Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Esensi dari Memanfaatkan Me Time

29 September 2016   12:43 Diperbarui: 29 Juni 2017   00:17 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: katelavie

"Sorry ya, aku lagi Me Time. Besok aja aku telpon balik", sekilas pembicaraan yang saya dengar. Bukan nguping lho ya, tapi kalau ngomongnya banter, di toilet mall.. Ya pasti terdengar seantero bilik pipis itu.. 

Lalu saya amati si ibu muda itu bawa belanjaannya banyak banget. Kantong-kantong kertas bermerk dijajar di atas wastafel. Ada pula minuman di sana. Buru-buru tas dan belanjaan saya, saya singkirkan. Lha khan kuatir toh.. Kalau nanti dia minum minumannya sendiri itu, trus klepek-klepek..pleekk... Ntar saya dicurigai naruh apalah di sana, gara-gara saya naruh tas saya nutupi gelasnya #efeksianida

Eh balik lagi ke topik Me Time. 

Zaman sekarang Me Time itu diartikan pergi jalan-jalan, belanja belanji, talking-talking with old friends, atau ke salon berjam-jam (meni, pedi, creambath, spa, semir, tato alis). Ada lagi ya?

Me Time menjadi kebutuhan yang harus ada. Kalau nggak ada, orang lalu teriak, "Gue bisa matiiii...". Me Time adalah momen yang ditunggu-tunggu. Setelah itu, seolah-olah dapat energi baru untuk nyemplung lagi dalam rutinitas berbau bawang putih. 

Sebetulnya esensi Me Time adalah bertemu sejenak dengan diri sendiri. Manusia punya kebutuhan untuk masuk dalam dirinya. Berdialog batin dengan jati dirinya. Menimbang semua rasa yang telah terungkap. Menyibak pikiran-pikiran terdalam dan meluruskannya kembali. Mengijinkan diri sejenak "terbang" melewati aneka persoalan kehidupan sehingga memiliki perspektif berbeda. Memberikan waktu bagi tubuh untuk menyatu dengan pikiran dan perasaan. 

Lha kalo Me Time nya berupa jalan-jalan, belanja, ngobrol sana sini dengan teman lama, kapan ketemu dengan diri sendiri?

Biasanya orang mengartikan Me Time (disingkat MT aja ya... Eh tapi nanti keliru dengan Motivator Terkenal...) dengan lepas sebentar dari rutinitas. Ya memang benar, kita butuh sesuatu di luar rutinitas. Dengan pengertian di atas, proses Me Time memang bermaksud mengeluarkan kita dari rutinitas. 

Pada dasarnya manusia membutuhkan keseimbangan (homeostatis) dalam hidupnya. Siklus kehidupan yang monoton dan rutin akan menimbulkan ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan antara energi yang dikeluarkan untuk hal-hal di luar diri dan untuk diri sendiri akan mengakibatkan kejenuhan. Nggak percaya kalau manusia butuh keseimbangan? Contoh kecil aja : Kalau suhu ruangan terlalu panas, kita akan nyalakan AC untuk mendinginkan. Kalau uang belanja dari suami kurang, akan berusaha untuk ... ? Pasrah? Kayaknya nggak deh. Kalau istri cuman satu, supaya seimbang...? Ada yang mau njawab?! *nyiapin uleg2*

Di sisi lain, manusia dituntut untuk selalu mengembangkan dirinya. Bukan saya lho yang bilang, tapi ilmu psikologi dan agama. Apa ada agama yang bilang, "Nggak usah belajar... Udah puas-puasin aja ama sifatmu sejak bayi". Bahkan di ilmu psikologi pun, dituntut untuk belajar terus menerus. Buktinya ada tahapan perkembangan. Umur sekian harus bisa begini, umur sekian harus bisa begitu.. Nah karena ada tuntutan untuk berkembang, rutinitas membuat individu terperangkap dan tidak optimal potensinya (kalau ada yang suka pake istilah talenta ya boleh juga). 

Rutinitas mematikan kreativitas, daya juang, dan sel-sel kelabu di kepala (kata Poirot dalam Agatha Christie). Itulah sebabnya manusia perlu bertemu dirinya untuk "ngecharge" energi psikis lagi. Bukan hanya fisiknya aja yang dikeluarkan dari rutinitas. 

Lalu apakah tidak boleh memanjakan diri sendiri? Boleh banget. Justru dengan pengertian Me Time di atas, diri sendiri mendapatkan tempat dan waktu istimewa untuk dimanjakan. Masalahnya persepsi memanjakan diri sendiri itu yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan memanjakan diri itu dengan spa, salon, atau berendam di bak mandi (cause spa terlalu mahal en bath up yang ada adalah kotak sabun.. so, kekecilan dong), ya nggak masalah. 

Jebakan pengertian tentang Me Time yang perlu diwaspadai

Me Time bukan aktivitas keluar dari rutinitas untuk melarikan diri. Bukan juga sebagai kegiatan yang lebih menyenangkan daripada siklus kehidupan yang ada. Kalau persepsinya seperti ini, Me Time bermakna beda. 

Kalau Me Time berfungsi sebagai pelarian dari rutinitas, maka sebenarnya dia tersiksa dan terbeban dengan kehidupannya. Dia tidak nyaman dengan pola hidup rutin yang dia jalani. Sehingga satu-satunya cara untuk "kabur" dari situasi itu adalah Me Time. Apa tandanya kalau Me Time ini pelarian? Rasa bersalah. Ya... Si pelaku Me Time akan merasa bersalah terhadap anak-anaknya. Dia ngrasa bersenang-senang sendiri, tanpa mengajak mereka. kalau ditanya, bakalan jawab, "Tapi gimana lagi... Aku butuh waktu untuk diriku sendiri... ". Konflik khan? Ya jelas, lha wong cara mikirnya nggak pas. Akibatnya meskipun bolak balik Me Time ya tetap aja.. Pikiran dan badannya nggak fresh.. Tetap aja ruwet bin mumet. 

Trus kalau Me Time itu adalah sesuatu yang menyenangkan, sampai nggak bisa tidur semaleman kayak mau ketemu pacar, dan waktu Me Time itu ditunggu dengan gelisah, nah itu beda lagi. Dibalik antusiasme menyambut "Me Timeeee...." (dengan nada sorak-sorak gembira), sebenarnya yang bersangkutan sedang gundah. Jeda kehidupan di antara 2 Me Time terasa membosankan dibandingkan dengan Me Time itu. Kalau Me Time, dia merasa hidupnya lebih hidup. Serasa ada ruang untuk bernapas... Uff... Legaanyaaa... 

Jadi, teman-teman yang baik hatinya (mulai terpengaruh nih), apapun aktivitas waktu Me Time itu terserah pada orangnya. Mau baca musik, ndengerin buku.. eh kebalik... Mau senam sambil pake kebaya kek, mau baca novel (pinjeman) kek, mau duduk sendirian di genteng kek, terserah.. Cuman tolong pikirkan konsekuensinya yaa.. Apalagi Me Timenya nongkrong di pohon sawo.. Ihhh... 

Apapun aktivitas Me Time-nya, yang penting minumnya... dari mulut... hehe --kata si Arafah, Stand Up Comedy 2. Aktivitas Me Time bisa berupa apa saja, tergantung pelakunya. Namun yang penting adalah pengertian individu tersebut terhadap Me Time. Bila setelah Me Time terjadi hal-hal berikut ini:

  • Terjadi perubahan cara pandang tentang sesuatu, terutama kalau saat itu sedang menghadapi masalah cukup berat. 
  • Terjadi perubahan nada emosi. Kalau seharian atau beberapa hari nada emosi yang kerap dimainkan bernada G (galak/geram/galau/garing/dst) maka setelah Me Time, ada perubahan nada ke C (ceria/cenyum2/ceriang *mekso.com). 
  • Lebih nyaman dengan diri sendiri. 
  • Menemukan ide-ide baru untuk keluarga, pekerjaan, dan urusan lainnya. 
  • Tubuh lebih bugar. 
  • Muncul rasa syukur mendalam --ini yang paling penting.

Maka... Me Time Anda sungguh-sungguh berhasil! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun