Ketika akan membuka sekolah dengan pendidikan inklusif, maka membutuhkan persiapan yang matang agar didalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Pertama, hal yang harus dipersiapkan adalah kesiapan mental sekolah untuk menerima kehadiran siswa ABK.
Kesiapan mental sekolah ini menjadi bagian yang sangat menentukan keberlangsungan pembelajaran di kelas inklusif yang meliputi kesadaran akan hak siswa ABK untuk mendapat pelayanan pendidikan yang sama, sikap menerima dan berempati terhadap kehadiran ABK sehingga akan menumbuhkan rasa kemauan untuk berbagi dan rasa rasa kebersamaan.
Melalui kegiatan apa ?
Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan sosialisasi penyelenggaraan sekolah  inklusif yang diadakan pihak sekolah secara formal dalam sesi yang berbeda dan bertahap pada guru dan staf karyawan sekolah, dengan siswa regular, maupun dengan orang tua siswa reguler dan orang tua siswa ABK.
Dalam sosialisasi ini berisi tentang penjelasan tentang alasan sekolah menyelenggarakan kelas inklusif dan mengubah cara pandang seseorang untuk menerima dan menghargai setiap perbedaan itu adalah hal yang positif dimana kita mampu menghargai seseorang itu karena kelebihan/kebutuhannya/karakter yang berbeda. Karena setiap manusia lahir itu tidak akan perah ada karakter yang sama, bahkan orang kembar pun.Â
Dengan itu, sekolah akan bisa melayani setiap personal dengan kebutuhan dan latar belakang masing-masing. Â Perlu dipahami saat kita memasuki area pendidikan inklusif, bahwaÂ
"Pendidikan inklusif sesungguhnya adalah pendidikan yang mampu melayani berbagai macam karakter siswa. Dimana anak tidak diseragamkan proses pelayanannya, tetapi dengan kelebihan dan kebutuhannya mereka berada ditengah-tengah siswa yang normal.
Selain itu, yang terpenting adalah pihak sekolah juga harus memberikan pemahaman yang benar tentang hakekat pendidikan inklusif serta meyakinkan bahwa keberadaan siswa ABK di sekolah membawa banyak dampak yang positif.
Sikap menerima siswa ABK itu muncul dari pengetahuan yang dimiliki oleh sekolah tentang hakekat pendidikan inklusif dan karakteristik siswa ABK. Oleh karena itu, wajibnya sekolah memberikan pengetahuan serta wawasan ke-inklusif-an kepada warga sekolah yaitu :
1. Kepada guru dan karyawan
Terkadang guru dan karyawan kurang memahami apa itu pendidikan inklusi. Dalam proses pembelajarannya, ada juga sekolah yang menerima siswa ABK begitu saja tanpa adanya layanan apapun. Istilahnya seperti anak pupuk bawang ditengah-tengah siswa reguler.
Oleh karena itu, carilah guru yang terpanggil, kuatkan mindset ke-inklusif-an, lalu lakukan pelayanan inklusif.
Sebagai guru, janganlah pernah ragu untuk memberikan reward kepada siswa ABK agar semakin meningkat rasa percaya dirinya. Contohnya, ketika siswa ABK berhasil mengancing baju "Wahhh... hebat kamu Nak".