Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bingung Memilih Jurusan Kuliah?

12 Januari 2016   12:26 Diperbarui: 13 Januari 2016   11:27 4206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://images.joglosemar.co/2013/02/ilustrasi-Pilih-jurusan-Tim-UMS.jpg

Ini persoalan lain. Kebingungan akan kembali hadir kalau orangtua atau anak bertanya pada orang lain yang tidak kompeten tentang jurusan yang akan diambil, padahal sudah punya LPP. Sudah pula berkonsultasi dengan ahlinya. Saya pernah punya klien mbingungisasi seperti itu. Konsultasi dengan keluhan, "Saya bingung, anak saya ini enaknya masuk kuliah apa ya, Bu. Kemarin sudah tes psikologi, sudah dijelaskan oleh psikolognya, tapi informasi dari tante-tantenya katanya jurusan itu nantinya nggak bisa dapat pekerjaan, Bu". Saya langsung tanya, "Tante-tantenya itu kuliah di jurusan yang katanya nggak ada duitnya itu?". Dia jawab, "Tidak, Bu. Mereka kerjanya beda". Itulah masalahnya!

Satu sisi saya memahami kebiasaan orang yang senang sekali urun pendapat tanpa diminta. Mereka berdalih 'daripada nanti menyesal, lebih baik dikasih tahu sekarang'. Hal itu berlaku untuk pemilihan pasangan hidup deh. Kalau pemilihan jurusan, informasinya harus dibuka selebar-lebarnya bukan menakut-nakuti. Apalagi membatasi.

Apalagi membandingkan dengan orang lain yang gagal. Malah parah itu.. "Kamu mau jadi xxx? Lihat tuh, si AAA, kurang apa coba? Lulus dari PT terbaik, cum laude, sekarang ngganggur, ditolak kerja di mana-mana. Lha jurusannya nggak laku di sini". Pembandingan yang tidak valid. Ada juga komentator yang menakuti, "Temannya tante ada yang jual rumah untuk biayai anaknya itu studi banding ke luar negeri. Kalau nggak ikut ke luar negeri, dia nggak lulus. Hati-hati lho, mahal kuliah jurusan XXX itu". *tepok jidat*

Mendengarkan masukan orang lain itu baik-baik saja. Tapi terlalu banyak mendengarkan kata-kata orang lain tanpa berpikir kritis, malah menyesatkan. Kalau menghadapi kasus semacam itu, saya carikan rekan saya yang profesinya sama dengan jurusan yang akan diambil, lalu klien akan saya kirimkan ke sana untuk magang.

Misalnya klien ragu-ragu untuk milih jurusan kedokteran, maka saya akan carikan dokter yang mau direpoti untuk ditanyai dan dikuti. Lalu klien akan saya kirimkan ke sana. Cara ini cukup efektif. Ada klien yang makin mantap dengan pilihannya, tapi ada juga yang mundur teratur dan berubah haluan. Jauh lebih baik mengetahui dunia persilatan, eh...salah... dunia kerja yang sesungguhnya dari pelaku-pelaku di dalamnya, daripada sekedar beropini tanpa data.

Masih bingung? Semoga tidak. Kalau masih, hubungi psikolog terdekat ya... hahaha...

---

Semoga bermanfaat.

Sumber gambar : Bingung milih jurusan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun