Kontroversi melibatkan sikap mental negatif yang bersifat tersembunyi terhadap pihak lain. Biasanya, lawan diserang secara psikologis melalui tindakan seperti memfitnah atau menyebarkan desas-desus. Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, bentuk kontroversi mencakup protes, penghinaan, hasutan, dan tindakan rahasia lainnya.
Salah satu contoh nyata kontroversi adalah perang dingin antara dua negara besar di masa lalu, di mana persaingan politik dan ekonomi dilakukan tanpa konflik fisik tetapi melalui propaganda dan strategi tersembunyi. Dalam kehidupan sehari-hari, kontroversi juga dapat muncul dalam bentuk rivalitas antar perusahaan atau partai politik.
Dalam dunia digital, kontroversi sering kali muncul di media sosial. Fenomena "cancel culture" adalah salah satu bentuk kontroversi modern yang memiliki dampak luas terhadap reputasi individu maupun kelompok. Oleh karena itu, penting untuk mengelola komunikasi secara bijaksana agar tidak memicu kontroversi yang merugikan.
3. Pertentangan (Conflict)
Konflik adalah gejala universal yang terjadi akibat perbedaan prinsip, budaya, atau kepentingan. Konflik sering kali melibatkan kekerasan dan berpotensi menghancurkan hubungan sosial. Bentuk-bentuk konflik meliputi konflik pribadi, rasial, kelas sosial, politik, dan internasional.
Konflik sering terjadi karena perbedaan kepentingan atau tujuan yang sangat signifikan. Misalnya, dalam skala global, konflik antara negara-negara dapat memengaruhi stabilitas ekonomi dan politik dunia. Sementara itu, dalam skala lokal, konflik antar kelompok dapat memecah solidaritas masyarakat. Dalam beberapa kasus, konflik juga memunculkan peluang untuk perubahan sosial yang positif, seperti munculnya reformasi setelah pergolakan politik.
Dalam organisasi, konflik sering kali muncul antara karyawan dan manajemen. Meskipun konflik ini dapat menghambat produktivitas, penyelesaian yang efektif melalui mediasi dapat menciptakan hubungan kerja yang lebih kuat dan harmonis.
C. Dinamika Interaksi Sosial dalam Kehidupan Modern
Dalam era modern, dinamika interaksi sosial menjadi semakin kompleks karena pengaruh globalisasi, teknologi, dan perubahan sosial. Di satu sisi, kerjasama antar bangsa dan individu menjadi lebih mudah melalui platform digital dan media sosial. Misalnya, kampanye global untuk isu-isu lingkungan melibatkan berbagai organisasi dari seluruh dunia, menciptakan kerjasama yang luas untuk mencapai tujuan bersama.
Namun, disasosiasi juga meningkat akibat polarisasi opini di media sosial. Konflik dan kontroversi sering kali menjadi viral, menciptakan dampak psikologis dan sosial yang signifikan. Dalam konteks ini, pendidikan tentang literasi digital menjadi sangat penting untuk mengelola interaksi sosial secara sehat. Selain itu, penggunaan teknologi harus disertai dengan regulasi yang mendorong perilaku etis di dunia maya.
Penggunaan teknologi juga membuka peluang untuk memahami dinamika interaksi sosial secara lebih mendalam melalui analisis data besar (big data). Misalnya, pola-pola komunikasi di media sosial dapat membantu ilmuwan sosial memahami penyebab konflik atau membangun strategi untuk meningkatkan kerjasama di masyarakat.