Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tangan Siapa yang Akan Menumpahkan Darah Kami, Pak?

31 Maret 2016   15:05 Diperbarui: 5 Mei 2016   17:18 9458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Bermanfaat dan menyejukkan bagai embun"][/caption]

Yth. Bapak Dubes RI yang ditugaskan di negeri Sakura,

Perkenalkan saya seorang penduduk Indonesia yang tidak pernah berkunjung ke Jepang, tidak pernah melantjong ke luar negeri, dan tidak punya simpanan dana darurat untuk melarikan diri bila ada kerusuhan. Ya, bisa jadi saya termasuk golongan Cina miskin yang Bapak maksudkan.

Membaca tweet Bapak Yusron Ihza Mahendra tanggal 28 Maret 2016 lalu (https://twitter.com/YusronIhza_Mhd) membuat saya terhenyak. Begitu terkutukkah Ahok di mata Bapak sehingga Bapak perlu “berbaik hati” mengingatkan beliau dan seluruh entitas sukunya? Sebagai salah satu dari sekian banyak orang-orang Tionghoa (kami kurang nyaman disebut China, Pak) yang lahir di Indonesia, saya merasa “peringatan” Bapak berlaku juga untuk saya.

Sekalipun saya tidak ber-KTP DKI Jakarta, namun dalam tweet tersebut Bapak tidak membatasi kelompok China mana yang “perlu dikasihani karena akan jadi korban bila terjadi kerusuhan massal”, maka saya yang jauh sekali dari ibukota turut memperhatikan “peringatan” Bapak tersebut.

Pak Yusron, saya tidak tahu pasti apa niat Bapak yang sesungguhnya karena hanya Bapak dan Allah yang tahu. Mungkin saya harus berterima kasih lebih dulu pada Bapak, karena sudah mengingatkan pada kami, kaum China miskin, baik dan tidak bersalah ini untuk bersiap-siap menjadi “martir” bila ada orang-orang non-China yang tidak suka pada Pak Ahok dan ingin melampiaskan kebenciannya pada orang-orang se-etnisnya.

Peringatan halus tersebut membuat kami lebih dekat pada Tuhan, membuat kami makin yakin pada perjuangan Pak Ahok. Bapak sendiri yang mengatakan bila darah kami adalah darah kaum yang tidak bersalah. Pasti Bapak tahu hukum agama dan hukum negara bila ada darah tertumpah karena mereka tidak bersalah? Tolong informasikan pada saya yang kurang pengetahuan dan wawasan ini, Pak.

Saya tidak ingin membahas tentang kesalahan Pak Ahok (bila memang ada) sehingga dia dan seluruh etnis China layak dibalas dengan “kerusuhan massal”. Karena saya dan Bapak sama kondisinya. Bapak berada nun jauh di Jepang, dan saya berada di kota kecil di pulau Jawa. Sama-sama kita tidak merasakan efek dari pembangunan Jakarta secara langsung, atau dampak dari “kesalahan” Pak Ahok. Eh tapi rumah Bapak di Jakarta ya? Di daerah yang bebas banjir tentunya, serta masih belum bebas bayar PBBnya ya, Pak? Kembali pada topik awal, bukan persoalan kesalahan Pak Ahok yang ingin saya bahas pada kesempatan ini. Ketidaksukaan Bapak pada Pak Ahok murni sepenuhnya hak Bapak dan ranah pribadi. Saya tidak ingin tahu soal itu.

Hanya satu hal yang saya ingin tanyakan pada Bapak. Bila tweet Bapak memberikan inspirasi pada seseorang atau sekelompok orang untuk mengubahnya dalam bentuk tindakan nyata (khan Bapak seorang Dubes, sosok berpengaruh baik secara jabatan, politik dan uang), apakah Bapak siap menanggung akibatnya?

Beranikah Bapak bertanggungjawab pada Allah yang akan bertanya pada Bapak, apa yang telah Bapak lakukan selama Bapak masih hidup di dunia? Jawaban apa yang Bapak bisa berikan bila Allah bertanya, manfaat apakah bisa diberikan dari tweet Bapak tersebut? Jangan salah sangka lho, Pak, saya tidak berharap Bapak cepat ketemu Tuhan untuk menjawab pertanyaan itu. Seandainya kelak Bapak harus mempertanggungjawabkan, saya yakin Bapak sudah siap dengan jawaban terbaik.

Pertanyaan berikutnya ini saya tidak mampu menjawabnya sendiri. Bahkan mereka-reka jawabannya pun saya tidak sanggup. Tangan siapa yang akan berdarah karena menumpahkan darah kami, Pak Yusron yang terhormat? Tangan siapa yang akan menanggung konsekuensi dari tindakan seperti yang telah Bapak peringatkan?

Lalu bagaimanakah nasib pemilik tangan tersebut beserta keluarganya? Cap apa yang akan diberikan pada anak keturunan pemilik tangan tersebut, Pak? Pahlawankah? Ataukah Pembasmi Etnis yang layak dikenang sepanjang masa? Darah kami, kaum yang tidak bersalah (seperti kata Bapak), memang akan kering. Bagaimana pun juga kita semua akan mati. Bedanya cara kita mati, Pak. Darah itu akan dikenang sebagai korban dari kebencian rasial sekelompok orang. Keluarga sedarahnya akan menangis tak henti selama beberapa waktu, namun karena kemiskinan sehingga mereka tidak mungkin lari ke mana pun (seperti yang Bapak bilang), maka mereka tetap akan bekerja, berkeluarga dan meneruskan hidup di Indonesia.

Seandainya Bapak punya waktu untuk merenungkan kembali niat Bapak men-share tweet tersebut, dan terdapat persediaan serba sedikit jiwa patriot dalam diri Bapak, saya yakin Bapak tahu apa yang akan Bapak lakukan. Tengoklah sebentar cuitan balasan dalam twitter Bapak. Apakah sudah ada yang “terbakar” dengan konten tweet Bapak?

Akhir kata, saya teringat kata-kata seorang teman muslim. “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya”, lalu ia melanjutkan, “Sesungguhnya semua manusia dalam keadaan merugi, kecuali yang beriman dan beramal sholeh. Hendaknya kita semua saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran”. Begitu katanya, Pak. Kalau dalam bahasa saya, Pak : Kalau ucapan kita tidak bisa sesejuk embun di pagi hari (bermanfaat), maka jauh lebih baik kita berdiam diri.

Salam Sejahtera untuk Bapak Dubes yang Terhormat,

Sidoarjo, akhir Maret 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun