Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

The Power of Writing Resume Buku Kang Ngainun Naim

26 Juni 2023   15:29 Diperbarui: 29 Juni 2023   04:27 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tinggal sholat ashar dulu, sudah pukul 16:21 WIB, keasikan nulis gak terasa udah sore, hahaha. Baru sampai halaman 54. Sub BAB "Keajaiban Menulis". Lanjut sehabis sholat ashar. Barokalloh. 

Alhamdulillah, sudah pukul 16:46 WIB, mandi sudah, sholat sudah, wangi tentu, tapi kepala tetep botak dan gigi tetep tonggos, kulit tetep item, hahaha. Yok lanjut latihan meresum lagi. Hihihi. 

Masuk sub BAB "Keajaiban Menulis", kang Ngainun Naim menyatakan dirinya terinspirasi dari buku adiknya yang berjudul "Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi" karya Wijaya Kusumah panggilan akrabnya om Jay. Menulis memberikan banyak keajaiban ungkapnya. Ajaib sama dengan jarang ada yakni memberikan efek istimewa terhadap pelakunya. Dengan menulis setiap hari memberikan manfaat nyata walau dengan tulisan yang sederhana, om Jay menyatakan bahwa "banyak keajaiban yang akan anda dapatkan dari rajin menulis" yakni sesuatu yang luar biasa yang menyertai dam membuntutinya, dari mulai honor, terus juga tak jarang menjadi pembicara, mendapat banyak relasi, mampu membeli peralatan pendukung dan yang terkhusus menulis di blog menjadi alat rekam yang ajaib, blog menjadi perpanjangan tangan memicu untuk terus mencatat dan terus membuka pikiran dan otaknya untuk terus mengucurkan ide dan gagasan. Hikmah dari menulis setiap hari akan menjadikan kemudahan dalam menemukan dan mengolah kata. Menulis dan rasakan manfaatnya, anda akan menemukan keajaiban. Semua dimulai dari rasa senang dan hobi menulis ungkapan Wijaya Kusumah yang dipaparkan knag Ngainun Naim. 

Kang Ngainun Naim juga menyatakan bahwa "Penulis Itu Makhluk Langka", benar pernyataan beliau ini, ini telah menjadi cambuk untuk aku mencoba menulis, menyulut api semangat ku untuk menghasilkan karya dan terus berkarya. Banyak manfaat secara individual maupun secara sosial. Sebuah tulisan akan sangat mungkin turut berkontribusi terhadap kemajuan hidup dan peradaban. Kang Ngainun Naim seorang dosen yang tidak memiliki basic formal terkait dunia menulis tidak pernah menempuh pendidikan yang spesifik berkaitan langsung dengan dunia menulis, namun perjuangan dan telah banyaknya hasil karya beliau membuktikan kapabilitas dirinya sebagai penulis yang baik, diungkapkan beliau selalu memberikan spirit literasi membaca-menulis dalam berbagai kesempatan perkuliahannya. Mengajak untuk menulis karya secara terus-menerus agar mampu mencapai rasa cinta dengan aktifitas menulis, mewujudkan rasa cinta menulis dengan membuat karya tulis dan terus memupuknya sehingga menjadi sebuah tradisi, karena menulis harus ditradisikan secara luas, pun penulisnya harus diawetkan karena penulis adalah tergolong sebagai makhluk langka. Pengawetan diri dengan menulis, karena tulisan jauh lebih awet dibandingkan ucapan, ungkap kang Ngainun Naim bahwa keterampilan menulis itu sangat penting, tapi disayangkan hanya sebagian kecil saja yang menekuni. Dari situlah kang Ngainun Naim menyebut bahwa Penulis Itu Makhluk Langka.

Masuk part "Jangan Mudah Menyerah", memiliki keinginan menulis saja itu sudah anugerah, yakni potensi besar yang musti diapresiasi. Selanjutnya dengan menindaklanjuti dengan aksi nyata. Banyak yang ingin menulis tapi sebatas ingin belaka, dan hanya menjadi calon penulis karena hanya ada dalam angan, banyak mengeluh bukan bekerja keras mewujudkan tulisan. Kunci pentingnya adalah tidak mudah menyerah dan terus berjuang, mentalitas tahan banting, kemampuan menghadapi dan mengatasi berbagai hambatan dan tantangan dengan baik.

"Membaca itu ada seninya agar berkenan dan mudah tersimpan didalam ingatan, tertata rapi didalam memori otak, sehingga mudah kita buka lagi, karena aku lebih suka membaca bentuk konvemsional yakni bentuk buku daripada digital, jadi seni ku dalam membaca ya dengan corat-coret, mencorat-coret buku yang sedang aku baca itu rasanya asyik, bahkan aku gambari, tidak sekedar stabilo atau garis bawah, karena pas aku gambar itu aku ingat apa yang aku baca kala itu, pun aku beranggapan buku yang bersih itu bukunya para pemalas". Hahaha. 

Sudah maghrib, pukul 17:38 WIB, rehat berbuka puasa dulu, sholat maghrib terus nanti lanjut lagi. Isi sudah masuk ke sub BAB "Komitmen Menulis" halaman 64, mari berbuka puasa dulu, Barokalloh.

Alhamdulillah, berbuka puasa sudah, sholat maghrib sudah, ritual tadarus sudah, pukul 18:22 nih, lanjut latihan meresum lagi. Hahaha.

Sebuah tulisan tidak akan jadi tanpa ada komitmen. Menurut ku malah apapun tidak akan berjalan baik tanpa sebuah komitmen. Dalam hal menulis jika sudah terpupuk dengan komitmen yang kuat dan kokoh, maka akan terus menulis dan tetap menulis dalam kondisi apapun, sesibuk apapun harus mampu menyempatkan menorehkan pokok-pokok pikirannya. Di tuliskan oleh kang Ngainun Naim bahwasana seorang penulis terkenal Isak Dinesen mengatakan "aku menulis Saban hari tanpa berharap dan tanpa putus asa" dari ungkapan pernyataan tersebut dapat tergambar bahwa yang dilakukan adalah bentuk keihklasan. Menurut ku segala hal yang dilakukan dengan ikhlas pasti akan berbuah manis, oleh karenanya mari harapkanlah ridho-Nya dalam setiap karya kita, apapun karya kita. Semangat dalam menulis semestinya pararel dengan komitmen. Jadi bukan hanya relationship, pernikahan dan rumah tangga yang butuh komitmen, menulis pun sangat butuh akan komitmen. Disini dipaparkan bahwa kang Ngainun Naim sendiri sering gagal kala awal S-1 tak jarang tulisan yang selesai dirasa tidak memuaskan. Mungkin juga pernah merasa tidak percaya diri dengan hasil karya tulisnya, tapi beliau mengungkapkan yang penting dirinya menulis setiap hari walu satu paragraf. Pun banyak kritik yang masuk, bagi beliau kritik adalah bentuk penghormatan yang harus diterima dengan sepenuh hati. 

Mari masuk sub BAB "Berjejaring", tidak boleh menghindari pergaulan, tidak boleh menyendiri dan menutupi diri, karena dari sini akan terbentuk circle yang Saling menguatkan. Ketika berjejarin akan ada banyak kesempatan datang kepada kita terkait kepenulisan, maka manfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Penulis harus berjejaring alasannya: Pertama bahwa penulis memerlukan pembaca, dan ini akan membentuk sebuah kolaborasi karena diantara pembaca tentu ada penulis. Kedua berbagi pengetahuan, pengalaman, strategi penerbitan, atau strategi measaran atas karya maupun buku yang dihasilkan. Ketiga saling mengangkat, ditulis kang Ngainun Naim kutipan Emcho, edifikasi lewat tulisan adalah mengangkat nama atau karya penulis lain dengan menyebutkan nama penulis atau karya penulis itu didalam karya penulis yang mengedifikasi. Secara simultan "martabatnya" meningkat. Keempat posisi tawar, ini akan memungkinkan membentuk berbagai kegiatan dengan dukungan pihak lain. Kelima pembelaan, hal ini bisa dilakukan secara bersama dan klasikal dengan jejaring yang kokoh. Yang keenam menulis bareng, kolaborasi dalam satu karya tulis.

"tapi tak jarang ada kalanya menyendiri sangat dibutuhkan untuk menggali dan memahami diri, bermuhasabah atau intropeksi, walau menyendiri dan menutup diri tapi selalu menuangkan perenungan-perenungannya dalam bentuk karya tulis, ibarat dipenjara tapi menghasilkan karya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun