Komentar-komentar mereka, seperti, "Duh, kakaknya nggak secantik adiknya ya? Adikmu lho putih, kamu kok item? Belum mandi yaa.." atau komentar guru, "Kamu nggak seperti kakakmu.. Kakakmu rajin, juara kelas, aktif di OSIS. Kamu kok sering bolos?"Â
Anda sering menemui fenomena seperti itu ya? Sebaiknya hal-hal semacam itu dihentikan, sebelum berdampak buruk pada anak-anak kita.Â
Dampak Sibling Rivalry
Kebanyakan orangtua menganggap persaingan atau rasa cemburu pada anak-anaknya itu wajar. Nanti juga hilang sendiri, gitu katanya. Padahal tidak yaa.. Sibling rivalry bukan menurun, lalu menghilang, bila tanpa penanganan. Rasa jengkel, marah, kecewa, yang bertumpuk akhirnya berubah menjadi rasa dengki.Â
Bahkan bisa berlanjut menjadi permusuhan hingga mereka dewasa. Sudah banyak contoh untuk hal ini. Mungkin Anda pernah membaca berita pertikaian antar saudara di pengadilan karena berebut warisan, sementara orangtuanya terbaring sakit di Rumah Sakit? Atau antar saudara yang tidak saling menyapa selama bertahun-tahun?Â
Dampak pada individu juga bisa diamati. Anak yang minder karena dibandingkan dengan kakak/adiknya akan membawa perasaan inferior itu hingga ke masa dewasa. Mereka tumbuh menjadi pribadi yang tidak utuh, bimbang, tidak bangga dengan dirinya, dan seperti kehilangan arah.Â
Pikirannya selalu ke perbandingan dengan kakak/adiknya. Sampai kapanpun perbandingan itu tidak akan mencapai posisi setara karena masing-masing individu berkembang. Hal ini tidak disadari oleh individu yang inferior tersebut, sehingga dirinya diliputi keraguan sepanjang usia. Patokannya adalah saudaranya itu, sampai lupa pada potensi dirinya yang harusnya bisa dikembangkan maksimal.Â
Bentuk Perilaku Sibling Rivalry
Setelah mengetahui dampak buruk sibling rivalry, saya akan jabarkan bentuk perilakunya agar Anda lebih jeli mengamati tingkah laku anak-anak Anda, atau tingkah laku anak-anak yang menjadi tanggungjawab Anda.Â
1. Mereka lebih sering menangis tanpa sebab atau karena hal sederhana, sehingga orang memberikan label 'cengeng'. Sedikit sedikit nangis. Nangisnya lama pula. Makin dilarang nangis, makin kencang tangisannya.Â
2. Kemunduran perilaku. Anak kembali ke masa sebelumnya. Kalau tadinya sudah tidak mengompol, eh sekarang malah ngompol terus menerus. Ada juga yang minta minum dari botol susu (dengan dot), atau minta ASI juga seperti adiknya.Â