Pertama, saya harus mengubah mindset saya yang tadinya berfikir bahwa anak itu adalah selembar kertas kosong yang tidak/belum tahu apa-apa, saya harus meyakinkan diri saya bahwa setiap anak lahir sudah lengkap dengan potensinya masing-masing, meskipun masih terlihat samar. Saya harus peka membaca dan mengenali setiap potensi anak yang saya didik agar pengajaran dan pendidikan yang saya berikan nantinya, baik metode maupun bahan ajar bisa betul-betul menggali potensi anak seoptimal mungkin.
Kedua, saya mencoba menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini sejalan dengan kodrat anak yang senang bermain. Kita bisa mengkolaborasikan asiknya permainan ke dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya dengan melakukan permainan tebak kata ketika pembelajaran berlangsung.
Ketiga, saya harus mengupayakan pembelajaran yang berpusat pada anak. Memberikan ruang, kesempatan, dan fasilitas seluas-luasnya agar anak mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Saya sebagai pendidik, menempatkan diri saya sebagai fasilitator yang menuntun anak agar ia mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Di akhir pembelajaran penting bagi saya untuk memberikan penguatan terhadap materi-materi konseptual agar anak tidak mengalami miskonsepsi. Selain itu, melalui pembelajaran yang berpusat pada anak saya berharap bisa mengasah keterampilan abad 21 mereka.
Keempat, sebagai wujud dari tujuan pendidikan yang utama yaitu lahirnya anak yang tidak hanya kompeten dari segi akademis, tapi juga berbudi pekerti yang baik. Saya sebagai guru selain memberikan wejangan, harus bisa juga memberikan teladan yang baik. Jadi anak tidak hanya melakukan apa yang saya katakan, tapi harapannya anak mampu meneladani perilaku-perilaku baik yang saya contohkan. Selain sebagai upaya memotivasi anak agar berbudi pekerti baik, ini juga bisa jadi tantangan untuk saya bagaimana caranya agar saya bisa konsisten memberikan keteladanan yang baik. Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru.
Yang terakhir, saya berharap saya bisa memaknai semboyan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, dari atas saya bisa memberikan teladan bagi setiap anak didik saya, Ing Madyo Mangun Karso di tengah saya bisa jadi teman yang memberikan semangat, serta Tut Wuri Handayani dari belakang saya bisa memberikan dorongan moral serta semangat belajar.
Berikut adalah secara umum deskripsi koneksi antara materi dan kesimpulan serta refleksi modul 1.1:
 1.  Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara
Definisi: Pendidikan dapat dimaknai sebagai ‘menuntun hidup dan tumbuhnya anak-anak’. Hal ini berkaitan dengan Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat (filosopi KHD).
Â
Pendidikan itu menuntun
Anak-anak sebagai makhluk hidup dan mahluk sosial, sehingga mereka hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Guru merupakan salah satu faktor dalam pembentukan hidup seorang anak. Oleh sebab itu hidup dan tumbuhnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai kaum pendidik. Namun, guru hanya mampu memaksimalkan yang sudah baik dalam diri anak dan tidak menegaskan pada hal-hal yang kurang baik bagi anak. Seperti dalam teori yang terkenal dengan nama convergentie-theorie. Teori ini mengajarkan, bahwa anak yang dilahirkan itu dikonotasikan sebagai sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu buram. Lebih lanjut menurut aliran ini, pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang buram dan yang berisi baik, agar nanti tampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang berisikan arti jahat hendaknya dibiarkan, agar tidak menjadi tebal, bahkan semakin buram. Guru selain menjadi penuntun, hal yang perlu dimiliki adalah kemampuan untuk menguasai Diri (ing madya sung tulado). Dalam Pendidikan Budi Pekerti, setiap anak memiliki watak yang berbeda. Yakni, Pertama, dinamakan bagian yang intelligible, bagian yang berhubungan dengan kecerdasan angan-angan atau pikiran (intelek) serta dapat berubah menurut pengaruh pendidikan atau keadaan. Kedua, dinamakan bagian yang biologis, yakni bagian yang berhubungan dengan dasar hidup manusia (bios = hidup) dan yang dikatakan tidak dapat berubah lagi selama hidup. (modul 1.1). Budi Pekerti memiliki definisi atau pengertian yang bermacam-macam. Oleh karena itu sebaiknya kita memiliki keterangan jelas dalam mendefinisikan budi pekerti. Sikap dan perilaku demikian mengandung lima jangkauan yakni 1. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan Tuhan 2. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan diri sendiri 3. Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan keluarga 4. Sikap dan perilaku dalam hubungannya bersama masyarakat dan bangsa 5. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar.