpotensi maksiat itu harus ditingalkan, kalau terpaksa dengar ya jadilah tuli, "mbudeg wae". 

Terlebih dimusim politik ini, banyak sekali kata-kata yang muncul dari mulut manusia itu fitnah, hoax, kebohongan, menghasut dll.

Mulut manusia memang beda, lidah ya mudah terpeleset. 

Lain halnya dengan mulut harimau atau mulut kucing, mereka tidak pernah boong selalu mengaung dan mengeong. 

Tidak pernah ada dalam catatan sejarah seekor harimau atau kucing mengembek atau berkicau. 

Kejujuran mulut dan lidah hewan lebih jujur daripada mulut dan lidah manusia.

Manusia yang gemar bicara kebohongan, menipu, menghasut, fitnah, itu jelas bestinya syeitan. 

Nempel terus itu setan sehingga menutupi dan mengendalikan hati manusia dan menggerakkan bibirnya untuk terus berkata maksiat. 

Sudah jelas rajanya tukang tipu, rajanya tukang bohong, rajanya tukang hasut, rajanya tukang fitnah, rajanya maksiat ya jelas syeitan, alaika laknatulloh. 

Naztaghfirullohal adzim, laa khaula walaa quwwata illaa billahil aliyyil adziim. 

Tadi aku bangun dari tidur siang ku pas kumandang adzan ashar. 

Tapi mushola lingkungan ku tidak ada yang mengumandangkan adzan. 

Jadi aku bangun cuma mendengar adzan dari lingkungan dan desa lain. 

Bergegas aku ke kakus ambil air wudhu, lalu ke kamar ganti pakaian dan sholat. 

Aku tidak mandi alasan ku karena mendung hawanya dingin.

Padahal kalau mandi pun malah badan jadi segar, tapi ya keluar malasnya untuk mandi. 

Usai sholat, aku tadarus surah Waqi'ah tiga kali, lanang suara ku, walau cempreng. 

Terus latihan qiroatil Qur'an, lebih kencang lagi suaranya, sampai Simbok ku nyuruh diem "ssstttttt ojo seru-seru dirungaake lik Sihom kae". 

Enak kalau suara kencang itu plong didada.

Simbok ku ngomong begitu semakin aku kencangkan volume suara ku. 

Aku lebih malu bisik-bisik tapi menghibah orang lain dari pada teriak-teriak membaca Al-Qur'an. 

Dikira aku orang edan, pamer atau apa, tak masalah selagi yang aku teriakkan kalam Alloh SWT. 

Dari pada menganggap diri waras dan sehat tapi setiap berkerumun ngerumpi ghibahin orang lain. 

Dosa kecil, tapi jangan diremehkan, karana ghibah salah satu sumber yang menjadikan kerasnya hati. 

Malu juga saat bertemu Alloh SWT kelak ditanyakan "kamu bisik-bisik ghibah apa dengan si fulan?", kan malu jawabnya. 

Kalau tadarus suara kencang "kamu ngapain suara tadarusnya kencang banget?" tanya Alloh SWT kelak. 

"aku malu jika tadarus yang mana ini sangat jelas adalah lantunan kebenaran-Mu hanya dengan suara lirih, sedang tak sedikit orang dengan banyak kebohongan yang  justru diteriak-teriakan". 

Lebih baik aku pamer membaca Al-Qur'an dan melakukan kebaikan walau tidak diganjar pahala oleh Alloh SWT. 

Setidaknya jika ada yang mendengar pamer ku dan ada yang mengambil dan meniru sisi baiknya, jadi ikut tadarus, berarti pamerku bermanfaat. 

Aku memamerkan kebaikan tidak butuh sanjungan dan pujian manusia atau makhluk Alloh SWT yang lainnya. 

Mending kebaikan dipamerkan tidak mendapat pahala dari pada kemaksiatan disembunyikan malah menyimpan dosa. 

Aku juga tidak peduli mau perbuatan baik ku selama hidup diterima oleh Alloh SWT atau tidak. 

Rasa ku malah masih berlatih dan belajar untuk berbuat baik dan dalam menerapkannya. 

Tidak aku pedulikan kelak kala aku ketemu dengan-Nya, Alloh SWT mau tersenyum kepada ku, syukur-syukur mau untuk aku peluk, cukup itu saja. 

Tidak peduli ibadah dan amal kebaikan ku diterima atau tidak, yang jelas dosa ku sangat banyak. 

Cuma bisanya memohon ampunan, entah diampuni atau tidak, mumpung masih didunia ya aku kerjakan, dan aku perbaiki. 

Maksiat aku jauhi, habits buruk aku tinggalkan, memperbaiki sholat ku, belajar sholat yang khusyuk. 

Berbuat baik kepada diri sendiri, sedikit demi sedikit memahami hablum minal alam, lalu hablum minan nas da hablum minalloh,

Hanya sebatas itu yang baru bisa aku lakukan dan usahakan untuk terus mempelajarinya. 

Latihan menulis ini bagian dari aku berbuat baik kepada diri ku sendiri. 

Ini bentuk aset ilmu untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas diri, biar terupgrade. 

Karunia Alloh SWT yang diturunkan ke Alam jagad raya yang fana ini cuma satu tapi sudah mencakup segala sendi kehidupan setiap makhluk-Nya. 

99 karunia Alloh SWT lainnya akan Alloh SWT berikan di akhirat kelak, di surga khususnya untuk para penghuni surga. 

Penuturan terkait karunia ini aku dengar dari ngaji ihya'ulumuddin bersama abah Adib Annas Noer pada minggu pon yang telah lalu. 

Usai tadi tadarus surah Waqi'ah dan sedikit latihan qiroah, sampai Simbok has-hus has-hus menyuruh diem, dan malah semakin aku kencangkan suara ku.

Kemudian baru aku nyalakan radio dan buka hape, latihan menulis di kompasiana. 

Sampai dengan ini waktu maghrib sudah tiba, sudah kumandang adzan. 

Pukul 17:38 WIB, aku rehat dulu, berbuka puasa, lalu sholat dan tadarus. 

InsyaAlloh nanti aku lanjutkan ba'da tadarus, ini aku simpan dulu. 

Sudah selesai tadarus pas kumandang adzan isya', sholat dulu teruskan nanti. 

Sholat isya sepaket alhamdulillah sudah ku tunaikan. 

Makan tadi lalapannya banyak banget, alhamdulillah, dikasih petai sama pisang raja oleh biyung Misinah. 

Menu madhang ku (Dokpri)
Menu madhang ku (Dokpri)

Lauk semur jengkol, sayur kangkung, kerupuk, lalap jengkol mentah sama cukak, nikmat banget ya Alloh ya Robbi. 

Diatas meja kecil yang beralaskan banner dari sebuah merk rokok, alhamdulillah nikmat. 

Jika aku bisa memilih, aku akan memilih menjadi anak presiden, biar meja makan ku marmer. 

Dan aku memiliki privilege kesempatan yang mudah untuk mencalonkan diri menjadi cawapres atau capres. 

Tapi alhamdulillah Alloh SWT menakdirkan diri ku terlahir ditengah keluarga petani dipelosok desa. 

Jadi tidak ada yang kenal siapa aku, kalau aku anak presiden tentu aku akan terkenal.

Dan akan banyak yang mengusung ku untuk menduduki posisi dan jabatan tertentu walau aku bodoh. 

Biar aku bodoh tapi kalau anak presiden ya tetap diperhitungkan. 

Sejenius apapun kalau aku cuma anak petani pelosok desa ya siapa yang mau memperhitungkan? 

Yang memperhitungkan cuma diri ku sendiri, biar sama Alloh SWT saja. 

Mobil doplak kalau yang naik presiden ya istimewa, mobil sport mewah Bugatti kalau ditaruh ditengah desa ya dongkrok. 

Tapi ya seru lah, pemilu kali ini, politik yang menggelitik. 

Lanjut membuka memori sedari pagi. 

Pagi tadi alhamdulillah aku bangun jam dua, buka kompasiana memeriksa artikel kemarin yang ternyata dihapus oleh pihak kompasiana. 

Niatnya mau edit sedikit, sama menambah hastag, akhirnya ya tidak jadi. 

Karena kesalahan ku dalam menyusun kata untuk judul artikelnya terlalu bar-bar. 

Aku dapat chat dari kompasiana terkait pelanggaran ku. 

Ya mau bagaimana lagi, wong memang kesalahan ku. 

Ya akau respon santai "ah gampang nanti nulis lagi saja" batin ku. 

Ku letakkan hape, ku tinggal mandi dini hari.

Ke pawon dulu minum air hangat dua gelas baru ke kakus mandi. 

Usai mandi ke pawon minum air hangat dua gelas lagi. 

Air thermos semua habis, aku ambil ceret dan aku isi air lalu aku rebus dengan api kecil. 

Aku tinggal ke kamar sholat sunah, kebelakang dulu ku jemur sempak. 

Terus ke kamar ganti pakaian, kebelakang lagi ku jemur handuk, lalu masuk kamar lagi. 

Ku tunaikan sholat sunah taubat dan sholat sunah tahajud, dzikir iztighfar dan sholawat sejenak sebagai hadiah untuk Bapak-Simbok dan sanak keluarga. 

Karena aku belum bisa memberi hadiah apa-apa selain sholawat, iztighfar dan do'a. 

Tak lama aku beranjak dari sajadah ku lalu ke pawon angkat ceret dan mengisi thermos. 

Sekalian aku makan sahur, alhamdulillah semalam masih ada lauk tongkol, semur jengkol, jengkol mentah sama cukak dan kerupuk. 

Minum satu gelas kecil kemudian cuci piring dan gelas kotor. 

Tak lama kumandang adzan subuh, bergegas aku ke kakus pipis, gosok gigi dan berwudhu. 

Beranjak ke kamar, sholat qobliyah subuh. 

Terus aku buka kompasiana sambil nyicil latihan menulis lagi, sepagi itu sembari mendengarkan mu'adzin puji-pujian. 

Sampai dengan kumandang iqomah, aku simpan tulisan, dan aku letakkan hape, pakai minyak wangi dan bergegas jalan ke mushola. 

Sholat subub berjamaah, dzikir dan do'a bersama imam sampai dengan selesai. 

Aku beranjak dari duduk ku, jalan keluar mushola jam setengah lima. 

Aku rapihkan sandal jamaah dan jalan pulang. 

Alhamdulillah disambut terangnya bulan ditepi barat diatas rumah Simbok ku. 

Walau tak lagi bulat sempurna, tapi tampak elok bening kilaunya. 

Sampai rumah, masuk salam dan membaca mantra. 

Ku letakkan sajadah di kursi teras belakang dan langsung masuk ke kakus. 

Aku pup cukup lama, efek banyak makan jengkol perut isi banyak gas, kentut melulu, pupnya juga lancar, nikmat. 

Pagi pup tiga kali, siang pup lagi, sore pup lagi, nikmat banget, plong perut ku. 

Ini sudah berasa lapar lagi, jam seini, pukul 20:06 WIB, padahal buka puasa makan, ini aku tinggal makan lagi saja. 

Ba'da subuh aku tadarus beberapa menit, biasa cuma membaca tiga surah andalan ku dan Asma'ul Khusna saja. 

Ini aku sambil mengunggah video ke YouTube, karena pagi dan siang belum aku unggah, jadi malam saja. 

Yang penting ada aktifitas mengunggah video, tidak ada yang nonton ya tonton sendiri. 

Pagi usai tadarus aku lanjut latihan menulis sampai dengan setengah tujuh tak ada satu jam. 

Aku tidak nonton tipi, fokus latihan menulis sambil mendengarkan radio RRI Pro 1 Semarang. 

Terus aku baca buku sekitar satu jam setengah lah, sampai sekitar jam delapan baru aku tutup buku. 

Pagi buat baca buku mumpung masih semnagat dan otak masih segar jadi mudah menyerap. 

Usai baca buku aku lanjut menunaikan ibadah sholat dzuha dan nyicil qodho sholat wajib lima waktu yang dulu aku tinggalkan. 

Sekitar jam sembilan lebih beberapa menit sholat usai dan aku lanjutkan latihan menulis lagi.

Sampai dengan sekitar jam sebelas baru aku akhiri latihan menulisnya. 

Scrolling hape sejenak menunggu kumandang adzan dzuhur, malah kebelet pup. 

Ke kakus pup, berwudhu, ke kamar ganti pakaian, sholat dzuhur sepaket terus scrolling hape sejenak dan tidur siang. 

Alhamdulillah pulas banget tidur siang ku hari ini, bangun kumandang adzan ashar. 

Terus latihan menulis lagi, sampai dengan malam ini, barokalloh, pukul 20:23 WIB. 

Mau makan malam malah nasinya belum mateng, jadi aku nyelesain tulisan ini saja. sambil menunggu nasi mateng. 

Ini mungkin sudah mateng, aku akhiri dulu tulisan yang belum bermutu ini. 

Semoga lekas menjadi karya tulis yang baik, bermutu dan berkualitas. 

Do'a ku menyertai ku, aamiin ya robbal aalamiin, barokalloh. 

Mohon maaf lahir dan batin atas banyaknya salah. 

Salam dari pelosok Desa untuk Indonesia Jaya. 

Indonesia sehat, Indonesia hebat, Indonesia kuat. 

Indonesia cerdas, Indonesia emas. 

Terus melaju, melesat untuk Indonesia maju. 

Matur sembah nuwun. 

Nitip sehat, semangArt dan jangan lupa bahagia. 

Ingat!!! Pemilu!!! Pilihlah dari hati yang paling baik diantara tiga pasang yang unik-unik itu. 

Politik Indonesia memang menggelitik, tapi jangan terperdaya oleh politik uang yang justru merenggut masa depan kita untuk lima tahun kedepan. 

Politik uang, laporkan, pidanakan pelakunya. 

Sudah pukul 20:34 WIB, setelah ini makan malam, terus tidur biar gemuk. 

Sekali lagi matur sembah nuwun. 

Alhamdulillah. 

Barokalloh. 

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun