Hahaha, apa itu nyungi? Nyunggi adalah memikul beban diatas kepala. Hahaha. Minggu 18 Juni 2023 pukul 18:37, Usai sholat maghrib sembari nonton TVRI Klik Indonesia Petang, Berita dipandu elok oleh mbak Maya Kariem yang tampil anggun dengan warna baju yang sangat cerah dan Mas Adi Priatmoko yang tampil gagah dengan dasi yang warnanya senada dengan baju mbak Maya.
Tadi aktifitas ku lumayan melelahkan, pagi urusan ku dengan Alloh SWT sholat subuh, dari mushola selesai jam 05:15 WIB pulang dari mushola langsung ke toilet. O, ya tadi aku pakai baju batik motif mega mendung lengan pendek warna pink, hahaha, sarung dengan warna peach, kupluk putih lusuh, hahaha. Usai dari toilet, aku ambil tas kecil dan hape aku cabut dari cascasanya dan aku bawa.Â
Kali ini aku tidak lewat jalan biasanya, aku tidak mampir ke rumah simbah, aku lewat jalur selatan, lewat gili wangan alias bantaran tanggul sungai irigasi. Aku jalan sampai dengan timur desa, sampai lapangan voli. Melihat langit kampung ku lagi nampak bagus kamera hape aku nyala kan, ku ambil video tidak ada satu menit, dua kali take video dengan dusari hitungan detik. Take video ketiga sudah gak bisa, hape mati, bateray ngedrop. Jadi harus super sabar untuk bisa ambil video satu menit saja butuh perjuangan. Tidak ada power bank juga. Maklum. Hahaha. Wis pokokmen opo anane alat ae. Hahaha.
Hape mati, aku langsung bergegas jalan menuju gubuk singgah ku tercinta. Dijalan aku ketemu mbah Mualimin sedang nurutin banyu, lheb alias mengairi sawah. Ya biasa basa-basi menyapa sambil terus jalan. Dia salah satu yang dulu pernah meremehkan aku, dia juga termasuk salah satu orang yang mengkikis sedikit-demi sedikit jalan setapak yang selalu aku lewati  ini, dia kikis jalan dengan cangkul secenti demi secenti tak lain untuk melebarkan sawahnya, yang dulu nya lebar jalan dua meter lebih sekarang tinggal satu meter. Hahaha. Aztaghfirulohal adzim.Â
Sekarang kalau ketemu aku dia isin alias malu salting, hahaha. Ya karena ulah dia sendiri. Aku biasa biasa saja sih, aku memaafkan atas sikapnya dulu kepada ku, yang aku benci sifat buruknya bukan orangnya. Orangnya tetep aku cintai. Hahaha. Sehat selalu mbah muslimin, jangan lupa bahagia. Hahaha.Â
Aku sampai di gubuk tercinta, buka pintu, salam, biasa mantra masuk rumah aku baca, ayat kursi 3 kali, al-kafirun 1 kali , al-ikhlas 11 kali, sholawat sepuasnya. Hahaha. Sembari me naruh tas, dan segera ngecas hape, dan nyalain radio tape jadul RRI Pro 1 Semarang pas masih ngaji membahas masalah qurban.
Sembari aku mendengarkan radio, aku sambi me lanjutkan ritual pagi, hahaha, baca Yasin, waqi'ah, al-mulk, asma'ul khusna. Sampai dengan jam 06 lewat, aku masih dengan urusan ku atas diri ku kepada-Nya. Alhamdulillah sampai dengan selesai. Sembari aku baca bukunya kang Ngainun Naim yang belum juga selesai sembari aku memungut sampah kliyang alias daun kering di halaman biar bersih.
Beberapa lembar aku baca, Sorot matahari sudah masuk ke gubuk, menerobos sela-sela rimbunnya pohon, sorotnya menerangi sudut gelap ruangan pawon alias dapur gubuk ku. Sejenak aku tutup buku, dan aku menarik ember mengambil air untuk menyiram rumput halaman dan menyiram pohon cabe, pohon tomat, pohon serih, pohon durian yang masih kecil-kecil, menyiram pohon cukra-cakri, menyiram anggrek. Sambil leren alias rehat cape, aku manfaatkan untuk baca buku lagi walau cuma dapat setengah lembar. Lanjut aku teruskan besik mbedoli suket alias bersihin rumput. Hahaha
Tak terasa waktu sudah jam 09an. Aku ambil sabit, aku jalan ke ladang sekurangnya jarak 300 meter, nengok pisang yang udah tua. Satu pohon sudah tua, pisang raja nangka dan langsung aku tegor gedhange alias petik pisangnya. Lumayan kasihkan simbok biar di bikin keripik pisang. Aku platoki pohonnya pakai sabit, ehhh karena garan alias gagang pegangan sabit sudah gapuk alias rapuh, malah pothol alias patah. Alhamdulillah sedikit sudah bisa aku tarik dan ambruk alias roboh. Aku potong pisangnya, aku rapikan potongan pohonnya, aku cari tugelan garan aritnya alias mencari potongan pegangan sabit. Ketemu, langsung aku sunggi pisang aku bawa ke gubuk.Â
Sampai gubuk aku berharap ada orang lewat yang biasa kesawah bawa motor, mau tak pinjem motornya buat bawa pisang, karena tandannya lumayan besar dan berat. Sambil menunggu ada orang, sambil dengerin RRI, sambil menikmati gemericik air, sambil baca buku lagi. Hahaha. Tak lama Lek Imbuh datang, hihihi, kalungnya kontak motor, langsung dah tanpa basa-basi aku pinjam motornya buat bawa pisang.
