Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Yakin Mental Anda Sehat? Cari Tahu Dulu di Sini!

17 Juli 2017   21:54 Diperbarui: 22 Maret 2022   00:20 2208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SUATU hari Jenny mengeluh pada sobatnya, Anita, "Pacarku aneh banget deh. Masa dia melarang aku ketemu dengan teman-teman lama. Ke mana pun aku pergi, harus kirim foto ke dia. Kalau dia nggak yakin, kita harus video call. Bukan cuma itu aja. Aku pergi dengan keluargaku juga ditelepon terus menerus. Alasannya sih dia ingin memastikan aku sungguh-sungguh pergi dengan keluarga. Bukan dengan orang lain. Dia juga mengharuskan aku lapor ke dia apa saja kegiatanku seharian. Duh, capek deh, Nit!". Anita hanya bisa mengangkat bahu sambil komentar, "Susah juga ya?"

Apakah Anda pernah menemui orang semacam itu? Pacar yang posesif tidak menyenangkan ya? Mereka tidak mampu mempercayai orang lain, berusaha mengendalikan dan mengontrol hidup pasangannya, serta mempersempit lingkup pergaulan pacarnya. Apakah pacar seperti itu membuat pasangannya bahagia? Pertanyaan lebih lanjut, apakah pacar posesif adalah orang yang sehat mentalnya?

Dalam kehidupan sehari-hari orang yang kurang sehat mental sering kita temui. Dalam skala ringan, mereka masih bisa bergaul, bekerja bahkan menjadi atasan di kantor. Tentu saja orang dengan kesehatan mental terganggu parah harus dirawat di institusi kesehatan. Kesehatan mental penting diperhatikan. Semua orang bisa mempunyai mental yang sehat lho..

Pengertian dan Ciri Orang Sehat Mental

Menurut WHO kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan optimal baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang lain. Apa saja ciri orang yang sehat mental? Menurut Maslow dan Mittleman karakteristik orang sehat mental adalah sebagai berikut:

Memiliki rasa aman yang memadai. 

Rasa aman dalam berinteraksi dengan diri sendiri, orang lain, pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Mereka bisa menjalin relasi dengan siapapun tanpa rasa was-was, curiga atau ketakutan. Mereka juga mampu berelasi dengan siapa saja karena yakin pada dirinya sendiri tanpa dibebani rasa takut pada orang lain. Anda pernah bertemu dengan orang semacam itu? Bagaimana kesan Anda? Ya! Mereka terkesan orang yang santai, nyaman dan percaya diri ketika bergaul dengan siapa saja. Rasanya enak aja ngobrol dengan banyak orang. Oya, apakah Anda juga memiliki ciri ini? Kalau iya, bersyukurlah.. Paling tidak Anda termasuk cukup sehat mental. Lho kok cukup? Ya iyalah, masih ada ciri lainnya. Yukk kita baca ciri kedua. 

Ilustrasi https://cdn.brilio.net
Ilustrasi https://cdn.brilio.net
Kontak yang jelas dengan realita. 

Kontak realita ini mencakup 3 aspek yaitu fisik, sosial dan diri sendiri. Cirinya adalah tidak ada fantasi berlebihan, misalnya seseorang yang menganggap dirinya sebagai nabi lalu ia mengumpulkan pengikut dan membuat kitab suci sendiri; beranggapan bahwa negara sedang dalam kondisi perang sehingga mereka harus berjihad untuk menyelamatkan ajarannya dari tekanan negara; merasa diri orang paling penting sehingga menuntut orang lain menghormati, dan sebagainya. 

Ciri lain : pandangan realistis terhadap permasalahan kehidupan serta mampu mengatasinya. Sebagian besar orang tidak realistis lho.. Kalau mereka realistis, maka psikolog tidak punya klien.. hehe.. Contoh tidak realistis : marah-marah pada pasangan karena tidak bisa menjadi ibu yang baik seperti ibunya dulu, menuntut istri mampu berperan ganda. Ketika istrinya protes karena disamakan dengan ibu mertuanya, suami menjawab, "Ibuku dulu bisa kok, kenapa kamu tidak?". Hayooo.. siapa yang mengalami? Acungkan tangan!

ecowoman.de
ecowoman.de
Mampu belajar dari pengalaman. 

Individu yang punya kemampuan belajar dari pengalaman akan lebih fleksibel dalam mencari solusi atas masalahnya. Mereka bisa memanfaatkan pengetahuannya dan mempraktikkannya. Misalnya seorang pemuda yang pernah ditipu temannya dalam bisnis. 

Ketika ia mencoba bisnis untuk kedua kalinya, dengan orang berbeda, ia mampu memperbaiki cara-cara berbisnis agar tidak ditipu lagi; seorang perempuan yang pernah dikhianati oleh laki-laki dan ditinggalkan setelahnya akan berubah cara pacarannya agar tidak ditinggalkan lagi; atau anak yang pernah menjadi korban bullying akan belajar untuk menghadapinya. 

tiphidup.com
tiphidup.com
Mampu menilai diri secara memadai.

Hal ini ditandai dengan harga diri yang sehat dan memiliki perasaan berguna. Tidak minder berlebihan sampai tidak berani keluar rumah, tapi juga tidak sangat percaya diri sehingga beranggapan semua orang jauh dibawahnya. Mengenal kelebihan dan kelemahannya serta tidak terpuruk dengan kelemahan dirinya. Mereka adalah orang yang tahu persis di mana kekuatan pribadinya dan mampu menggunakan dengan efektif sesuai dengan peran dan jabatannya, misalnya Bu Susi Pudjiastuti. 

http://maritimnews.com
http://maritimnews.com
Memiliki tujuan hidup yang wajar. 

Banyak orang tidak memiliki tujuan hidup sehingga mereka menjalani hari-harinya dengan perasaan hampa. Tanpa adanya tujuan hidup, orang mudah jatuh dalam kondisi depresi ketika mengalami masalah. Oleh karena itu tujuan hidup perlu dicari dan dimantapkan. Seringkali klien bertanya pada saya, "Apa sih tujuan hidup itu?" Hmmm... Jawabannya bisa panjang nih. Enaknya dijawab sekarang atau nanti di artikel lain ya? 

Tips Memiliki Mental yang Sehat

annasindonesia.com
annasindonesia.com
Sebelumnya saya mau cerita dulu. Ketika kuliah S1 Psikologi beberapa abad yang lalu, saya antusias sekali mengetahui ciri-ciri orang sehat mental. Kriteria sehat mental atau disebut fully functioning person bukan hanya dikemukakan oleh satu ilmuwan saja, tetapi ada banyak tokoh. Saking semangatnya untuk "sembuh", eh salah, untuk berubah, saya coba satu persatu menerapkan ciri sehat mental itu. Hasilnya? Itu dia.. Tidak jelas! *ketawa lebar*

Berdasarkan pengalaman saya itu, saya sarankan agar Anda memilih salah satu ciri di atas. Mana yang dirasakan paling mudah untuk dilakukan? Setelah itu coba terapkan 1 ciri tersebut dalam pikiran, perasaan dan perilaku. FYI, perilaku baru terbentuk bila dilakukan selama 21 hari berturut-turut, dan bila terus dilakukan hingga 90 hari, maka perilaku itu akan menjadi refleks. Kalau tidak percaya, cobalah berpikir negatif terus menerus mulai besok pagi. Lakukan terus hingga 21 hari tanpa jeda. Kemudian lihatlah diri Anda. Jadi mahkluk seperti apakah Anda pada hari ke 22? Apakah Anda bisa berhenti tidak berpikir negatif?

Setelah Anda praktekkan 1 ciri sehat mental selama 21 hari berturut-turut, ada bagusnya diteruskan hingga beberapa hari lagi. Setelah itu ambil ciri sehat mental yang lainnya. Lalu ulangi tahapannya. Sehingga pada akhirnya Anda akan menjadi pribadi baru. Lebih ringan, lebih menyatu, dan lebih bahagia. Pada saat itu saya yakin Anda ingin tersenyum terus menerus karena serasa menemukan diri yang baru.

Kalau sudah, ceritakan pada saya ya.. Ditunggu lho.

---

Sumber bacaan : Kesehatan Mental, 1999, Moeljono Notosoedirdjo & Latipun, Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun