Keadaan sedang mencekam, saya melihat banyak berjatuhan korban pingsan, terjatuh karena peluru karet, karena  sempat saya bantu dan saya liat pinggangnya terluka kena peluru.
Sekitar 46 detik, titik aksi depan pintu gedung DPRD kaltim benar-benar kosong, hanya dipenuhi kepulan asap gas air mata dan suara dentuman tembakan. Yang ada hanya kami, ada 7 orang diantaranya  pakai orang mahasiswa pakai almamater kuning UNMUL, 1 Almamater hijau POLNES , 1, s PDH Biru/berambut gondrong, 1 pakai kaos oblong hitam, 1 pedagang musiman aksi dan saya sendiri dengan baju kotak-kotak orange soft.
Saat itu, saya sudah tidak tau harus kemana lagi, karena memang tembakan gas air mata membuat kita susah bernafas. Kami sudah tidak bisa lagi pergi berlari karena kepulan asap, sehingga  kami masuk ke rumah tepat di depan gedung DPRD tersebut, kami sembunyi disana sekitar 10 menit. Kebetulan rumah tersebut sedang dikosongkan karena mau renovasi.
Saat didalam rumah tersebutpun kami ditembaki gas beracun berkali-kali, dari hitungan kami ada 52 kali selama 46 detik. Bahkan sampai kaca rumah tersebut pecah dan berjatuhan . Motor yang terparkir di depan rumah tersebut hampir terbakar karena bidikan aparat itu kearah kami yang sembunyi di dalam rumah tersebut. Saat itu masih terdengar Adzan magribh dengan jelas, tetapi kami tetap ditembaki tiada henti yang berlindung disebuah bangunan kosong.
Saya sempat menawarkan P3K ke kawan kawan 6 orang lain yang ada dalam rumah kosong tersebut. Lalu mereka ambil air, tissue dan Vitacimin dari kotak P3K yang kubawa. Merka terlihat khawatir padaku, karena saat itu saya masih kekeh untuk melihat kedepan.
Terhitung sekitar 10 menit kami did alam rumah tersebut, kemudian kami mencoba keluar tetapi tetap tidak bisa.kami melihat kedaan depan DPRD Â dinding kaca yang pecah tersebut, saya bersikeras untuk ingin keluar melihat situasi kondisi. Akahirnya kami meberanikan diri keluar dari persembunyian. ternyata ada 1 orang pemberani yang sedang maju seorang diri kedepan pintu gerbang gedung DPRD membawa bendera merah putih. Kami melihat dengan jelas, dia ditembaki dengan Gas air mata dari arah dekat.
Kami berusaha untuk meneriaki agar mundur, karena Aparat genjar menembakinya. Perlahan massa aksi satu-persatu berdatangan kembali menjemput yang tertinggal dan kemudia aparat menembaki lagi dengan gas air mata. 10 menit dan 46 detik peristwa yang mengenaskan di Samarinda.
Ternyata peringatan sesuai wahyu Allah tentang Sholat di magribh dan adzan saja sudah tak di dengar oleh aparat. Mereka malah membabi buta menembaki massa aksi. Aparat sudah tidak mempunyai kepercayaan agama, moral dan budi nurani terhadap kemanusian. Padahal sebelumnya mereka memperdengarkan shalawat dari dalam kantor DPRD.
Pesan Cinta Untuk Kawan Juang Demonstran
pesan dari saya ( Fitriyani Sinaga), Bila Ilmu adalah suatu cahaya dan kebodohan adalah bahaya, maka dengan ilmu semua akan terlihat tentang baik dan buruk. Jalan benar dan kesesatan, bahagia dan kesengsaraan, sukses dan gagal bahkan katanya antara surga dan neraka kwkwkwkk.
Saya percaya setiap kawan yang turun ke jalan adalah orang yang berilmu dan mempunyai budi nurani tulus. Seorang demosntran adalah seorang orator yang telah menguasai pokok permasalahan yang di tuntutnya. Seseorang yang mendedikasikan dirinya pada masyarakat. Sejatinya pejuang adalah yang bertahan hingga tuntas untuk mewujudkan cita cita bersama dengan tidak ada kata mundur dan penghianatan.
Teruntuk 7 orang  Kawan juang yang berada disisiku saat aksi, terima kasih telah saling mengingatkan, walaupun kita belum sempat kenalan, 10 menit dalam rumah kosong dengan kepulan asap dan 46 detik yang mencekam itu telah membuktikan kepekaan kita untuk saling melindungi dikerumunanan tembakan gas air mata yang sudah membuat kita saling mengenal.