Tak lama disusul pakde Mustaqim baru berangkat sore-sorean, pun kami saling bertegur sapa.Â
Semua bersih, aku kembalikan sapu ke rumah keranda dan jalan pulang.Â
Aku lewat samping rumahnya mbah Bukhari.Â
Salah satu rumah kayu yang masih tersisa.
Sederhana, tapi enak, suasana sejuk, banyak pohon besar-besar.Â
Ada pohon durian, pohon nangka, pohon cengkih, pohon rambutan, pohon jeruk macan dll.Â
Yang dibungkus karung sebelah kanan itu nangka muda.Â
Asri halaman rumahnya, enak buat nyore atau pagi menyambut matahari terbit, sambil minum teh sama makan singkong.Â
Aku tak makan dulu, Bapak ku duah keluar dari kakus, sudah aman.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!