Anak juga menjadi lebih pintar dalam berpikir tentang persoalan sosial, terutama tentang kemungkinan-kemungkinan dan kerjasama. Pemahaman sosial ini diyakini Piaget terjadi melalui hubungan dengan teman sebaya yang saling memberi dan menerima.Â
Dalam kelompok teman sebaya, setiap anggota memiliki kekuasaan dan status yang sama, merencanakan sesuatu dengan merundingkannya, ketidaksetujuan diungkapkan, diperbincangkan dan pada akhirnya disepakati. Sedangkan hubungan antara orangtua dan anak, orangtua memiliki kekuasaan, sementara anak tidak, tampaknya kurang mengembangkan pemikiran moral, karena aturan selalu diteruskan dengan cara otoriter.
Contoh konkrit dari kedua tahapan ini adalah bagaimana anak pada tahapan heteronom dan otonom menilai perbuatan memecahkan 1 gelas dengan disengaja dibandingkan dengan memecahkan 12 gelas tanpa disengaja. Anak-anak pada level heteronom akan menilai memecahkan 12 gelas lebih fatal tanpa mempertimbangkan niat pelaku.
Setelah mengetahui tahapan-tahapan moral sesuai usia anak, kita sebagai orang tua, pendidik, perlu memperhatikan masa perkembangannya. Memberikan contoh, stimulus, dan hal-hal positif yang berkaitan dengan moralitas, agar moralitas anak terbentuk dengan baik dan mengerti dalam bersikap dan berperilaku sesuai tempatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H