Masuk ke sub BAB "Tugas Penulis Itu Menulis" sebelum masuk resume, aku tinggal sholat isya' dulu sudah jam 19:02 WIB, lanjut sesudah sholat. Oke, Hehehe.
Siapkan keripik pisang dan krimer hangat untuk menemani melanjutkan resume lagi, pukul 19:32 WIB sembari nonton TVRI RUMUS program acara musik legendaris. Jaya terus TVRI, sajian musiknya selalu menjadi clue RUMUS kehidupan, hahaha.
Lanjut resume, "Tugas Penulis Itu Menulis", lah aku belum menjadi penulis jadi tugas ku latihan menulis. Hahaha. Tak lain tugas utamanya seorang penulis yang terus memproduksi karya, perkara menulis itu mudah atau sulit itu relatif tidak bisa di generalisasi. Belajar dan terus belajar, konsistennya dalam memproduksi karya menjadikan identitas diri sipenulis.
Nuliso sing becik pun ngucap yo sing becik karena ucapan pun tulisan sing becik itu menandakan bahwa penulisnya seorang pembaca pun pendengar yang baik, karya yang baik terlahir dari pribadi yang baik.
Masuk sub BAB "Injeksi Spirit Menulis" kejernihan sebuah tulisan dapat menggerakkan pembacanya, bacaan hanya sebuah pemantik, selanjutnya terkait aksi tergantung pada pembacanya. Penulis hebat, mereka yang mau berbagi pengalaman dalam menulis karena hikmah akan terpetik dari sharing pengalaman tersebut.
Lanjut ke "Tulisan dan Kepercayaan" lagi-lagi ditekankan bahwa tugas penulis ya menulis, adapu efek lain seperti honor, kenaikan pangkat, dikenal banyak orang dll, anggap saja sebagai bonus. Bangun passion menulisnya dulu, selebihnya adalah bonus. Simpel saja, tujuan menulisnya menggapai ridho Alloh SWT biar bonusnya banyak dan dunia akhirat. Barokalloh.
Masuk ke "Membuat Tulisan Ilmiyah Secara Renyah" wah enak ini kayak keripik pisang made in Simbok, Renyah, Kriuk, Gurihnya Bikin Nagih, hahaha. Kunci pentingnya adalah kemampuan menyerap entah itu pelajaran, informasi, atau sebuah kejadian. Kadang kala perkaranya tidak menarik, sepele dan biasa saja tapi kita mampu mengambil hikmahnya, maka dari hal yang sepele dan biasa tersebut menjadi syarat akan makna dengan penempatan yang tepat pula. Membuka diri untuk menerima segala informasi yang masuk, menyerap, menelaah dan mengkajinya. Karya Ilmiyah menjadi satu karya tulis yang cukup sulit, membutuhkan penelitian, harus menyajikan fakta, cermat dan jujur, tidak memihak, sistematis, tidak bersifat haru, mengesampingkan pendapat yang tidak memiliki dasar, sungguh-sungguh, tidak bercorak debat, tidak secara langsung bernada membujuk, tidak melebih-lebihkan. Pun karya tulis ilmiyah harus memiliki memiliki validitas yang tinggi, analisis dan interpretasi harus objective, kejujuran sangat penting, mana pendapat atau penemuan sendiri dan mana pendapat dan penemuan orang lain, jelas, tegas, singkat, sederhana dan teliti, kompak, continue dan lancar. Adapu kriteria karya ilmiyah bisa berbeda antara ahli satu dengan yang lain. Dipaparkan kang Ngainun Naim dimana tulisan ilmiyah menurut Prof. Fauzan, pertama well written, memperhatikan kaidah bahasa yang baik dan mudah dipahami, yang kedua well research, riset yang baik tentu dilakukan dengan serius, keseriusan yang dilandasi rasa senang, agar risetnya tidak mebosankan. Yang ketiga well organize, tulisan ilmiyah lebih ketat dari karya tulis lain. Keempat eye opening, yakni memberikan pengetahuan baru yang mencerahkan. Didalam karya tulis ilmiyah ada konsep mengikat makna ini yang menjadikan cukup rumit, dari tema yang diangkat, membutuhkan akurasi yang tinggi. Kedua penguasaan materi. Ketiga terlatih atau tidaknya dalam mengungkapkan pemahamannya dalam bahasa tulis. Keempat kurang banyak membaca menentukan mengalirnya sebuah tulisan karya tulis. Kutipan DePorter dan Hernacki, dalam tulisan kang Ngainun Naim Hernowo mengatakan bahwa menulis adalah aktifitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emotional) dan kiri (logika), dengan memanfaatkan dua belah otak maka akan terbentuk tulisan yang baik. Mengoptimalkan fungsi dua belah otak bisa dilakukan dengan beberapa cara, pertama dengan merasakan saat menentukan tema. Kedua bagaimana keadaan perasaan. Ketiga keadaan emosi. Keempat, perluaslah wawasan dan perkayalah perspektif, warnai tema dengan pelbagai kemungkinan. Kelima penggunaan imajinasi secara efektif. Keenam pacu antusiasme atau gairah, sulit dan kobarkan semangat. Ketujuh gunakan potensi diri. Kedelapan bagaimana perasaan saat bersentuhan dengan tema yang kita tulis. Setelah kedelapan ini bisa di lalui mengfungsikan otak kanan, kemudian kembali fungsikan otak kiri, kemudian gabunglah, senergikan dan selaraskan, sehingga sebuah karya tulis ilmiyah yang terkesan kaku akan menjadi lebih enak dibaca dan menggairahkan seolah hidup memiliki "ruh". Dalam semua karya, segala bentuk karya,"ruh" menjadi sumber utamanya yang menjadikan karya tersebut mampu dinikmati dengan baik. "ruh" dari sebuah karya adalah kejujuran dan ketulusan hati, sepenuh hati dalam berkarya, lillahita'ala mengharap ridho Alloh SWT semata.
Masuk BAB III "Alasan Menulis", pertama "Menulis Sebagai Tempat Perlindungan" menulis itu tradisi yang harus dirawat. Perjuangan menyelesaikan sebuah tulisan menjadi dinamika dan perjuangan tersendiri. Menulis dengan sepenuh hati akan mampu melembutkan hati, membentuk diri menjadi penyabar dan kemampuan menelaah diri, intropeksi atau muhasabah atas angan dan ingin yang mengitari otaknya, pun mampu meluluhkan lelah dan memadamkan api emosi, melatih kemampuan diri untuk menjadi lebih bijaksana dalam menentukan sikap, semakin teliti dan hati-hati.
"Menulis Sebagai Obat Stress" hahaha, ini relate banget dengan diri ku hahaha. Stress ku terlampiaskan dengan terus berlatih menulis. Benar-benar terobati. Aku membuktikan, aku mempraktikkan, aku merasakan dan ya menulis tidak selalu menyenangkan, tapi tetep harus di jalani dengan senang. Menulis adalah dolanan yang serius. Hahaha. Aktifitas yang sudah menjadi passion tentu akan dinikmati dalam menjalani. Menepis Keluhan dan ke tidak konsistensian diri. Melampiaskan tingkat stress dengan cara yang positif yakni dengan berkarya, salah satunya karya tulis.
Menikmati hidup adalah dengan menjalani kehidupan dengan apapun dan bagaimanapun kondisinya dengan penuh rasa menerima ridho dan ikhlas akan ketetapan-Nya terhadap diri kita, "sakmadyone" pun terus berusaha untuk senantiasa memperbaiki meng-upgrade diri begitulah syukur yang tak sebatas ucapan hamdallah. Barokalloh.Â
Masuk ke sub BAB "Dosen dan Tradisi Menulis", menulis merupakan cara berkomunikasi secara tidak langsung. Sitik Maslahah Disebutkan kang Ngainun Naim bahwa menulis menurutnya adalah komunikasi untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, dan kehendak-Nya kepada orang lain secara tertulis. Komunikasi tertulis untuk pengungkapan pikiran dan gagasan yang diharapkan tercapainya maksud dan tujuan. Perkembangan komunikasi tertulis tampaknya kurang baik di Indonesia ini, karena budaya bicara lebih dominan dibanding dengan budaya membaca dan menulis. Dosen sebagai seorang intelektual sayogyanya harus terus memproduksi dan mengembangkan pengetahuannya lewat penelitian dan publikasi karya ilmiyah. Semakin produktif semakin luas pengakuan publik terhadap kapasitas keilmuannya. Melalui karya tulis seorang dosen mampu mengkomunikasikan pikiran dan gagasannya kepada khalayak ramai. Intelektualitas seorang dosen seharuanya tidak sebatas aktifitas mengajar, tapi mampu menerobos secara lebih luas untuk pengembangan keilmuannya.Â