Pisang aku panggul alias sunggi alias dibawa diatas kepala. Jalan nanjak 50 meter sampai motor parkir, pisang aku naikkan motor, coba aku selah engkol, dan jreng... Nyala.. Ketemu mas budi sedang cari ramban alias pakan kambing, basa-basi aku sapa. Terus aku jalan nganter pisang ke rumah Simbok. Ketemu orang nyangkul aku teriaki liren-liren!!!! Alias istirahat-istirahat!!!! Mereka jawab Iya!!! Kok gedhange siji tok!!!! Aku jawab iyo on onone!!!! Sambil terus jalan. Sampai rumah Simbok langsung aku taruh di teras belakang. Nah saat njunjung alias ngangkat pisang dari motor, pisang aku taruh didepan karena motor bebek. Begitu aku angkat, ehhhh kontak motor tidak ada, wah jatuh ini... Duhhh...
Taruh pisang, motor masih nyala, langsung aku jalan balik ke gubuk, pelan-pelan sambil cari kontak motor yang jatuh. Ketemu di antara depan rumah paklik subhan dan depan rumah paklik dirin/rumah simbah. Aku berhenti, motor masih berdiri aku ambil kontak menggunakan kaki, langsung aku jalan, ketemu bocil ponakan sama mamaknya aku Sapa sambil jalan.
Sampai parkir lagi, terus jalan Setapak turun sampai gubuk, lek Imbuh sedang kewalahan narik bambu petung sendiri. Langsung aku samperi sembari ngasih kan kontak motornya, terima kasih dan aku bantu narik bambu, bambu di potong, aku bantu angkat. Terus aku pangkasi bambu cabang yang kecil-kecil aku ambil sendiri buat lanjaran untuk mengikat pohon tomat. Bambu yang besar untuk mengganti jembatan menuju ladangnya lek imbuh yang sudah rusak keropos. Usai bantu lek Imbuh kami leren alias rehat dan ngobrol sejenak diatas curug kedung dalan, duduk dibatu dia sambil ngelinting tembakau, sambil nawar in aku, lah aku udah khatam ngerokok, sudah berhenti lama.Â
Alhamdulillah aku sudah bisa berhenti merokok, dan aku merasa lebih sehat. Ngobrol banyak, ngebahas ngaji minggu pon, pengajian selapanan Abah Adib Annas Noer. Aku tanyakan dia, opo ora kangen ora tau melu minggu ponan? Yo kangen nemen Jane, nyong malah ora ngerti yen minggu wingi minggu pon, jawab lek Imbuh dengan mesem-mesem. Hahaha.Â
Aku suruh meneruskan pekerjaannya, biar selesai, kalo aku ajak ngobrol malah tidak selesai ntar. Aku tinggal pipis, terus wudhu, terus jalan, lek Imbuh teriak minta pinjem cangkul, aku ambilkan, dan aku taruh dibatu, aku tinggal ke gubuk lihat jam sudah jam 10an, bergegas aku sholat dzuha. Hahaha. Mumpung masih bisa ngelonggatin waktu dzuha. Hahaha. Sesekali.Â
Usai dzuha lanjut baca buku. Dapat beberapa halaman. Ada bocil-bocil mancing, aku masih terus baca, tak lam ada anak kampung mancing, si ifan gendut, nyamperi sambil teriak lek minta plastik blah-blah. Yo kae jukuk, aku masih sambil baca, dia ambil plastik terus mancing di campuan alias pertemuan Dua aliran sungai dekat gubuk. Tak lama kumandang adzan dzuhur. Lek Imbuh pulang dari ladang membawa kayu bakar sebengket alias seikat besar, sambil mengajak pulang, aku jawab bentar dulu, aku sholat disini saja. Yo siappp sahutnya sambil jalan. Aku sholat dzuhur, selesai sholat, matiin radio, ambil hape, jalan pulang.
Ifan aku tinggal, dia tidak melihat aku jalan pulang, jalan sampai lapangan voli, ada septic tank yang airnya mbludak, kumuh dan menjijikkan, sudah tidak kerawat, aku foto beberapa sudut, rencana mau aku buat laporan di laporgub.jatengprov.go.id hahaha. Biar kembali fungsi normal. Pipa dari warga banyak yang dipotong di aliran irigasi, jadi beberapa pipa saja yang masuk tank. Pokokmen kemproh menjijikkan. Hahaha.Â
Lanjut jalan lewat pinggiran, ketemu dengan mbah Nasori, aku jabat tangan ku cium tangannya, biasa tanya basa-basi. Lanjut aku jalan sampai rumah, simbok belum tau ada pisang, aku sodorkan, lagi ada biyung Misinah juga, mereka tanya pisang metik dimana, aku bilang di sawah balung, sahut biyung kok tadi aku gak liat bawanya, tak masukin sarung sahut ku. Hahaha. Dan aku rehat di teras belakang, buka hape. Latihan nulis tadi siang, pengalaman konyol ku di Batulicin. Hahaha... Terus latihan nulis lagi, dan latihan lagi, lagi, lagi dan lagi.Â
Brahhhhh, sudah pukul 20:20 WIB. Rehat ah, jempol udah panas, terima kasih semuanya, khususnya untuk diri ku sendiri. I love myself. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa bahagia. Barokalloh.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H