Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Minggu Pon Pengajian Rutin Kitab Ihya Ulumuddin (Syekh Adib Annas Noer)

16 Juli 2023   21:34 Diperbarui: 17 Juli 2023   06:00 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak lama ummah selesai tausiyahnya dan do'a, usai do'a sembari menunggu abah Adib rawuh, sholawatan rebana dari kang santri. Abah datang dan kami semua yang hadir berdiri sembari sholawat sebagai rasa hormat kami. Barokalloh. Abah Adib duduk dikursi dan kitab diletakkan di mejanya, mulai dibuka halaman 21 bab fadholatul muta'alim, bagi yang me bawa kitabnya diajak untuk membukanya. Nah aku cuma bawa badan, hati sama otak. Kurekam saja di otak dari semua yang aku dengar, boro-boro aku punya kitabnya, baca tulisan arab masih aku eja, baca bismillah ku belum baik dan benar. 

Aku masih pemula tahap belajar. Hahaha. Kitab dibuka dan ngaji dimulai, tawasul wasilah kepada Rosululloh Muhammad SAW mulai dipanjatkan, pun kepada Syekh Abdul Qodir Jailani, dan kepada sohibul kitab imam Al-Ghazali. Ngajinya abah Adib itu pelan sedikit demi sedikit, satu pertemuan minggu pon cuma satu kalimat, ditafsirkan runtut dan jelas, detail makna dan murodnya dalam bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia, pokokmen jadi gamblang banget, mudah dicerna dan mudah dipahami. 

Pembahasan tadi terkait dawuh Rosululloh Muhammad SAW, bahwasannya Alloh SWT menurunkan petunjuk dan ilmu kepada Rosululloh itu diibaratkan seperti derasnya air hujan yang jatuh menimpa sebidang tanah. Tipe tanah pertama yakni tanah yang mampu menampung air sehingga air mampu bermanfaat bagi kehidupan disekitarnya, dari tumhuhan, hewan dan manusia, sebidang tanah laksana danau yang memberikan kehidupan. Tipe tanah kedua adalah tanah tandus, gersang, seperti padang pasir yang tidak mampu menahan air hujan yang menimpanya, tidak ada kehidupan disekitarnya. 

Manusia diibaratkan dua bidang tanah diatas, ada karakter manusia yang mampu menerima ilmu dan menampungnya kemudian memberikan manfaat kepada kehidupan disekitarnya, menumbuhkan rumput dan tumbuhan lain. Pun karakter manusia ada yang tipe tanah kedua, susah untuk menerima ilmu, tidak mau diingatkan, malah-malah jika diingatkan jadi emosi, jenis manusia yang hatinya keras sekeran batu, bahkan sekeras logam baja, mudah emosi, tanpa sebab pulang kerja dirumah marah-marah ke istri ke anak. Naudzubillahi min dzalik. Naztaghfirulohal adzim.

Semoga senantiasa kita dilembutkan hatinya, aamiin ya robbal aalamiin. Tapi ya disindir oleh abah Adib, "apa ada yang suka marah-marah seperti itu?" tanya abah Adib kepada jamaah, "ada, banyak" jawab jamaah (jamaah perempuan jawabnya teriak kencang) hahaha seru, "ya datang kesini orangnya? Ya ikut ngaji?" tanya lagi abah Adib kepada jamaah, "hahaha, ya Iya hadir bah" hahaha, "hahaha, Aztaghfirulohal adzim, wong ngaji yo rutin melu kok yo dadi koyo tanah gersang, diowahi, yen oleh ilmu becik dimanfaatke kanggo awak dewe seg, yen wis ngerasakke manise lagi dibagi-bagi ke banyak orang" pungkas abah Adib sambil ketawa. 

Aku ingin menjadi seperti tanah yang subur yang mampu menampung banyaknya air, derasnya air hujan, tanpa banjir, tanpa longsor, menampungnya dengan sempurna, atau aku seperti sebuah pohon yang harus tumbuh subur tinggi besar menjulang, daunnya rimbun, buahnya lebat, saat aku petik dan aku makan terasa segar dan manis, menghilangkan haus dan lapar, dan bisa aku panen untuk aku sedekahkan kepada setiap orang yang aku temui, agar mereka semua merasakan kesegaran dan manisnya buah yang aku bagi. 

Semua harus kebagian karena buah ini masih, segar dan sangat enak. Benar-benar 100% organik tanpa pestisida tanpa pupuk kimia, rabuk kandang dan kompos, sehingga sangat sehat dan menyehatkan, sehat alami dari alam. Barokalloh. 

Usai ngaji do'a selesai, terus ngantri jabat tangan, sebagian jamaah melaksanakan sholat dzuhur, aku juga begitu abah salam penutup dan aku segera berdiri melaksanakan sholat qobliyah, kemudian jamaah sholat dzuhur, kemudian sholat ba'diyah, wiridan sejenak sembari menunggu yang ngantri jabat tangan senggang. Sudah sedikit antrian dan aku masuk barisan, ku cium tangan abah Adib dan beberapa Kyai yang berdiri mengawalinya mendampinginya, kemudian aku ikut berdiri. 

Turut membuntuti abah Adib yang beranjak jalan menuju rumahnya, abah Adib jalan perlahan sembari terus jabat tangan dengan jamaah perempuan dan juga jamaah pria yang berbaris diluar, tak luput pengawalan banser terus mendampinginya sampai pintu rumah ndalem. Aku membuntuti abah Adib sampai beliau masuk rumah. Jamaahnya sangat banyak, dari yang anak-anak sampai yang sepuh-sepuh, dari yang tampak sampai yang gaib, hahaha, Alhamdulillah, paringan sehat wal afiat selalu, I love you abah Adib. Barokalloh.

Kemudian aku ke kakus, pipis sejenak, dan berwudhu, kemudian jalan menuju mobil. Jalannya ramai orang jualan laris semua, penuh berkah, tapi aku jalan saja tidak memperdulikan keramaian itu, sampai mobil, sejenak menunggu antrian mobil depannya, dan aku naik, tak lama rombongan sudah kumpul semua, simbok-simbok pada borong jajan, ada yang beli buah, somay, dawet dll. 

Sudah naik mobil semua dan kami langsung jalan, sampai kota weleri mampir pom isi bensin, tak ada antrian banyak, langsung isi dan langsung jalan lagi, ketemu palang rell kereta lewat, jalan lengang, tidak seperti minggu pon yang lalu jalan rame padat di palang rell macet panjang, ini sangat lengang. kami jalan lagi, sembari ngobrol dengan sopir dan juga Simbok ku. Tak terasa sampai kampung, turun dan langsung jalan kerumah, yang bayar mobilnya biasa Simbok ku, hahaha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun