Pada bagian kedua ini mengisahkan perjuangan keluarga Laut yang menghilang selama dua tahun. Asmara, adik Laut, berusaha mencari kebenaran tentang nasib kakaknya dengan mendirikan lembaga untuk menangani kasus penghilangan paksa. Ritual makan malam mingguan yang tetap menyisakan satu piring untuk Laut menjadi simbol harapan keluarga yang tak pernah pudar. Pencarian Asmara tentang kebenaran dihadapkan pada kenyataan pahit ketika tulang belulang manusia ditemukan di Kepulauan Seribu. Meskipun demikian, Asmara tidak menyerah dan terus berjuang untuk mengungkapkan kebenaran. Ia bekerja sama dengan keluarga korban lain dan aktivis untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Tokoh-tokoh dalam novel ini terinspirasi dari kejadian nyata, seperti Mas Gala yang mirip dengan Wiji Thukul, aktivis yang hilang pada 1998. Penulis melakukan riset mendalam untuk menciptakan kisah yang nyata dan menggugah. Karakter lainnya seperti Anjani, kekasih Laut; Alex dan Sunu, teman seperjuangan Laut; serta Bima, pemimpin gerakan, menambah kedalaman cerita. Novel ini mengeksplorasi tema perlawanan, pengorbanan, dan solidaritas. Melalui kisah Asmara dan keluarganya, penulis menggambarkan perjuangan rakyat Indonesia melawan kekuasaan otoriter. Bahasa yang digunakan menggugah pikiran dan perasaan, mengingatkan pentingnya memperjuangkan hak-hak rakyat. Bagian kedua novel ini menyoroti perjuangan Asmara mencari kebenaran dan membangun harapan baru. Kisah ini menggugah pikiran dan perasaan, mengingatkan pentingnya memperjuangkan hak-hak rakyat dan menentang kekuasaan korup. Novel "Laut Bercerita" menjadi karya sastra yang penting dalam memahami sejarah Indonesia.
ANALISIS
Kelebihan:
1. Menggugah kesadaran sejarah: Novel ini mengisahkan perjuangan rakyat Indonesia melawan kekuasaan otoriter pada era Orde Baru, membangkitkan kesadaran sejarah dan mengingatkan pentingnya memperjuangkan hak-hak rakyat.
2. Karakterisasi yang kuat: Tokoh-tokoh seperti Laut, Asmara, dan Mas Gala memiliki karakter yang kuat dan kompleks, membuat pembaca terhubung secara emosional.
3. Bahasa yang indah dan menggugah: Leila S. Chudori menggunakan bahasa yang indah, menggugah pikiran dan perasaan pembaca.
4. Struktur cerita yang unik: Novel ini menggunakan struktur cerita non-linear, membuat pembaca penasaran dan ingin tahu lebih lanjut.
5. Mengangkat isu sosial: Novel ini mengangkat isu-isu sosial seperti penghilangan paksa, kekerasan, dan perlawanan, membuat pembaca lebih sadar akan pentingnya hak asasi manusia.
Kekurangan:
1. Cerita yang kompleks: Struktur cerita non-linear dapat membuat pembaca bingung jika tidak memperhatikan secara teliti.
2. Kurangnya penjelasan latar belakang: Beberapa pembaca mungkin memerlukan penjelasan lebih lanjut tentang latar belakang sejarah dan politik pada era Orde Baru.