Dengan sedikit tersipu malu, sang surya mulai beranjak menggantikan tempat tinggal sang rembulan. Senyum paginya mulai menghangatkan tubuh para petani bunga Sedap Malam di wilayah Kecamatan Rembang, yang menjadi satu-satunya pusat flora Sedap Malam di Kabupaten Pasuruan.Â
Di antara belasan petani, terlihat seorang lelaki paruh baya berusia 55 tahun, berkulit sawo matang, dengan rambut ikal  terlindungi topi cokelatnya sedang menyiangi rerumputan di sela-sela tanaman bunga Sedap Malam yang sedang berbaris rapi tanpa komandan. Sambil sesekali menaburkan pupuk, petani itu terlihat sangat mendamba harga pupuk non-subsidi segera turun harga.
Ya, salah satu masalah utama yang dihadapi para petani bunga Sedap Malam adalah tingginya biaya pupuk non-subsidi. Dalam kunjungannya, Minggu sore (29/9/2024), Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, menyempatkan berdialog dengan petani bunga Sedap Malam dan mendengarkan keluhan mereka terkait mahalnya harga pupuk non-subsidi.
"Para petani menyampaikan bahwa separuh dari biaya operasional mereka habis untuk membeli pupuk," ungkap Khofifah kala itu.
Biaya operasional yang besar ini secara langsung berdampak pada pendapatan yang diperoleh petani. Bak peribahasa Besar Pasak Daripada Tiang, artinya biaya kebutuhan pupuk semakin meroket dari hari ke hari, sehingga biaya yang ada lebih banyak tersedot untuk pembelian pupuk, sedangkan keuntungannya sangat kecil, bahkan cenderung merugi. Â
Alih-alih masalah pupuk teratasi, masalah penurunan minat petani dalam bertani bunga Sedap Malam juga turut menghantui. Banyak di antara mereka dan anak-anaknya enggan menjadi petani bunga Sedap Malam ini karena pendapatan yang diperoleh tidak lagi menjanjikan kesejahteraan. Jika keadaan ini tidak ditangani secara serius, bukan tidak mungkin jenis puspa yang bunganya tersusun rapat dan membentuk kelopak bunga yang cukup tebal dengan jumlah kuntum bunga rata-rata 39,40 cm ini akan menurun drastis produktivitasnya. Kekhawatirkan selanjutnya adalah keseimbangan ekosistem menjadi terganggu, seperti dalam hal rantai makanan, penyerbukan, dan sirkulasi nutrisi. Â Lambat laun bunga Sedap Malam jenis kultivar Tunggal khas Kabupaten Pasuruan ini akan terancam punah eksistensinya.
Relakah kita kehilangan eksotika harum bunga yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan manusia baik untuk acara keagamaan, adat istiadat, dan lain-lain? Â Tentu tidak bukan?!
Â
Menjaga ProduktivitasÂ
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasuruan merilis data bahwa tingkat produksi jenis bunga majemuk yang mekar secara berurutan dari bawah ke atas dengan mahkota berwarna putih ini, hingga akhir tahun 2022 mencapai nilai 90.920.343 tangkai. Ada beberapa hal yang menyebabkan adanya peningkatan produktivitas tanaman bunga Sedap Malam saat itu, yakni (1) adanya penggunaan varietas unggul; varietas Roro Anteng dan Dian Arum, (2) budidaya Sedap Malam yang intensif sesuai SOP, serta (3) pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sejak dini.
Sedari dulu, bunga ini memang mempunyai daya tarik yang kuat. Semerbak harum wangi baunya di kala malam merebak ke mana-mana, menembus batas ruang dan waktu sehingga menarik minat pembeli dari seluruh wilayah nusantara. Â Â
Bahkan, menurut Kepada Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Pasuruan, pemesanan di Jawa Timur dan kota besar lainnya di pulau Jawa seperti Sidoarjo, Malang, Surabaya, Banyuwangi, Lumajang, Jember dan Jakarta setiap harinya terdistribusikan sekitar 50 ribu batang. Termasuk men-supply ke luar pulau Jawa seperti ke Mataram, Palembang, Bali, dan lain-lain.
"Setiap harinya kami kirim sampai 50 ribu batang Sedap Malam ke beberapa toko bunga di Kayun, Surabaya. Demikian juga ke supplier kami di Jakarta, Mataram, Bali, Makasar dan Palembang dengan pemesanan mulai dari 1-50 ribu batang", tuturnya.
Â
Pupuk Bersubsidi yang Dinanti
Bunga adalah anugerah terindah bagi bumi. Seorang Audrey Hepburn berpesan, "Menanam tanaman berarti percaya pada hari esok". Begitulah kira-kira prinsip hidup para petani bunga Sedap Malam. Namun, prinsip mulia ini tentu harus didukung oleh berbagai pihak termasuk pembuat kebijakan di tingkat daerah. Keberpihakan Pemerintah Kabupaten Pasuruan terhadap petani sedap malam masih harus dikuatkan lagi, meski bunga eksotis ini telah dijadikan model motif batik seragam dinas pegawai Pemkab Pasuruan.
Sebagaimana yang telah ditekankan Khofifah pada kunjungannya beberapa waktu lalu, Pemkab Pasuruan harus segera membahas masalah harga pupuk secara serius. Menurutnya, pupuk untuk bunga Sedap Malam seharusnya masuk dalam e-RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) agar bisa diajukan untuk mendapat subsidi dari kementerian terkait. "Pupuk subsidi ini tidak melalui pemerintah provinsi, melainkan langsung diajukan oleh pemerintah kabupaten," jelas Khofifah.
Agrosolution
Seperti pepatah Banyak Jalan Menuju Roma. Pihak pemerintah terus berupaya mencari terobosan untuk menambah produktivitas bunga Sedap Malam. Sebagaimana yang dilansir Kominfo Kabupaten Pasuruan, pemerintah meluncurkan program Agrosolution dengan menggandeng PT Pupuk Kaltim.
Komisaris Pupuk Kaltim, Gustaaf AC Patty, menyampaikan bahwa program Agrosolution merupakan wujud komitmen Pupuk Kaltim dalam mengedukasi petani, sekaligus meningkatkan produktivitas komoditas pertanian secara terintegrasi melalui pemberdayaan petani. Menurutnya, yang terpenting adalah bagaimana mengarahkan para petani tentang cara bercocok tanam yang benar tanpa harus mengandalkan pupuk bersubsidi.
Upaya yang dilakukan ini tidak sia-sia. Tepatnya bulan Maret lalu panen raya para petani Sedap Malam di Desa Pekoren, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan produktifitasnya naik dua kali lipat. Â Â
"Harumnya" Keuntungan
Saat ini  permintaan bunga Sedap Malam meningkat signifikan. Tidak hanya pada saat hari besar keagamaan, melainkan juga di hari-hari biasa. Abdul Kodir, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sedap Malam Kecamatan Rembang, mengatakan bahwa pengiriman tidak hanya terbatas di wilayah Jawa Timur saja tetapi juga mengakomodasi permintaan dari luar pulau.
Dengan bertambahnya jumlah permintaan dari konsumen, ia dan sekitar 100 petani Sedap Malam lainnya mampu meraih profit yang berlipat. "Harumnya" keuntungan yang mereka reguk karena harga per kuntum saat ini relatif tinggi. Harga per batangnya dibagi 3 grade berdasarkan kualitas dan ukuran kelopak bunga yakni grade A, B & C. Harga per batang grade A dibandrol Rp2.500,00; grade B Rp2.000,00; dan grade C Rp1.500,00.
"Bisnis bunga potong Sedap Malam ini sangat prospektif untuk terus dikembangkan. Selain keuntungannya lumayan, saya dan teman-teman sesama petani juga ikut mempromosikan Sedap Malam sebagai flora andalan Kabupaten Pasuruan biar lebih dikenal lagi. Sedap Malam kita ini juga sangat berpeluang menembus pasar internasional. Asal diimbangi dengan peningkatan keterampilan SDM petani", ujar pria yang telah menekuni budidaya bunga ini sejak tahun 1973. Hal yang tak kalah penting menurutnya, perlu adanya pendampingan intensif dari tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang benar-benar menguasai teknik budidaya bunga potong, agar bunga andalan Kabupaten Pasuruan bisa go international.
Di sisi lain, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pasuruan, Lilik Widji Asri  mengklaim, hasil kerja sama dengan Pupuk Kaltim berhasil mengedukasi dan menarik minat para petani untuk bertahan merawat bunga ini sebagai sumber penghasilan utama Petani millenial pun  diinisiasi bergabung dalam program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services  (YESS). Melalui program ini, ada banyak inovasi yang dibuat sehingga bunga ini tak hanya menjadi bunga hiasan saja. Dari limbahnya bisa menjadi pupuk, bunganya dijadikan teh celup, dan bongkol sedap malam sebagai pakan ternak berprotein tinggi.
Alhasil, seluruh bagian dari bunga Sedap Malam tidak ada yang terbuang sia-sia sehingga mendukung program Ekonomi Berkelanjutan.
Â
Perlu PentahelixÂ
Sebagaimana Musthofa Mahmud katakan, "Makin besar suatu tujuan, maka makin panjang jalan menujunya". Begitu mulia tujuan dari adanya "Forum Bumi" yang diselenggarakan oleh Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia. Melalui forum ini kita belajar merawat dan menjaga lingkungan, melestarikan puspa, dan satwa yang ada. Dengan  kegiatan seperti ini, kelestarian flora di bumi akan senantiasa terjaga dan terselamatkan. Namun, perlu diingat, menjaga keanekaragaman hayati bukan semata tugas individu atau kelompok, melainkan adalah tanggung jawab bersama yang butuh kolaborasi pentahelix, seperti pemerintah, akademisi, praktisi, swasta, komunitas, dan masyarakat. Semakin meningkat partisipasi publik dalam kegiatan ini maka semakin kuat pula kesadaran kolektif semua warga negara Prinsipnya membangun menjaga keanekaragaman hayati negeri ini tidak bisa sendiri, melainkan harus berkolaborasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H