Karena tak ada kata  putus itulah yang akhirnya Ahmad Dahlan membawa masalah arah kiblat tersebut ke kepala Penghulu Keraton yang waktu itu dijabat oleh K.H. Muhammad Chalil Kamaludiningrat. Tapi Pak penghulu tak juga member restu. Sementara dari hari ke hari , sesuai dengan ilmu yang diyakini kebenaran bahwa arah kiblat yang salah membuat Ahmad dahlan semakin gelisah. Hingga akhirnya suatu malam Ahmad Dahlan secara diam-diam , bersama beberapa orang pengikutnya meluruskan kiblat dengan member garis putih di shaf masjid tersebut. tentu saja tindakan ini menurut aturan keraton merupakan pelanggaran besar yang tak termaafkan. Ganjarannya pun jelas Ahmad Dahlan diberhentikan sebagai khatib di Masjid Agung Yogyakarta.
Tentu diberhentikan sebagai khatib tak membuat dakwahnya terhenti. Ia bahkan memperluas wilayah  dakwahnya, menyentuh semua komunitas. Dengan pendekatan  ini ia mulai mengajar tanpa pemisah antara laki laki dan perempuan. Ahmad Dahlan juga mulai member pengajian di kalangan ibu ibu dan membolehkan perempuan keluar rumah di luar urusan majelis taklim. Untuk ukuran di jamannya, langkah yang di tempuh Ahmad Dahlan terlalu maju. Ia pun dianggap nyeleneh, kritik, kecaman, ancaman pun bermunculan. Meski begitu tekadnya sudah bulat, dan perjuangan mesti istiqomah guna memperluas jangkauan dakwahnya. Ia mensikapi semua hambatan dan rintangan itu dengan penuh kesabaran.
 Kesabaran yang di lakukan oleh Ahmad Dahlan ini peerlu kita ambil. Serta tujuan yang benar benar iya yakini ini memperlihatkan bahwa ia sungguh sungguh ingin membuat semua orang di daerahnya terperbaiki shalatnya. Meskipun ketika shalat  kita berdiri kearah mana saja kita menghadap yang terpenting niat kita ke kiblat allah sudah menerimanya. Akan tetapi kiblat adalah hal terpenting dalam shalat. Misalkan kita sudah mengetahui kiblat sekarang sudah bergeser menjadi mereng kekanan, akan tetapi kita tetap shalat ke kiblat yang lama yaitu lurus. Tentu itu hal yang salah. Oleh karena itu Ahmad Dahlan berdakwah dan berusaha agar orang-orang mulai berganti ke kiblat yang baru yang lebih tepat.
Perjuangan dan kesabaran Ahmad Dahlan perlu sekali di contoh oleh para birokrasi di Indonesia. karena Indonesia memiliki banyak birokrat yang tidak sama sekali memperjuangankan keinginan rakyatnya, kebaikan untuk umatnya. Melainkan untuk kepentingan partainya saja. Seluruh visi misinya juga hilang setelah menjabat. Seharusnya mereka mencontoh K.H. Ahmad Dahlan yang tak goyang dan tak menyerah untuk terus berdakwah walau banyak caci makian disana sini untuknya. Bahkan ia bahkan tak perduli kehilangan jabatan sebagai Khatib Masjid Agung Yogyakarta, ia masih terus berjuang untuk memberitahukan kebenaran yang ia yakini.
K.H.Ahmad Dahlan sendiri sosok yang cukup berpendidikan mengenai agama islam di masanya. Ilmunya sudah terlalu pesat sehingga membuatnya terlihat terlalu jauh dari apa yang masyarakat yakini. Jika K.H. Ahmad Dahlan menerapkannya di era sekarang hal ini tentu mampu di terima oleh masyarakat. Akan tetapi di jamannya ini terlalu melewati batas di lingkungan masyarakat. Begitu pula di era demokrasi kita saat ini. saat pemimpin membuat keputusan seperti ini yang di yakini oleh pemimpin dan jajarannya bahwa ini akan berdampak bagus kedepannya. Masyarakat malah menolak. Menghina pemimpin dan termakan hoax hoax pula. Sekarang meski masyarakat sudah menyadari bahwa hal yang di buat oleh pemimpin itu benar dan bagus dampaknya, bibit- bibit kebencian kemarin pun masih tetap adaa. Ketika pemimpinnya berbuat salah semua orang bersuara disana sini. Akan tetapi ketika hal baik yang muncul, kesuksesan pemimpinnya, semuanya diam, menyepelekannya. Tentu ini tidakan yang salah juga dari masyarakat sendiri. Hanya melihat kejelakan orang lain saja. Ini sudah termasuk kedalam tabiat tidak terpuji. Tabiat ini jelas diharamkan dalam agama Islam. Tidak ada yang suka atau hobi mengejek atau mencela, kecuali orang-orang yang jauh dari rahmat Allah, mereka adalah orang kafir atau munafik. Serius atau pun bercanda, mengejek atau mencela (atau pun mengolok-olok) hukumnya sama saja ialah haram.
Allah SWT, berfirman
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik." (QS. Al Hujurat: 11)
Lalu bagaimana dengan masyarakat Indonesia yang marah marah kepada orang kafir dan menghina hina orang kafir, sedangkan ia sendiri tadi sudah termasuk golongan yang kafir atau munafik? Nah inilah mengapa kita sebagai umat muslim perlu untuk menjaga lisan dan perbuatan kita.
Jika kita menghibahi kafir harbi (orang kafir yang sedang perang dengan kaum muslim) tak  apa, sebab kafir golongan ini tidak memiliki martabat di mata kaum muslimin, darah, harta dan kehormatannya tidaklah terjaga secara Islam. Sehingga menghibah mereka tidak terlarang. Karena larangan ghibah yang Allah sebutkan dalam ayat, adalah ghibah kepada saudara sesama muslim.
Allah berfirman,
. .