Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rumah-rumah Kayu di Kampung Ku Yang Hampir Punah

9 Oktober 2023   22:11 Diperbarui: 10 Oktober 2023   07:45 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gang menuju omahe Simbok ku (Dokpri)

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. 

Shalom, om swastyastu, namo buddhaya, wei de dong tian. 

Salam sejahtera bagi kita semua, salam kebajikan. 

Rahayu rahayu rahayu. 

Sore yang sangat cerah.

Banyak yang mengeluhkan cuaca panas sempromong. 

Rasa ku nyaman-nyaman saja. 

Malah alhamdulillah, jadi aku yang biasa mandi sehari sekali jadi dua sampai tiga kali sehari. 

Jadi lebih badan lebih segar dan lebih bersih. 

Malah-malah kalau musim hujan aku mandi bisa kebalikan, dua hari sekali atau tiga hari sekali. 

Lah ngene nggunung yen musim udan uadem eh cah. 

Senin, 09 Oktober 2023 pukul 15:55 ku mulai latihan menulis ini. 

Hari ini tetep seru dan bahagia dong. 

Pagi aku bangun jam setengah tiga, alhamdulillah, bahagia aku bangun di jam yang ideal. 

Jam tiga kurang seper empat aku beranjak dari kasur. 

Lepas pakaian ku ambil handuk dan ku kenakan. 

Ke pawon menyeduh kopi, dan minum air hangat sambil makan pisang rebus, kemudian menyeduh kunyit. 

Terus ke kakus pup dan mandi, berwudhu dan beranjak ke kamar sambil bawa segel as kunyit. 

Kuletakkan disamping sajadah, ku ganti pakaian dan bergegas sholat sunah tahajud dan sholat sunah taubat. 

Aku tidak tau shokat taubat mana yang diterima oleh Alloh SWT. 

Oleh karenanya aku berusaha untuk selalu sholat taubat setiap malam. 

Mungkin salah satunya ada yang diterima. 

Pun dengan sholat tahajud, mungkin salah satunya ada yang Alloh SWT terima. 

Dzikir iztighfar beberapa menit sampai dengan jam empat kurang seper empat.

Pun aku tidak tahu dzikir yang mana yang Alloh SWT terima, aku hanya berusaha untuk terus melakoninya. 

Mungkin salah satunya ada dalam satu ucap walau satu kalimat iztighfar yang diterima oleh-Nya. 

Tapi aku tidak jemu-jemu untuk terus mendekap-Nya. 

Tidak ada kata bosan untuk ku merengkuh-Nya. 

Allah SWT satu-satunya sandaran ku yang tidak pernah mengecewakan ku.

Paling perhatian dan pengertian terhadap diri ku yang hina ini. 

Usai dzikiran aku habiskan minum seduhan kunyit. 

Beranjak aku ke pawon untuk makan sahur. 

Menu sahur ku nasi jagung dengan sayur gori alias nangka muda. 

Kopi ku minum dan air bening ku perbanyak. 

Tapi kayaknya ini aku harus berhenti total minum kopinya. 

Perut ku tidak enak, entah apakah kopi pemicunya, atau faktor lain. 

Terasa tidak enak seperti ada banyak gas dan sedikit sakit jika usai angkat-angkat.

Perut bagian bawah kanan, rasanya tidak nyaman. 

Belum aku kontrol ke dokter atau puskesmas. 

Atau sebatas kram otot perut, atau usus buntu atau bagaimana aku tidak tahu. 

Atau asam lambung atau liver atau ginjal atau kandung kemih, aku tidak tahu. 

Isi perut ku, semua organ-organ semoga baik-baik saja dan sehat wal afiat. 

InsyaAlloh kalau sudah ada rejeki, aku segera konsultasi ke dokter dan coba rontgen. 

Puskesmas disini tidak ada rontgen soalanya, kalau ada tarif dipuskesmas kan murah kisaran 30 ribu sampai 50 ribu. 

Entah untuk proses BPJS juga kurang tahu bagaimana, dengar-dengar Kendal ini lumayan ribet pengurusannya. 

Kalau pengalaman adik ku di Salatiga, cuma nomor KK saja diketik oleh pihak rumah sakit, langsung bisa terintegrasi.

Tanpa ribet harus kartu BPJS, KTP, KK, kalau dikendal dengar-dengar harus ada cetak fisiknya. 

Semoga lekas sembuh atas kuasa Alloh SWT. 

Aku tak berusaha mengumpulkan rizki seg, agar aku bisa segera medical check up. 

Hehe, abaikan ini, alhamdulillah Alloh SWT masih memberi ku rasa sakit, memberi ku penyakit, alhamdulillah ini yang terbaik bagi-Nya. 

Mari lanjut ke moment sahur lagi, hehe. 

Usai makan sahur, biasa ku cuci piring dan gelas kotor, pun beberapa gelas tamu semalam yang menumpuk, ku cuci semua. 

Alhamdulillah, semua bersih dan aku ke kakus, pup lagi sejenak, cebok, gosok gigi dan berwudhu. 

Beranjak ke kamar, sholat qobliyah subuh. 

Sembari mendengarkan mu'adzin puji-pujian aku mengunggah video ke YouTube. 

Stok video ku banyak semenjak punya powerbank. 

Ya video pendek satu menitan dokumentasi asal-asalan sih, video sekitar kampung ku saja. 

Aku mengunggah beberapa video hari ini, ada empat atau lima video pendek durasi tidak sampai satu menit. 

Sedari sholat qobliyah sampai iqomah aku unggah dua video. 

Terus kumandang iqomah aku tinggalkan hape dan jalan ke mushola. 

Sholat subuh berjamaah, dzikir dan do'a bersama imam. 

Beranjak pulang sekitar jam lima kurang sepuluh menit. 

Biasa keluar mushola tugas ku merapihkan sandal jamaah. 

Jalan pulang sembari menatapi bulan sabit yang terang dihiasi bintang-bintang disekitarnya. 

Indah kuasa Alloh SWT, udara pagi juga sangat segar. 

Tatkala banyak daerah lain udara tercemar asap kebakaran sampah dan karhutla. 

Kampung ku udara sangat sehat dan terjaga. 

Masuk rumah, salam dan baca mantra, mantra dari almarhum mbah Kyai Maimun Zubair. 

"kelak kalau sudah menikah, pas masuk rumah, dari manapun, begitu masuk biasakan membaca Al-Ikhlas minimal tiga kali" begitu papar mbah Moen. 

Lah aku berusaha untuk membiasakan sedari belum menikah ini mbah Moen, tak lain biar disiplin menjadi habits ku. 

Disiplin terbentuk bukan karena ABCD, tapi karena kesadaran diri terkait nilai disiplin. 

Toh Islam dan mbah Rosululloh Muhammad SAW mengajarkan disiplin dalam berbagai aspek. 

Aku mah, ngikut-ngikut saja, wong disiplin itu pola hidup yang sangat baik, yo musti aku ikutin. 

Kalau disiplin sudah menjadi habits sehari-hari itu enak banget. 

Planning, mapping, target, tujuannya itu jelas banget.

Dalam sehari itu polanya terukur dan terjadwal rapih. 

Dulu pola ku berantakan banget, tidur jam berapa, bangun jam berapa. 

Sekarang, tidur lebih awal, bangun lebih pagi, subhanalloh, tabarokalloh. 

Terima kasih ya Alloh ya Robbi, atas kuasa mu sehingga aku mampu menikmati waktu-waktu-Mu di bumi-Mu ini. 

Masuk kamar, ku letakkan sajadah dan kupluk dan langsung ke kakus pipis dan berwudhu. 

Ke kamar tadarus sejenak, terus nonton TVRI Serambi Islami.

Pembicaranya KH. Agus Dermawan, tema "bayang semu". 

Bahwasannya dunia ini fatamorgana semuanya bayang semu, semua sandiwara. 

Pokokmen jangan terlena dengan gemerlapnya dunia.

Diuji dengan kemiskinan dan kefakiran ya berarti musti sabar. 

Diuji dengan kekayaan berarti harus banyak bersedekah, memuliakan kepada yang fakir dan miskin. 

Dengan kita menjunjung derajat orang lain, insyaAlloh Alloh SWT akan menjunjung derajat kita. Barokalloh. 

Kumandang adzan maghrib, yeee alhamdulillah, rehat dulu, berbuka puasa dan insyaAlloh lanjutkan nanti ba'da tadarus. 

Alhamdulillah, buka puasa sudah terlaksana, pun sholat dan tadarus. 

Tadi makan besar langsung sama sambel terong dan ikan asin, terus makan onde-onde singkong. 

Minumnya seduhan kunyit, terus cuci piring dan gelas kotor. 

Terus makan buah nangka beberapa biji. 

Ke kakus, gosok gigi dan berwudhu.

Beranjak minum air hangat lagi terus ke kamar sholat maghrib sepaket dan tadarus alhamdulillah semua terlaksana. 

Terus nyeduh kunyit lagi dan ini sambil minum seduhan kunyit hangat. 

Alhamdulillah kumandang adzan isya', seneng aku masih diberi kesempatan bertemu dengan waktu isya'-Nya.

Sholat dulu, insyaAlloh lanjut latihan menulis lagi ba'da sholat. 

Sholat isya' sepaket alhamdulillah sudah terlaksana, mari lanjutkan. 

Menunggu matahari terbit, aku sempatkan membaca buku satu dua lembar. 

Sekitar jam enam kurang seper empat menit matahari muncul dan aku jalan keliling kampung, lingkungan saja. 

Bawa hape sembari merekam video sambil jalan pagi nyeker tanpa alas kaki, olah raga refleksi biar tambah sehat. 

Ku rekam video beberapa rumah khusus yang bangunannya masih kayu. 

Jenis rumah ini namanya omah mutho, bukan omah joglo. 

Karena dikampung sini mayoritas masyarakat golongan ekonomi bawah. 

Omahe Mbah Sahudi (Dokpri)
Omahe Mbah Sahudi (Dokpri)

Hanya segelintir yang rumah joglo, itupun dulu, sekarang keberadaannya sudah tidak ada dikampung ku. 

Dulu, kasta sosial seseorang bisa dilihat dari bentuk bangunan. 

Omahe Mboklik Walyati (Dokpri)
Omahe Mboklik Walyati (Dokpri)

Rumah joglo yang identik dengan bahan kayu jati adalah milik orang-orang kaya pada masanya. 

Sedang omah mutho terbuat dari kayu ringan, kayu jelek yang murah yakni kayu sengon. 

Omahe Suwo Tari (Dokpri)
Omahe Suwo Tari (Dokpri)

Rumah mutho ini mayoritas rumahnya rakyat jelata. 

Petani mulung yang hidupnya hanya bergantung dengan apa yang ditanam. 

Omahe lik Mansur (Dokpri)
Omahe lik Mansur (Dokpri)

Jaman dulu dibalik rumah yang sederhana itu banyak tersimpan kebahagiaan yang benar-benar tulus. 

Ungkapan "madang ora madang sing penting kumpul" benar adanya. 

Omahe Paklik Nur Tabi'in (Dokpri)
Omahe Paklik Nur Tabi'in (Dokpri)

Dulu kerabat kala tidak ada bahan makanan yang dimakan, kerabat lain dengan senang hati akan menawarkan. 

"wis ojo bingung, madang ngumpul gon nyong, mangan sakmadyone" uangkapan yang kini tak lagi pernah aku dengar. 

Omahe Paklik Royin (Dokpri)
Omahe Paklik Royin (Dokpri)

Sekarang sudah banyak yang makmur, insyaAlloh sejahtera. 

Biarpun rumah sederhana tapi tanah dimana-mana. 

Bahkan ada yang depannya sudah menjadi garansi dan isi dengan mobil. 

Gang menuju omahe Simbok ku (Dokpri)
Gang menuju omahe Simbok ku (Dokpri)

Budaya ngumpul sudah luntur, silaturahim sudah tak asyik seperti dulu. 

Obrolan kala berkunjung tak lagi seperti dulu yang ditanya kan terkait kabar dan musim panen. 

Obrolan jaman sekarang kebendaan, angka dan huruf. 

Omahe Paklik Nur Tabi'in (Dokpri)
Omahe Paklik Nur Tabi'in (Dokpri)

Kendaraan, jabatan/pekerjaan, mbangun rumahnya yang gedong setinggi apa, sawahnya yang kini menjadi ruko dll.

Rasanya malah jadi saling unjuk gigi untuk pamer harta, ada kesan sombongnya. 

Segelintir orang yang masih arif dengan unggah-ungguh jawanya. 

Aku rasa rumah-rumah kayu ini lima atau sepuluh tahun kedepan sudah punah. 

Generasi anak-anak mereka akan mengganti dengan bentuk bata. 

Ada pula yang saat ini papa kayu sudah diganti dengan papan gypsum. 

Pun genting tanah sudah banyak beralih geting esbes.

Entahlah, karena mayoritas cuma pingin pengerjaannya mudah, simple, sederhana, tapi malah jadinya tak sebagus rumah papan awalnya. 

Aku bakal rindu dengan rumah papan kayu.

Rumah kayu yang bagus itu memiliki aura tersendiri, terlebih rumah joglo.

Karena primpen syarat pendiriannya detail. 

Rumah jaman sekarang, cuma selamatan tok memulai, dikerjakan bayar tukang semua. 

Selamatan lagi kala mulai menghuni. 

Kalau dulu gotong royong, paling dua tukang kayu yang dibayar untuk membuat yang pokok-pokok. 

Mendirikan rumah kayu paling dua hari jadi. 

Satu hari mendirikan kerangka sampai menaikkan genting. 

Hari kedua memasang pagar papan dan sekat-sekat kamar. 

Dikerjakan gotong royong satu lingkungan. 

Budaya gotong royong sudah mulai luntur. 

Sekarang sedikit-sedikit bayar tukang. 

Demikian keliling pagi tadi dapat beberapa video pendek terkait rumah-rumah kayu kampung ku. 

Terus aku pulang, aku unggah video ke YouTube lagi. 

Terus melanjutkan membaca buku sambil nonton TVRI Klik Indonesia Pagi yang sudah disekmen akhir. 

Berita Hammas serang Israel, hangat banget ini, saling lempar rocket.

Dukungan America dan negara-negara sekutu kepada Israel. 

Memang jaman sudah akhir.

Tapi santai aja sih, berkaca dari jaman Adam AS sampai akhir jaman ini ya dukungan Alloh SWT selalu kepada umat yang berjalan diatas jalan yang lurus yang didzalimi. 

Jadi tenang saja, bala tentara-Nya ada di segala penjuru Langit dan bumi. 

Dan yang dzalim atas izin Alloh SWT pasti akan binasa. 

Simbol-simbol LGBT juga parah banget, manusia akhir jaman itu sangat mengerikan tapi ya lucu dan konyol. 

"konyol" jangan diganti T cah. 

Sekitar satu jam aku baca buku, sampai dengan sekitar jam setengah delapan. 

Kemudian sholat dzuha dan nyicil sholat wajib lima waktu yang dulu aku tinggalkan. 

Kemudian unggah video lagi.

Dari semua video yang aku unggah ada satu video yang penontonnya tembus dua ribuan padahal baru empat belas jam. 

Hanya karena judulnya yang membuat penasaran.

Pun artikel ku ini ada yang judulnya "kedua kalinya singgah di Salatiga" itu yo tiba-tiba ribuan mata kala itu setelah beberapa jam aku tayangkan. 

Entah dibaca atau buka cuma sekedar buka terus langsung ditutup lagi. 

Tapi kerennya ada satu orang yang selalu memberikan penilaian atas tulisan ku yang tidak bermutu ini. 

Mbak Lily Setiawati Utomo, sepatutnya dengan sepenuh hati ku ucap terima kasih kepada beliau. 

Screen shot dari hape butut ku (Dokpri)
Screen shot dari hape butut ku (Dokpri)

Perempuan penulis puisi yang sangat ahli, judul-judul karyanya yang sangat memukau.

Sekali lagi terima kasih mbak Lily, semoga segala kebaikan mbak berbalas beribu-ribu kebaikan oleh Alloh SWT. 

Nitip sehat, semangArt dan jangan lupa bahagia mbak Lily, pun untuk keluarga mbak. 

Betapa judul itu sangat menentukan penonton. 

Beri saja judul yang kontroversi, judul yang bertolak belakang, judul yang membuat penasaran. 

Pasti banyak yang tertarik, tapi kadang tak dibaca alurnya. 

Hanya dibaca satu-dua halaman, merasa tidak menarik langsung ditutup. 

Apapun judul dan tampilan visual itu penentu. 

Tapi bagi sebagian yang maniak dan ahli dalam karya tulis, pasti akan terus mengulas runtut menyelesaikan alur cerita. 

Walaupun paragrafnya panjang, bagi penulis ahli tak akan jenuh membacanya. 

Karena tahu dan faham esensinya. 

Tapi tak sedikit yang kesel dan merasa capekembaca yang paragrafnya panjang-panjang. 

Semua itu sekedar tekhnis, yang terpenting itu esensi dari sebuah karya tulis. 

Dapat tersampaikan dengan baik dan mudah difahami. 

Ketika telah faham esensinya kemudian berlatih menerapkan.

Terus berlatih sedikit ada paksaan yakni memaksa diri sendiri sampai bisa disiplin dan menemukan manisnya. 

Baru ketika manisnya sudah ditemukan terus bagi-bagi lagi. 

Tujuan dan orientasi dalam menulis juga sangat penting. 

Alhamdulillah aku menemukan bukunya kang Ngainun Naim "the power of writing". 

Bukunya Kang Ngainun Naim (Dokpri)
Bukunya Kang Ngainun Naim (Dokpri)

Buku ini yang memicu ku untuk menulis. 

Dari buku ini juga aku aktif di kompasiana. 

Dulu aku punya akun kompasiana, tapi tidak pernah aktif, email dan password pun lupa. 

Jadi menemukan bukunya Kang Ngainun Naim ini serasa menemukan oase yang segar kala tersesat ditengah padang gurun.

Rasa ku kala membaca buku itu aku berhadapan langsung dengan beliau. 

Pun keren kala beliau menghadirkan banyak tokoh-tokoh penulis besar. 

Rasanya mereka semua hadir dihadapkan ku. 

Seperti belajar private rasa ku, aku berguru langsung dengan kang Ngainun Naim. 

Dan rasaku seperti disatu ruangan da dihadirkan langsung, dibawakan tokoh-tokoh penulis besar. 

Terima kasih kang Ngainun Naim atas karya tulis panjenengan sehingga aku mampu turut latihan membuat karya tulis. 

Terus menunggu kumandang adzan dzuhur aku scrolling hape saja. 

Kumandang adzan dzuhur, segera aku ambil air wudhu dan beranjak sholat dzuhur sepaket. 

Alhamdulillah, menemui waktu dzuhur yang begitu istimewa. 

Karena ada satu waktu dimana aku tidur siang, jadi waktu dzuhur istimewa bagi ku. 

Tidur siang itu dianjurkan oleh Rosululloh Muhammad SAW, sederhana saja alasannya karena setan tidak tidur siang. 

Jadi kalau manusia tidur siang itu sangat baik, sudah menghindari gangguan setan. 

Pun tidur itu juga baik, dengan banyak tidur sudah meninggal kan banyak maksiat, dijelaskan oleh gus Baha. 

Usai sholat dzuhur aku nonton berita TVRI Klik Indonesia Siang. 

Berita gempa Afghanistan juga, dua ribuan lebih korban meninggal karena gempa. 

Banyak bencana sedari mulai corona, kalau di flashback. 

Yang paling terlihat tanda akhir jaman ya kala makkah dan madinah diselimuti salju dan tumbuh banyak lavender, gurung mendadak menjadi hijau. 

Ini tinggal menunggu musnah saja peradaban manusia, sudah bener-bener akhir jaman. 

Seluruh tanda-tandanya sudah sangat jelas dan gamblang. 

Nonton berita sambil rebahan, sampai tidak sadar tidur beneran. 

Bangun kumandang adzan ashar. 

Bergegas ambil handuk dan ku kenakan, ke kakus mandi. 

Berwudhu, beranjak sholat qobliyah ashar. 

Menunggu kumandang iqomah, terus jalan ke mushola, sholat jamaah. 

Disebrang mushola ada mak-mak muda lagi petan kutu rambut. 

Ku rapihkan tiga pasang sandal jamaah lalu masuk ke mushola. 

Masuk barisan dan sholat sampai usai, dzikir dan do'a bersama imam. 

Aku pulang, langsung kerumah, masuk dengan salam dan baca mantra. 

Masuk kamar, nggabut sebentar, menikmati sore, duduk dan mulai ku buka hape. 

Mulai ku rajut kata-kata yang berantakan di didalam kepala. 

Asyik, sampai dengan maka ini alhamdulillah, sambil nonton TVRI Kenangan Masa, acara musik lawas. 

Sudah pukul 21:46 WIB, tidak terasa, mata sudah mulai ngantuk. 

Cukup aku akhiri tulisan yang tidak bermutu ini. 

Mohon maaf lahir dan batin atas banyaknya kesalahan kata pun penulisan. 

Salam dari pelosok Desa untuk Indonesia Jaya. 

Terus melaju, melasat untuk Indonesia maju. 

Indonesia sehat, Indonesia hebat, Indonesia kuat. 

Indonesia cerdas, Indonesia emas. 

Nitip sehat, semangArt dan jangan lupa bahagia. 

Bahagia yang benar-benar bahagia itu kini menjadi barang langka.

Karena kebahagian yang sebenarnya itu datang dari lubuk hati. 

Kalau bahagianya karena benda, kalau benda itu risak jadi sedih. 

Ibarat bahagia karena punya Lamborghini, begitu tergores saja, lecet body, jadi sedih. 

Tapi tidak demikian jika bahagia datang dari hati. 

Makan tiwul ya bahagia, hidup terbebas dari hutang, semua yang dikerjakan manjadi bahagia karena dari hati. 

Malah bingung kalo punya mobil sport mewah, service bulanannya, pajaknya bisa untuk membangun mushola dan masjid. 

Tapi ya kembali ke manusia itu masing-masing. 

Ada yang bahagia dengan keglamouran. 

Ada yang bahagia dengan kesederhanaan. 

Ada yang bahagia menerima politik uang. 

Ada yang sangat bahagia dengan menolak politik uang. 

Salah satunya aku, kalau lihat politik uang seperti itu, laporgub.jatengprov.go.id solusi ku. 

Pemilu tetap pilih dari hati ya, yang murni.

Karena logika itu tidak akan ada habitsnya.

Kalau ada yang member politik uang tunjuk kan kotak amal mushola saja. 

Tapi tetep laporkan pelakunya, jangan pernah takut untuk sebuah kebenaran. 

Resikonya menyampaikan kritik yang membangun kepada orang yang anti kritik itu paling cuma disengiti dan dihindari. 

Jadi tidak berpenyakitan, pun hati tetep sehat, malah semakin sehat wal afiat kala kita memiliki keberanian menyampaikan kebenaran. 

Tenang, Alloh SWT dan seluruh bala tentara-Nya bersama selalu orang baik. 

Bahkan hewan buas sekali pun akan memberikan jalan kepada orang yang berjalan diatas jalan-Nya. 

Make enjoy for our life and keep calm, semoga khusnul khotimah fii kulli khal. 

Sudah pukul 22:11 WIB, waktu ku rehat, tidur. 

Alhamdulillah. 

Barokalloh. 

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun