Mohon tunggu...
Mukhammad Nafsur Rokhman
Mukhammad Nafsur Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pekerjaan saya sebagai guru mengajar di sma swasta di kabupaten pasuruan, hobi saya main game dan mencoba hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tugas 1.1.a.8: Koneksi Antar Materi Kesimpulan dan Refleksi

1 September 2023   19:45 Diperbarui: 1 September 2023   19:49 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

TUGAS 1.1.a.8 : KONEKSI ANTAR MATERI – KESIMPULAN DAN REFLEKSI

PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA MODUL 1.1

 

Asalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrohmanirrohiim

Salam Guru Penggerak. Perkenalkan nama saya Mukhammad Nafsur Rokhman, saya adalah Calon Guru Penggerak Angkatan 9 dari SMA Maarif NU Pandaan Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur. Pada kesempatan ini saya akan membuat sebuah artikel yang bertujuan untuk melengkapi tugas modul 1.1.a.8 Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1. Perlu diketahui Modul 1.1 ini membahas tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara.

Sebagaimana kita Ketahui bahwa Ki Hajar Dewantara (KHD) adalah Bapak Pendidikan Indonesia yang terlahir pada tanggal 2 Mei. Dan setiap tanggal tersebut kita memperingatinya sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara (KHD) dijadikan sebagai Bapak Pendidikan Nasional karena pemikiran-pemikiran beliau yang sungguh luar biasa mengenai bagaimana kita seharusnya mengajarkan pendidikan kepada peserta didik. Sudah kita ketahui bahwa semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani adalah buah pemikiran dari Ki Hajar Dewantara

Menurut KHD ada 3 prinsip untuk melakukan perubahan atau sering disebut 3 asas Trikon, diantaranya yaitu: Kontinuitas, konvergensi, dan konsentris. Kontinuitas maksudnya adalah ketika belajar kita harus berkelanjutan. Kita tidak boleh melupakan budaya dan sejarah dalam melakukan perubahan. Konvergensi maksudnya adalah pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan kita. Dan yang terakhir adalah konsentris maksudnya adalah pendidikan harus menghargai keberagaman dan memerdekakan pembelajar. Jadi jelas sekali terlihat bahwa pendidikan itu memerdekakan.

Tujuan pendidikan utama yang digagas Ki Hajar Dewantara adalah bagaimana pendidikan mampu membuat anak memiliki budi pekerti yang baik. ‘Budi pekerti’ atau ‘watak’ diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia, sehingga kita dapat dengan mudah membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Melalui pendidikan, saya dan kita semua berharap bahwa anak-anak murid kita nantinya bisa bertumbuh menjadi sebaik-baiknya manusia yang memiliki adab dan berbudi pekerti yang baik.

 

beberapa hal yang dapat segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD adalah sebagai berikut

Pertama, saya harus mengubah mindset saya yang tadinya berfikir bahwa anak itu adalah selembar kertas kosong yang tidak/belum tahu apa-apa, saya harus meyakinkan diri saya bahwa setiap anak lahir sudah lengkap dengan potensinya masing-masing, meskipun masih terlihat samar. Saya harus peka membaca dan mengenali setiap potensi anak yang saya didik agar pengajaran dan pendidikan yang saya berikan nantinya, baik metode maupun bahan ajar bisa betul-betul menggali potensi anak seoptimal mungkin.

Kedua, saya mencoba menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini sejalan dengan kodrat anak yang senang bermain. Kita bisa mengkolaborasikan asiknya permainan ke dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya dengan melakukan permainan tebak kata ketika pembelajaran berlangsung.

Ketiga, saya harus mengupayakan pembelajaran yang berpusat pada anak. Memberikan ruang, kesempatan, dan fasilitas seluas-luasnya agar anak mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Saya sebagai pendidik, menempatkan diri saya sebagai fasilitator yang menuntun anak agar ia mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Di akhir pembelajaran penting bagi saya untuk memberikan penguatan terhadap materi-materi konseptual agar anak tidak mengalami miskonsepsi. Selain itu, melalui pembelajaran yang berpusat pada anak saya berharap bisa mengasah keterampilan abad 21 mereka.

Keempat, sebagai wujud dari tujuan pendidikan yang utama yaitu lahirnya anak yang tidak hanya kompeten dari segi akademis, tapi juga berbudi pekerti yang baik. Saya sebagai guru selain memberikan wejangan, harus bisa juga memberikan teladan yang baik. Jadi anak tidak hanya melakukan apa yang saya katakan, tapi harapannya anak mampu meneladani perilaku-perilaku baik yang saya contohkan. Selain sebagai upaya memotivasi anak agar berbudi pekerti baik, ini juga bisa jadi tantangan untuk saya bagaimana caranya agar saya bisa konsisten memberikan keteladanan yang baik. Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru.

Yang terakhir, saya berharap saya bisa memaknai semboyan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, dari atas saya bisa memberikan teladan bagi setiap anak didik saya, Ing Madyo Mangun Karso di tengah saya bisa jadi teman yang memberikan semangat, serta Tut Wuri Handayani dari belakang saya bisa memberikan dorongan moral serta semangat belajar.

Berikut adalah secara umum deskripsi koneksi antara materi dan kesimpulan serta refleksi modul 1.1:

 1.   Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara

Definisi: Pendidikan dapat dimaknai sebagai ‘menuntun hidup dan tumbuhnya anak-anak’. Hal ini berkaitan dengan Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat (filosopi KHD).

 

Pendidikan itu menuntun

Anak-anak sebagai makhluk hidup dan mahluk sosial, sehingga mereka hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Guru merupakan salah satu faktor dalam pembentukan hidup seorang anak. Oleh sebab itu hidup dan tumbuhnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai kaum pendidik. Namun, guru hanya mampu memaksimalkan yang sudah baik dalam diri anak dan tidak menegaskan pada hal-hal yang kurang baik bagi anak. Seperti dalam teori yang terkenal dengan nama convergentie-theorie. Teori ini mengajarkan, bahwa anak yang dilahirkan itu dikonotasikan sebagai sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu buram. Lebih lanjut menurut aliran ini, pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang buram dan yang berisi baik, agar nanti tampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang berisikan arti jahat hendaknya dibiarkan, agar tidak menjadi tebal, bahkan semakin buram. Guru selain menjadi penuntun, hal yang perlu dimiliki adalah kemampuan untuk menguasai Diri (ing madya sung tulado). Dalam Pendidikan Budi Pekerti, setiap anak memiliki watak yang berbeda. Yakni, Pertama, dinamakan bagian yang intelligible, bagian yang berhubungan dengan kecerdasan angan-angan atau pikiran (intelek) serta dapat berubah menurut pengaruh pendidikan atau keadaan. Kedua, dinamakan bagian yang biologis, yakni bagian yang berhubungan dengan dasar hidup manusia (bios = hidup) dan yang dikatakan tidak dapat berubah lagi selama hidup. (modul 1.1). Budi Pekerti memiliki definisi atau pengertian yang bermacam-macam. Oleh karena itu sebaiknya kita memiliki keterangan jelas dalam mendefinisikan budi pekerti. Sikap dan perilaku demikian mengandung lima jangkauan yakni 1. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan Tuhan 2. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan diri sendiri 3. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan keluarga 4. Sikap dan perilaku dalam hubungannya bersama masyarakat dan bangsa 5. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.

 2.      Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.

 

3.      Dasar Dasar Pendidikan yang Menuntun

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang pendidik mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat).

 

4.   Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Keduanya tidak dapat dipisahkan sehingga saling berkaitan, artinya kita sebagai guru harus mampu mengajar dan menguasai kebutuhan media dan informasi disesuaikan dengan keadaan zaman misalnya saat ini penggunaan teknologi dapat diterapkan namun tetap mengkontrol penerapannya tersebut dan harus tetap sesuai dengan keadaan sekitar (kodrat alam)

 5.   Budi Pekerti

Menurut KHD dalam pembentukan budi pekerti hal yang utama adalah keluarga. keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya. Sehingga diperlukan bagi seorang pendidik untuk membuat anak menjadi nyaman, menganyomi, penuh kasih sayang seperti dikeluarganya sendiri

 

Aksi nyata dalam Kelas

  • Setiap anak diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin. Mereka diberi kesempatan untukmenyajikan hasil kerja kelompoknya dengan dipimpin oleh seorang yang sudah ahli dalam pembelajaran (model pembelajaran jig saw).
  • Peserta didik diberikan kesempatan untuk menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi, yaitu penggunaan platform belajar melalui HP. Sesuai dengan kondrat alam dan tuntutan zaman saat ini.
  • Setiap anak diberikan kesempatan untuk berekspresi sesuai keinginannya namun tidak lepasdari materi yang sesuai dengan tema

 Semoga bermanfaat dan salam guru penggerak.

 Wallahul Muwaffiq Ilaa aqwamith Thariq

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun