Mohon tunggu...
Siti Nafisah Analis
Siti Nafisah Analis Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya anak ke 2 dari 3 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Islam sebagai Upaya Menanggulangi Pengangguran dan Kemiskinan, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan Kreatif

30 November 2023   11:47 Diperbarui: 30 November 2023   11:59 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1.  Pengangguran

Pengertian pengangguran

Masyarakat memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada banyak pekerjaan yang tersedia tergantung pada keahlian Anda. Memutuskan untuk bekerja untuk mereka berarti mendapatkan penghidupan yang layak untuk masa depan Anda. Bekerja adalah hak  setiap individu. Berhasil atau tidaknya, itu terserah masing-masing individu. Faktor yang paling banyak mempengaruhi keputusan bekerja atau tidak adalah faktor gaji. Meskipun Allah telah menjamin penghidupan bagi semua makhluk hidup, namun manusia memerlukan upah dan gaji  untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan keluarganya. Meski Allah sudah  berjanji akan menjaga kita semua,  bukan berarti  ada syarat yang harus dipenuhi.

Syarat yang terpenting adalah seseorang harus berusaha keras untuk mendapatkan Rizki yang dijanjikan  karena Allah SWT telah menciptakan "sistem" tersebut. Kemalasan dan pengangguran mempunyai dampak negatif langsung terhadap pelakunya dan dampak tidak langsung terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori pengangguran biasanya mencakup orang-orang yang berada dalam usia kerja tetapi masih bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan. [1]Usia kerja biasanya merupakan usia yang tidak bersekolah tetapi lebih tua dari usia anak (relatif diatas 6 sampai 18 tahun atau lebih, yaitu masa pendidikan dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas). Sebaliknya, penduduk berusia di atas 18 tahun yang masih bersekolah dapat digolongkan sebagai pengangguran, meski  masih banyak yang memperdebatkan hal ini. Pada dasarnya pengangguran tidak bisa dihilangkan seluruhnya. Sebagus apapun kemampuan pengelolaan perekonomian suatu negara, pengangguran akan tetap ada. 

Mengenai bidang pekerjaan yang  dipilih, Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan dan menjalankan segala bentuk kegiatan ekonomi seperti pertanian, peternakan, perburuan, industri, dan perdagangan.

 Islam tidak  hanya memerintahkan kita untuk bekerja, tetapi juga untuk bekerja  lebih baik (gila), tekun, dan profesional. Salah satu faktor ekonomi yang membawa kemiskinan ke negara kita tercinta adalah meningkatnya angka pengangguran.

 Pengangguran adalah masalah yang paling serius. Pengangguran menurunkan produktivitas dan pendapatan masyarakat, yang dapat menimbulkan masalah sosial lainnya. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan  membandingkan jumlah pengangguran dengan persentase total angkatan kerja. Karena kurangnya pendapatan, para penganggur  mengurangi pengeluaran konsumsinya, yang berujung pada penurunan tingkat kekayaan dan kesejahteraan.

 Teori pengangguran  sangat penting dalam perekonomian Islam karena pengangguran merupakan masalah perekonomian yang sangat serius. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan teori  pengangguran berdasarkan para pemikir ekonomi Islam  abad pertengahan seperti Ibnu Khaldun, yang konsepnya digunakan oleh para ekonom modern. Tidak ada yang namanya pengangguran dalam Islam, karena seluruh umat Islam  diajarkan untuk bekerja keras dan menolak segala bentuk kemalasan. Sebagai buktinya, kita diminta berdiri sebelum Subuh untuk shalat Tahajjud dan Subuh. Kita disuruh masuk masjid dalam keadaan  gelap, tempat banyak orang sedang bersantai. Dilarang mengemis, meskipun miskin. Bukankah ini  cukup menjadi bukti bahwa kemalasan dilarang dalam Islam dan pengangguran dilarang keras Karena pengangguran hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang malas, dan orang-orang malas itu tidak mempunyai agama yang benar, tidak beriman, dan dalam hati mereka mempunyai. Tidak ada keyakinan bahwa  Allah SWT akan membantu usaha mereka jika mereka memutuskan untuk masuk Islam.

Adapun beberapa jenis-jenis pengangguran secara umum, antara lain:

a. Pengangguran Friksional 

Pengangguran friksional didefinisikan sebagai kondisi di mana tingkat pengangguran dalam suatu wilayah mencapai 2 atau 3 persen dari total tenaga kerja. Istilah "pengangguran friksional" juga merujuk pada pengangguran yang dianggap normal, karena individu yang mengalaminya sedang dalam proses mencari pekerjaan yang dianggap lebih baik daripada pekerjaan sebelumnya.

Pencarian pekerjaan yang menawarkan kenyamanan, gaji yang lebih tinggi, dan tunjangan pekerjaan menjadi pertimbangan bagi para pekerja untuk mengambil keputusan resign. Umumnya, ini terjadi ketika mereka menerima tawaran untuk bekerja di perusahaan yang lebih besar dengan imbalan gaji yang lebih besar. Alasan lain mungkin termasuk pertimbangan bahwa pekerjaan baru akan lebih sesuai dengan kemampuan dan keahlian mereka. Oleh karena itu, pekerja yang memilih untuk mengundurkan diri dan mencari pekerjaan yang lebih baik akan dianggap sebagai pengangguran friksional atau pengangguran.

 

b. Pengangguran Siklikal

Dalam lingkup industri, tidak selalu permintaan terhadap produksi tetap tinggi. Terkadang, penurunan daya beli konsumen dapat mengakibatkan penurunan produksi barang atau jasa. Harga-harga pun akan merosot karena kurangnya minat dari pembeli. Situasi seperti ini mendorong perusahaan untuk melakukan efisiensi tenaga kerja, karena mempertahankan jumlah karyawan yang tidak sesuai dengan permintaan konsumen akan tidak memungkinkan.

Dalam upaya meminimalkan kerugian yang terus-menerus, perusahaan cenderung mengurangi jumlah karyawan mereka, seiring kewajiban untuk terus membayar gaji kepada karyawan tersebut. Dampaknya, pekerja atau karyawan yang terkena pemangkasan tersebut dapat disebut sebagai pengangguran siklikal.

 

c. Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural merujuk pada situasi di mana pengangguran timbul akibat perubahan struktural dalam kegiatan ekonomi pada suatu periode. Keadaan ini terjadi ketika industri atau perusahaan mengalami kemunduran ekonomi akibat tingginya persaingan usaha.

Perubahan struktural ini dapat melibatkan penyingkiran beberapa pengusaha, biaya pengeluaran yang melonjak tinggi, kerugian perusahaan karena penurunan kegiatan ekspor, serta munculnya produk pesaing dari pihak lain. Kondisi ini mengakibatkan perlunya mengurangi skala usaha atau bahkan menutupnya. Dampak langsung dari hal ini adalah terjadinya pengangguran bagi pekerja yang sebelumnya terlibat dalam kegiatan usaha tersebut. Keadaan ini dikenal sebagai pengangguran struktural.

 

d. Pengangguran Teknologi 

Pemanfaatan teknologi terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Pekerjaan yang dulunya dilakukan oleh manusia secara bertahap digantikan oleh kecanggihan teknologi yang dikenal sebagai robot.

Contohnya, dalam industri makanan kaleng, di mana pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh tenaga manusia kini lebih banyak ditingkatkan efisiensinya melalui penggunaan robot. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan dan efektivitas produksi secara keseluruhan. Dampak dari perubahan ini dapat menyebabkan terjadinya pengangguran karena peran manusia telah tergantikan oleh teknologi. Keadaan semacam ini disebut sebagai pengangguran teknologi.

 

Menurut paparan Yusuf Al-Qardawi yang dikutip oleh Subhan[2] , terdapat dua macam pengangguran dalam pandangan islam:

 

a. Pengangguran Jabariyah

 

Suatu keadaan pengangguran yang tidak dapat dihindari  dalam artian seseorang telah berusaha mencari pekerjaan namun tidak berhasil dan terpaksa menerima kondisi tersebut. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kurangnya skill pada saat itu atau ketidaksesuaian antar skill.

 

b. Pengangguran Khiyariyah

 

Kondisi pengangguran Khiyariyah ini berbeda dengan pengangguran Jabariyah, pengangguran ini tergantung dengan dirinya sendiri. Kondisi ini orang tersebut bermalas-malasan dan hanya dan berpangku tangannya saja, padahal kesempatan dan kemampuan sudah tersedia, tetapi tidak ada usaha sama sekali dari pengangguran tersebut untuk berupaya meningkatkan produktivitasnya. Walaupun mereka mempunya potensi pada dirinya.

 Jika seseorang sudah lama menganggur, kondisi ini dapat mempengaruhi aspek keagamaannya. Adapun beberapa dampak agama yang disebabkan adanya kondisi pengangguran, yakni sebagai berikut:

 

1. Membahayakan Akidah

 

Situasi kekurangan yang dialami  seseorang saat menganggur dapat menyebabkan semua orang yang menghadapi situasi tersebut melakukan hal maksiat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

 

2. Membahayakan Akhlak

 

Jika pengangguran miskin yang hidup di lingkungan orang yang berkecukupan, dikhawatirkan mendapatkan tekanan batin bagi orang miskin tersebut, sehingga memungkinkan dapat melupakan hal-hal yang sebenarnya dilarang oleh syara' atau hukum agama.

 

3. Membahayakan Kelangsungan Rumah Tangga

 

Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada pengangguran yang berumah tangga, yang pertama dalam segi pembinaan, kepala rumah tangga yang pengangguran akan tetap terikat untuk memberi nafkah pada keluarganya yang merupakan tanggung jawabnya, yang kedua segi pemeliharaan, pengangguran dalam keluarga akan menimbulkan hal yang tidak baik sehingga berdampak  keluarga yang terabaikan karna kondisi adanya pengangguran tersebut yang dapat memicu adanya perceraian ruamh tangga yang seharusnya berjalan dengan baik.[3]

  

Faktor Penyebab Pengangguran

Terdapat empat faktor yang menyebabkan timbulnya pengangguran di Indonesia, sebagai berikut:

 

a. Orientasi kebijakan pembangunan ekonomi

 

b. Kebijakan pengembangan sumber daya manusia

 

c. Daya saing industri

 

d. Globalisasi[4] 

 

Dalam islam pengangguran bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu:[5]

 Faktor Individu, terdiri dari:

 

- Faktor Kemalasan

 Pengangguran umumnya tidak berasal dari kemalasan individu, hanya sebagian kecil orang miskin yang mungkin menjadi enggan bekerja karena berharap mendapatkan kekayaan secara instan melalui perjudian atau undian.

 

- Faktor Cacat

 Dalam sistem kapitalis, prinsip yang diterapkan adalah prinsip persaingan bebas. Oleh karena itu, mereka yang memiliki cacat atau keterbatasan tidak memiliki peluang untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai.

 

- Faktor Rendahnya Pendidikan dan Keterampilan

 Pada saat ini, sekitar 75% pekerja di Indonesia memiliki tingkat pendidikan rendah, yakni lulusan SD dan SMP. Konsekuensinya, tingkat keterampilan yang dimiliki oleh mereka menjadi rendah.

 

- Faktor Sistem Sosial dan Ekonomi, siantaranya:

 Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat engembangan sektor ekonomi non-ril Banyaknya tenaga kerja yang disebabkan pertumbuhan penduduk.

 

Indikator pengangguran

 

Adapun beberapa indikator yang mempengaruhi adanya pengangguran ialah:

 

1. Pertumbuhan ekonomi negara

 Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi pada suatu negara, maka pengaruhnya jumlah pengangguran akan semakin menurun.

 

2. Tingkat inflasi

 Menurut A.W. Philips inflasi dan pengangguran memliki hubungan yang terbalik, Semakin tinggi tingkat inflasi  suatu negara,  semakin rendah tingkat penganggurannya. Philips beranggapan bahwa permintaan agregat meningkat maka akan bertambah tenaga kerja untuk kegiatan produksi.[6]

 

3. Besaran upah yang berlaku

 Besaran upah dan jumlah pengangguran memiliki hubungan yang terbalik, semakin tinggi besaran upah semakin rendah tingkat penganggurannya.

 

 

B. Kemiskinan

 

Pengertian kemiskinan

Secara harfiah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, miskin itu berarti tidak berharta benda. Miskin juga berarti tidak mampu memenuhi standar kebutuhan hidup dan memiliki pendapatan ekonomi yang rendah.[7]

 

Secara umum kemiskinan dapat diartikan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dapat dikatakan kemiskinan apabila kurangnya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. [8] 

 

Definisi tentang kemiskinan beragam dari ketidakmampuan memnuhi kebutuhan sandang, mangan dan papan, kurangnya kesempatan dalam berusaha, hingga pengertian yang lebih luas hingga sosial dan moral (Sholeh 2010).

 

C. Faktor Penyebab Kemiskinan

 

Menurut Chamsyah (2008) Penyebab kemiskinan terletak pada bentuk hubungan kompleks antara individu yang hidup dengan kekuatan lemah dalam  tradisi keluarga, dan masyarakat yang berpegang teguh pada sistem modern dan metode produksinya dalam  struktur sosial (negara) yang kompleks. Dalam keadaan kekurangan kekayaan ini, manusia dianggap sebagai penyebab utama kemiskinan.[9]

 Di sisi lain, keluarga hanyalah institusi sosial terkecil yang dilemahkan oleh struktur sosial yang menjadi penyebab struktural kemiskinan. Dalam mengatasi masalah kemiskinan, penyebab-penyebab tersebut menjadi tidak relevan lagi.

 Kemiskinan mengacu pada situasi individu, kelompok, atau kolektif dalam masyarakat. Suatu negara atau seluruh negara juga dapat diklasifikasikan sebagai miskin. Untuk menghindari prasangka, negara-negara tersebut tidak lagi disebut negara miskin  atau terbelakang, melainkan negara berkembang.

 Selain itu menurut todaro tinggi rendahnya ada dua faktor utama kemiskinan dalam negara, yaitu:

 

Tingkat pendapatan nasional

 

Seberapa besar kesenjangan pada distribusi pendapatan.[10]

 

Macam-macam kemiskinan

 Pada umumnya macam-macam kemiskinan terdapat 4 kelompok, yaitu:

 

Kemiskinan Absolut

 Keadaan dimana pendapatannya di bawah garis dari kemiskinan sehingga masih belom bisa memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri untuk hidup dan bekerja.

 

Kemiskinan Relatif

 Dimana ketimpangan keadaan disebabkan pengaruh kebijakan pembangunan yang masih tidak merata pada masyarakat.

 

Kemiskinan Kultural

 Dimana seorang miskin kepribadiannya kurang berusaha dan banyak bermalas-malsan, bahkan ketika ada orang membantunya untuk bangkit agar kehidupannya lebih baik ia justru tidak memperdulikannya dan tidak mau bekerja keras karena sifat buruknya yang telah menjadi kebiasaannya.

 

Kemiskinan Struktural

 Disebabkan karena rendahnya akses tenaga kerja pada suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan sehingga kemiskinan bertambah subur.[11]

 

Kemiskinan Menurut Perspektif Islam

 Ancaman kemiskinan merupakan masalah yang telah ada sejak zaman dahulu hingga saat ini, terutama di negara-negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam.[12] Menurut mufasir AL Qur'an Muhammad Quraish Shihab berdasarkan etimologi kata "miskin" yang merujuk pada diam atau tidak bergerak, dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang menyebabkan kemiskinan adalah sikap berdiam diri yang enggan atau tidak mau bergerak dan berusaha.[13]

 Kemiskinan didefinisikan dengan pemahaman yang  sedikit berbeda dari definisi tradisional. Islam mendefinisikan kemiskinan dengan membaginya menjadi dua kelompok, fakir dan miskin. Pengertian fakir menurut Syafi'i dan Hambali adalah orang yang tidak mempunyai penghasilan sama sekali karena alasan khusus Islam (umur), seperti sudah tua atau sibuk berdakwah, sehingga tidak mempunyai waktu untuk mencari nafkah. Lebih lanjut, pengertian orang miskin menurut Syafi'i dan Hambali adalah seseorang yang meskipun mempunyai pekerjaan dan penghasilan, namun tidak mampu menghidupi dirinya dan keluarganya.[14]

 Al-Ghazali berpendapat bahwa kemiskinan tidak hanya terkait dengan kekurangan pendapatan, tetapi juga melibatkan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Menurutnya, ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya tidak diperlukan tidak dapat disebut sebagai kemiskinan. Al-Ghazali membagi kemiskinan menjadi dua aspek, yaitu kemiskinan yang berkaitan dengan kebutuhan material dan kemiskinan yang terkait dengan kebutuhan rohani atau spiritual. Pandangan ini diperkuat oleh argumen bahwa kemiskinan tidak hanya mencakup kekurangan barang dan jasa, tetapi juga kekurangan dalam dimensi rohaniah. Rehman menyarankan bahwa umat Islam dapat meningkatkan kehidupan rohani mereka dengan memperbaiki kehidupan material mereka. Chapra juga berpendapat bahwa Islam, sebagai agama keseimbangan, memberikan penekanan yang seimbang pada aspek spiritual dan duniawi.

 

Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan menurut agama islam, yakni:

 

a. Mendapat bantuan dari keluarga atau kerabat yang terdekat

 

b. Mendapat bantuan dari tetangga atau masyarakat

 

c. Mendapat bantuan negara[15]

 

d. Bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.

 

 

Pendidikan Islam Sebagai Upaya Menanggulangi Kemiskinan

 

Solusi dan upaya penanggulangan kemiskinan  tidak lagi bertumpu pada nilai-nilai luhur yang mendasari kerja pengentasan kemiskinan: integritas, kerelawanan dan integritas, amanah dan amanah, keadilan, persatuan dalam keberagaman dan kesetaraan. Nilai-nilai tersebut sangat sesuai dengan nilai-nilai  pendidikan Islam dan tentunya sangat tepat bila diterapkan dalam pengentasan kemiskinan dan menjadi landasan  operasional penyelesaian permasalahan kemiskinan. Pengamalan nilai-nilai pendidikan Islam untuk mengatasi kemiskinan diawali dengan pemilihan anggota BKM atau lembaga kemandirian daerah. Tentu saja, kami memilih orang-orang yang akan melaksanakan program pengentasan kemiskinan dengan integritas, namun kami juga memilih orang-orang yang dapat kami percaya dan percayai.

Permasalahan yang selalu muncul dalam penanggulangan kemiskinan, baik dulu maupun sekarang, adalah pendataan dan penanganan masyarakat miskin dilakukan secara jujur dan terpercaya, seperti yang terjadi pada pandemi COVID-19 saat ini.

 Sumber daya yang digunakan untuk membantu masyarakat miskin  dikorupsi dan disalahgunakan. Dan yang terjadi selanjutnya adalah masyarakat miskin tidak  jujur dalam memberikan data dan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan sehingga menyebabkan berkurangnya dana bantuan, atau sebaliknya, yang  sangat layak mendapat bantuan, Atau masyarakat yang sangat cocok justru tidak mendapat bantuan.

 

 Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak terdaftar sebagai perorangan. Orang yang membutuhkan bantuan dianggap tidak kompeten, dan mereka yang mengaku tidak mampu maka haknya dicabut.

Pendidikan Islam untuk mengatasi kemiskinan, termasuk pesantren. Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang berfungsi sebagai lembaga sosial. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional yang ada di Indonesia, dan  pesantren ini telah tumbuh dan berkembang selama berabad-abad.

Pendidikan Islam memiliki peran penting dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Melalui pendidikan Islam, individu diberikan landasan moral dan nilai-nilai etika yang mendorong kesadaran akan tanggung jawab sosial. Pendidikan ini tidak hanya fokus pada aspek keilmuan agama, tetapi juga mempromosikan nilai-nilai seperti keadilan, kasih sayang, dan kepedulian terhadap sesama.

Dalam konteks kemiskinan, pendidikan Islam dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep keadilan sosial dan distribusi kekayaan. Melalui ajaran-ajaran Islam, masyarakat diarahkan untuk berkontribusi dalam membangun kesejahteraan bersama. Pendidikan ini juga memperkuat konsep zakat, yang merupakan kewajiban memberikan sebagian harta kepada yang membutuhkan.

Selain itu, pendidikan Islam memberikan akses pendidikan kepada kelompok yang mungkin terpinggirkan atau kurang beruntung secara ekonomi. Dengan menciptakan lingkungan inklusif, pendidikan Islam dapat memberdayakan individu untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka, membuka peluang untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.

Pentingnya pendidikan Islam juga terlihat dalam pengembangan keterampilan kehidupan sehari-hari, seperti keterampilan berwirausaha. Dengan memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip bisnis yang beretika, pendidikan Islam mendorong pembentukan usaha mikro dan kecil yang dapat menjadi solusi untuk pengurangan tingkat kemiskinan di tingkat lokal.

Dengan demikian, pendidikan Islam bukan hanya tentang pengetahuan agama, tetapi juga merupakan sarana untuk membangun masyarakat yang berkeadilan dan berdaya, dengan fokus pada peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan.

 

Pendidikan Islam Sebagai Upaya Menanggulangi Pengangguran

 

Salah satu cara untuk mengatasi pengangguran adalah melalui kewirausahaan dengan mengembangkan lapangan kerja di pedesaan.

 Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai akar yang kuat pada masyarakat lokal dan masyarakat desa. Sekilas tentang Pondok Pesantren yang berfungsi untuk memperkuat perekonomian masyarakat desa, khususnya melalui pemanfaatan metode pertanian pondok  pesantren. Santri-santri ponpes diharapkan  siap menjadi wirausaha dan  mengatasi masalah pengangguran  di pedesaan. Banyaknya pesantren yang berlokasi di pedesaan menjadikan peluang pertanian sebagai salah satu alternatif  kegiatan pemberdayaan ekonomi pesantren.

Konsep pembangunan pertanian yang dilaksanakan  pesantren hendaknya mengadopsi pendekatan agribisnis. Sistem agribisnis memungkinkan petani memberikan  nilai tambah melalui seluruh aktivitas subsistem yang tercantum di dalamnya. Peternakan pesantren sudah banyak  yang menerapkan hal ini. Selain itu, Kementerian Pertanian telah memiliki program pengembangan ekonomi pertanian  pada lembaga berbasis sosial lembaga pendidikan keagamaan.

 Pendidikan Islam memainkan peran kunci dalam menanggulangi pengangguran melalui berbagai cara. Pertama-tama, pendidikan Islam memberikan landasan etika dan moral yang kuat, membentuk individu yang tidak hanya kompeten dalam bidang agama, tetapi juga memiliki sikap tanggung jawab terhadap masyarakat. Hal ini dapat membantu dalam membentuk karakter pekerja yang disiplin, jujur, dan bertanggung jawab, sifat-sifat yang dihargai dalam dunia kerja.

 Dalam konteks keilmuan, pendidikan Islam juga mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk ekonomi Islam. Prinsip-prinsip ekonomi Islam menekankan keadilan distributif, pemberdayaan masyarakat, dan penolakan terhadap eksploitasi. Dengan memahami prinsip-prinsip ini, lulusan pendidikan Islam dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan sistem ekonomi yang lebih adil dan inklusif, mengurangi ketidaksetaraan yang sering menjadi akar masalah pengangguran.

 Selain itu, pendidikan Islam juga dapat memberikan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Misalnya, pendidikan keusahawanan Islam dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip bisnis yang etis dan berkelanjutan. Ini dapat mendorong masyarakat untuk membuka usaha sendiri, mengurangi tekanan pada lapangan kerja formal dan membantu mengatasi masalah pengangguran.[16]

 Dengan pendidikan Islam yang holistik, yang tidak hanya menekankan aspek keagamaan tetapi juga aspek sosial dan ekonomi, diharapkan masyarakat dapat lebih siap menghadapi tantangan pengangguran dan memainkan peran aktif dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

 

 

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan Kreatif

 

Proses pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal sebenarnya merupakan sebuah inisiatif yang memungkinkan masyarakat untuk memperkuat dirinya sepanjang keberadaannya. Pusat kegiatannya harus berada di  masyarakat itu sendiri menggunakan kreativitasnya, dan dilaksanakan oleh masyarakat, dimulai dari masyarakat,  dan bermanfaat bagi masyarakat dengan kata lain, pendidikan harus berakar pada masyarakat.

 Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan kreatif merupakan suatu strategi dengan tujuan meningkatkan kapasitas, kemandirian, dan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini fokus pada penggunaan metode pembelajaran inovatif dan kreatif untuk merangsang perkembangan potensi individu dan kelompok dalam masyarakat.

 Pendidikan kreatif tidak hanya terbatas pada transfer pengetahuan, melainkan juga melibatkan pengembangan keterampilan, pemikiran kritis, dan kreativitas. Tujuannya adalah menciptakan individu yang tidak hanya terampil secara akademis, melainkan juga mampu berpikir out-of-the-box, menghadapi perubahan, dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat secara berkelanjutan.

 Salah satu aspek penting dari pendidikan kreatif adalah memberikan ruang untuk ekspresi kreatif dan pengembangan bakat. Ini melibatkan pembelajaran melalui seni, musik, drama, dan berbagai bentuk ekspresi lainnya yang mendorong siswa untuk mengeksplorasi kreativitas mereka. Oleh karena itu, pendidikan kreatif tidak hanya terkait dengan sektor pendidikan formal, tetapi juga melibatkan unsur non-formal dan informal.

 Melalui upaya pemberdayaan masyarakat lewat pendidikan kreatif, diharapkan masyarakat dapat mengatasi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Individu didorong untuk menjadi agen perubahan yang mampu menciptakan solusi inovatif dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Pendidikan kreatif juga mendorong kolaborasi dan komunikasi antar anggota masyarakat, memperkuat jaringan sosial, dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.

 Dengan mengintegrasikan elemen-elemen pendidikan kreatif ke dalam kebijakan pendidikan dan program-program masyarakat, diharapkan masyarakat dapat mencapai perkembangan berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh. Pendekatan ini tidak hanya menciptakan peluang pendidikan yang lebih baik, tetapi juga memberdayakan individu untuk menjadi pemimpin dalam membentuk masa depan mereka dan komunitas tempat mereka tinggal.

 

Adapun macam-macam pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan kreatif, yakni:

 Pengembangan Keterampilan: Melalui pendidikan kreatif, masyarakat dapat mengembangkan keterampilan baru, seperti seni, desain, kerajinan, atau teknologi, yang dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar kerja.

 Penguatan Identitas Budaya: Pendidikan kreatif dapat memberdayakan masyarakat dengan memperkuat dan melestarikan identitas budaya mereka. Ini bisa mencakup pembelajaran tentang tradisi lokal, seni rupa tradisional, atau kebudayaan unik yang dapat diaplikasikan dalam karya seni.

 Peluang Ekonomi Lokal: Program pendidikan kreatif dapat menciptakan peluang ekonomi lokal dengan mengajarkan keterampilan yang dapat dijual atau dipasarkan. Ini dapat membantu masyarakat dalam menciptakan mata pencaharian baru atau mengembangkan bisnis kreatif.

 Pemberdayaan Komunitas: Pendidikan kreatif dapat menjadi alat untuk memperkuat hubungan antaranggota masyarakat. Proyek kolaboratif dalam seni atau desain sering kali mempromosikan kerjasama dan keterlibatan aktif dalam komunitas.

 Pengembangan Inovasi dan Kreativitas: Melalui pendidikan kreatif, masyarakat dapat mengembangkan potensi inovatif dan kreatif. Ini tidak hanya bermanfaat dalam konteks seni, tetapi juga dalam mencari solusi untuk masalah lokal atau global.

 Penyadaran terhadap Isu Sosial: Pendidikan kreatif dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu sosial. Melalui seni dan pendekatan kreatif, pesan-pesan terkait keadilan sosial, lingkungan, atau hak asasi manusia dapat disampaikan dengan cara yang lebih kuat dan berkesan.

 Peningkatan Kualitas Hidup: Pemberdayaan melalui pendidikan kreatif dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan memberikan sarana ekspresi diri, meningkatkan rasa prestasi, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan sosial.

 

Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan kreatif memiliki berbagai manfaat yang signifikan. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan kreatif:

 

Peningkatan Keterampilan Kreatif: Pendidikan kreatif membantu mengembangkan keterampilan kreatif individu, seperti pemecahan masalah, berpikir inovatif, dan kreativitas dalam mengatasi tantangan.

 Pengembangan Wirausaha: Pendidikan kreatif dapat memberdayakan individu untuk menjadi wirausahawan dengan memberikan pemahaman tentang inovasi, pengembangan produk, dan manajemen usaha.

  Peningkatan Keterampilan Komunikasi: Melalui pendidikan kreatif, masyarakat dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, baik verbal maupun non-verbal, yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan.

 Peningkatan Daya Saing: Pendidikan kreatif dapat meningkatkan daya saing masyarakat dalam berbagai sektor, termasuk ekonomi, seni, dan budaya, dengan memberikan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan zaman.

 Pemberdayaan Perempuan: Pendidikan kreatif dapat menjadi alat penting dalam pemberdayaan perempuan, memberikan akses yang lebih luas ke peluang pendidikan dan karir yang beragam.

 Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran: Melalui metode pendidikan kreatif, masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka terhadap isu-isu sosial, lingkungan, dan kemanusiaan.

 Pembentukan Identitas Budaya: Pendidikan kreatif dapat membantu masyarakat memahami dan mempertahankan identitas budaya mereka sendiri, serta menghargai keanekaragaman budaya di dunia.

 Mendorong Kolaborasi: Pendidikan kreatif seringkali melibatkan kegiatan kolaboratif, mempromosikan kerjasama antarindividu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

 Peningkatan Kualitas Hidup: Pendidikan kreatif dapat memberikan individu keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka melalui peluang pekerjaan, hiburan yang bermakna, dan kontribusi positif pada masyarakat.

 Pemahaman Global: Pendidikan kreatif membuka pemahaman global dan perspektif, mempersiapkan masyarakat untuk berinteraksi dalam konteks global dan menjadi bagian dari komunitas global yang lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun