Mohon tunggu...
Nafisya Nur Abida P P
Nafisya Nur Abida P P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif S1 Keperawatan UPN Veteran Jakarta

Selamat Datang!!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Generasi Z Menghadapi Paradox Caring dalam Keperawatan di Antara Harapan dan Kenyataan di Era Digital

17 September 2024   08:22 Diperbarui: 17 September 2024   17:21 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Menjadi perawat bukanlah sekedar profesi biasa, tetapi sebuah panggilan jiwa yang mulia untuk mengabdi dan menolong sesama. Dunia keperawatan selalu dianggap sebagai profesi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, saat ini mengalami perubahan. Selama era digital banyak perubahan yang terjadi dalam praktik keperawatan termasuk dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam esai ini, Generasi Z yang tumbuh di era digital dan menghadapi dilema dalam nilai caring dalam praktik keperawatan kontemporer. Mereka harus berhadapan dengan tuntutan dunia kerja yang semakin kompleks, tetapi mereka juga ingin memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan berpusat pada pasien. 

Dalam buku The New Generation Z in Asia: Dynamics, Differences, Digitalisation, disebutkan bahwa Generasi Z merupakan generasi yang lahir pada pertengahan 1990 an sampai dengan akhir tahun 2000an (Gentina, 2020). Sementara itu Atika dkk. (2020) mendefinisikan Generasi Z sebagai generasi kelahiran tahun 1996-2010. Walaupun banyak pendapat dan banyak versi, rentang kelahiran Generasi Z dapat diperkiraan antara pertengahan 1990 an sampai dengan tahun 2012. 

Terlepas dari perbedaan rentang tahun kelahiran Generasi Z, seluruh tokoh-tokoh tersebut memiliki kesamaan pendapat bahwa Generasi Z merupakan generasi internet atau generasi yang menggunakan gadget (gawai) dalam kehidupannya sehari-hari. Generasi Z lahir dan tumbuh dalam dunia digital dan teknologi. 

Berkup (2014) menjelaskan bahwa Generasi Z merupakan generasi yang telah berinteraksi dengan teknologi dari lahir, sehingga teknologi sangat mempengaruhi kehidupan Generasi Z tersebut. Generasi Z dicirikan oleh kemampuan beradaptasi dengan teknologi yang luar biasa, cenderung menghabiskan sebagian besar hidup mereka untuk berkomunikasi secara digital, dan kurang dalam keterampilan sosial seperti mendengarkan dan berpartisipasi dalam percakapan. Hal ini membuat mereka berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip caring dalam praktik keperawatan, meskipun mereka menghadapi banyak tantangan.

Caring merupakan tindakan perawat yang menunjukan kasih sayang, empati serta ikhlas dalam merawat pasien. Perilaku caring perawat ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan melalui suatu pendekatan yang berorientasi pada kepedulian perawat terhadap klien, dimana perilaku caring perawat ini sesuai dengan tuntutan masyarakat yang mengharapkan pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas. Sehingga jika perilaku caring ini diterapkan dengan baik maka klien akan merasa puas dan akan berdampak pada peningkatan mutu pelayanan keperawatan (Watson, 2008). 

Sebagai perawat sudah sepatutnya menerapkan caring dalam asuhan keperawatan, sehingga dapat memberikan rasa damai, ikhlas, dan tulus kepada individu yang membutuhkan baik dalam kondisi sehat, maupun sakit. Caring dalam keperawatan bukan hanya tindakan keperawatan, tetapi mencangkup aspek emosional, sosial dan spiritual. 

Meskipun Generasi Z memiliki tantangan dalam keterampilan sosial akibat ketergantungan teknologi, mereka terus berusaha untuk membangun hubungan yang lebih dalam dan bermakna saat berinteraksi dengan pasien. Generasi Z terus berusaha memberikan asuhan keperawatan yang mendengar penuh perhatian, membuat rasa nyaman, dan bertanggung jawab, sehingga mencerminkan nilai caring yang penting dalam keperawatan.

Generasi Z yang biasanya digital native, diharapkan dapat menguasai berbagai teknologi kesehatan yang sedang berkembang. Namun, selain memenuhi tuntutan keterampilan teknologi, mereka juga harus berhadapan dengan beban kerja yang semakin besar. Standar pelayanan yang tinggi, jumlah pasien yang meningkat, dan kekurangan tenaga perawat seringkali memaksa perawat untuk bekerja lembur dan melakukan tugas di luar deskripsi pekerjaan mereka. 

Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik dan mental para perawat muda, tetapi juga mengurangi jumlah waktu yang dapat mereka habiskan untuk memberikan caring yang berkualitas kepada pasien. Institusi kesehatan sering mengabaikan aspek humanistik dalam perawatan karena terlalu fokus untuk mencapai target kinerja. 

Perawat muda di garis depan pelayanan kesehatan diminta untuk bekerja lebih cepat dan lebih efisien untuk memenuhi harapan yang tinggi. Tidak jarang, mereka mengabaikan kebutuhan emosional pasien, yang seharusnya menjadi prioritas utama bagi perawat. Ketika perawat terpaksa berkonsentrasi pada kecepatan dan produktivitas, mereka berisiko kehilangan kesempatan untuk membangun hubungan yang signifikan dengan pasien, yang sangat penting untuk meningkatkan pengalaman perawatan secara keseluruhan. 

Pada kenyataannya, caring merupakan salah satu usaha penyembuhan pasien yang paling fundamental. Pemberian asuhan keperawatan dengan penuh perhatian dan empati dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan fisik dan mental pasien. Caring tidak hanya mendukung dalam proses penyembuhan pasien saja, tetapi dapat meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan pasien. 

Ketika pasien memiliki rasa kepercayaan terhadap perawat, mereka cenderung lebih terbuka untuk berbagi keluhan  dan masalah kesehatan mereka. Sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih tepat dan efektif.  Ketika perawat menghadapi beban kerja yang berlebihan, mereka mungkin tertekan dan kehilangan kesempatan untuk memberikan perhatian penuh kepada pasien. 

Caring, yang seharusnya melibatkan empati, perhatian, dan dukungan emosional, sering kali terabaikan dalam situasi seperti ini. Akibatnya dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan hasil kesehatan mereka. Meskipun caring adalah bagian penting dari penyembuhan, kondisi kerja yang sulit dapat menghambat pelaksanaannya dengan baik.

Teknologi digital seperti rekam medis elektronik, telemedicine, dan aplikasi kesehatan telah mengubah pekerjaan perawat. Teknologi meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan. Ini membantu perawat mengelola lebih baik informasi pasien dan memberikan perawatan tepat waktu. 

Namun, ada aspek negatif dari penggunaan teknologi ini yang perlu dipertimbangkan, terutama dalam hubungan interpersonal antara perawat dan pasien. Meningkatnya ketergantungan pada teknologi menyebabkan kurangnya interaksi tatap muka antara perawat dan pasien. Perawat tidak selalu memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi secara langsung dengan pasien karena memasukkan data ke dalam sistem rekam medis elektronik atau menggunakan aplikasi konsultasi. 

Generasi Z, juga dikenal sebagai digital natives, menghadapi tantangan unik saat menggunakan teknologi dalam praktik keperawatan mereka. Meskipun mereka akrab dengan teknologi, mereka juga dipaksa untuk mempertahankan prinsip caring dalam kehidupan sehari-hari. 

Perawat dari generasi ini mungkin kehilangan kesempatan untuk membangun hubungan yang kuat dan penuh empati dengan pasien jika mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk menggunakan teknologi. Untuk meningkatkan pengalaman pasien dan mendukung proses penyembuhan, diperlukan hubungan yang signifikan dan penuh kepercayaan antara perawat dan pasien. 

Pasien dapat merasa terasing atau tidak diperhatikan jika mereka kehilangan momen penting dalam interaksi manusia. Pasien yang tidak merasa didengar atau diperhatikan mungkin enggan untuk berbagi informasi penting tentang kondisi kesehatan mereka, yang dapat mempengaruhi diagnosis yang akurat dan hasil pengobatan yang efektif. Akibatnya, penting bagi perawat, terutama Generasi Z, untuk menemukan cara untuk menyeimbangkan memanfaatkan teknologi dengan tetap berkomitmen untuk memberikan perawatan yang holistik. 

Sangat penting bagi institusi untuk memberikan dukungan yang lebih besar kepada Gen Z dalam menghadapi masalah ini dengan menyediakan sumber daya yang cukup, mengurangi beban kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Sangat penting juga untuk menyediakan program pendidikan yang membekali generasi muda dengan kemampuan seperti komunikasi efektif, pemecahan masalah, dan etika profesional. 

Untuk memastikan bahwa Generasi Z dapat menerapkan praktik keperawatan yang berpusat pada pasien, nilai-nilai caring harus ditanamkan dalam kurikulum pendidikan keperawatan. Penggunaan nilai caring tidak hanya mencakup teknik dan prosedur medis, tetapi juga elemen emosional, sosial, dan spiritual yang penting dalam perawatan pasien. 

Generasi Z akan lebih siap untuk membangun hubungan yang signifikan dengan pasien dan memberikan perawatan yang berkualitas dengan mendapatkan pelatihan dan pengalaman yang membantu mereka mengembangkan keterampilan caring. Hal ini akan meningkatkan kepuasan pasien dan hasil kesehatan, serta menjaga martabat dan semangat profesi keperawatan di tengah tantangan yang ada.

Esai ini membahas karakteristik Generasi Z, konsep caring dalam keperawatan, masalah yang dihadapi generasi muda dalam praktik caring, bagaimana teknologi mempengaruhi praktik keperawatan, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung Generasi Z. Dengan nilai-nilai humanisme yang kuat dan semangat inovasi mereka, Generasi Z membawa optimisme baru ke dunia keperawatan. 

Namun demikian, mereka juga menghadapi kesulitan yang rumit dalam menerapkan prinsip caring di era digital. Untuk memastikan kualitas pelayanan kesehatan yang optimal, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, institusi pendidikan, dan organisasi profesi, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan profesional generasi muda dan memungkinkan praktik keperawatan yang berpusat pada pasien. Masa depan keperawatan ada di tangan generasi muda, dengan memahami tantangan yang dihadapi dan solusinya, kita dapat memastikan bahwa prinsip caring tetap menjadi dasar praktik keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Limbong, L. N. (n.d.). ESSAY PROFESIONALISME DALAM KEPERAWATAN PENGARUH PEMBENTUKAN CARING SEBAGAI DASAR PERAWAT PROFESIONAL YANG RESPONSIF.

Rahayu, S. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Caring Perawat di Rumah Sakit. Faletehan Health Journal, 5(2), 77--83. https://doi.org/10.33746/fhj.v5i2.12

Ramadhiani, O. R., & Siregar, T. (2019). Hubungan Berpikir Kritis dengan Kepedulian (Caring) Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di RSUD  Kota Depok. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 15(2), 148. https://doi.org/10.24853/jkk.15.2.148-160

Sawitri, D. R. (n.d.). Perkembangan Karier Generasi Z: Tantangan Dan Strategi Dalam Mewujudkan SDM Indonesia Yang Unggul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun