Beberapa hari kemudian klien kembali ke saya. Diagnosis dari THT adalah gejala tinnitus. Mereka senang sekali karena masalah anaknya bisa diselesaikan dan murni masalah fisik, bukan diikuti jin atau anaknya menjadi 'gila' (karena marah-marah).Â
Hanya dengan obat dari dokter THT selama 1 minggu yang diminum rutin, keluhan telinga bising berkurang. Tidurnya nyenyak, sakit kepalanya berkurang dan ABC lebih ramah.
Apa itu Tinnitus?
Bahasan tentang pengaruh sakit fisik terhadap aspek psikologis terdapat dalam cabang ilmu Clinical Health Psychology. Cabang ini menyenangkan untuk dipelajari dan didalami.Â
Dalam buku Handbook of Clinical Health Psychology (Llewelyn & Kennedy, 2003), tinnitus adalah gangguan telinga yang gejalanya telinga berdenging atau bising.Â
Kata tinnitus berasal dari bahasa Latin, yaitu tinnire (berdering). Definisi tinnitus secara medis dan modern dirumuskan oleh McFadden, yaitu tinnitus is the conscious expression of a sound that originates in an involuntary manner in the head of its owner, or may appear to him to do so. Definisi tersebut digunakan secara meluas hingga kini.
Tinnitus bukanlah penyakit fisik, melainkan gejala dari penyakit lainnya. Orang yang mengalami tinnitus seolah-olah mendengar bunyi, sensasi bunyi di dalam telinga meskipun tidak ada sumber suara aslinya. Sensasi ini bisa muncul hanya pada salah satu telinga atau keduanya.Â
Dalam kasus klien ABC, sensasi bisingnya terdapat pada kedua telinga. Penyebab tinnitus bermacam-macam, mulai dari penyakit fisik hingga ke kebiasaan yang salah.
Aspek Psikologis dari Tinnitus
Meskipun tinnitus bukan permasalahan psikologis, namun berdampak pada penderitanya mulai dari keluhan ringan hingga depresi.Â