Mohon tunggu...
Nafisa Niami
Nafisa Niami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Me

Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perkembangan Sosio Emosional

20 September 2021   01:23 Diperbarui: 20 September 2021   01:35 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kamu suka es krim nggak?"

"Enggak, aku lebih suka kopi."

"Aku suka warna hitam karena warna hitam itu simpel. Kalo kamu?"

"Aku suka warna pink dong, karena warna pink itu lucu...."

Manusia itu unik ya, ada yang suka ini ada yang suka itu. Kenapa bisa begitu? Itulah kepribadian. Kepribadian yaitu campuran yang relatif konsisten antara emosi, temperamen, pikiran dan tingkah laku.

Kepribadian manusia terbentuk dan berkembang mulai dari masa anak-anak dan terlihat dimasa dewasa. Seseorang bisa dikatakan manusia dewasa yaitu manusia yang mampu mengenali emosinya, dan mengendalikan untuk menerima kebudayaan yang ada dilingkungannya.

Perkembangan sosio emosional. Kenapa sosio emosional? kan disini kita membahas tentang emosi, kenapa mesti diawali dengan kata sosio?. Nah, kata sosio (sosial) berarti berhubungan dengan masyarakat, atau lingkungan sekitar. Jadi, tidak mungkin ada emosi yang tidak dilatar belakangi dengan lingkungan sosial. Manusia tanpa berinteraksi dengan orang lain (lingkungan ) maka tidak bisa apa-apa.

Definisi Emosi

Perasaan atau Afek, terjadi ketika seseorang berada dalam suatu kondisi atau sedang terlibat dalam interaksi penting baginya. Seperti pendapat, Campos (dalam Santrock 2007) mendefinisikan emosi sebagai perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang berada dalam suatu keadaan yang dianggap penting oleh individu tersebut. Emosi diungkapkan oleh perilaku yang mengekspresikan kenyamanan atau ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami. Emosi itu seperti rasa senang, takut, marah, dan sebagainya.

Reaksi subjektif terhadap pengalaman yang diasosiakan dengan perubahan fisiologis dan dan tingkah laku.

Rekasi atau Respon Cepat (immadiate ), spesifik terhadap stimulus internal ataupun eksternal yang dapat berupa positif dan negatif. Dapat dijelaskan dengan pendapat dari American Academy of Pediatrics (2012) menyatakan bahwa perkembangan sosial emosi mengacu pada kemampuan anak untuk memiliki pengetahuan dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara lengkap baik emosi positif maupun emosi negatif, mampu menjalin hubungan dengan anak-anak lain dan orang dewasa disekitarnya, serta secara aktif mengeksplorasi lingkungan melalui belajar (Nurmalitasari, 2015).

Perasaan intens atas reaksi terhadap sesuatu yang memengaruhi seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain seperti dalam menentukan pilihan, tindakan, persepsi.

Apasih bedanya Feel dan Mood itu?

Feel (perasaan ), pengalaman (experience) subjektif dari emosi. Seperti ini misalnya, "Saya saat ini merasa sedih", "Saya merasa sangat sedih". Jadi perasaan ini bisa terlihat jika seseorang itu sedang sedih, dari raut wajah atau dari gerakannya. Beda dengan Mood (suasana hati ), perasaan yang menyebar, tahan lama, mungkin tidak memiliki apa yang dapat diidentifikasikan.

Komponen Emosi

Kognitif, berfikir dulu baru emosi. Jadi gini, anak setelah pernah melihat orang sekitarnya mengungkapkan rasa senang dengan tertawa, maka anak akan berpikir ketika merasa senang, dan tertawa seperti yang pernah ia lihat.

Psikologis, gairah atau rasa yang keluar saat emosi muncul (feel ). Maksudnya, rasa yang dirasakan saat marah, atau rasanya saat senang, atau rasanya saat sedih.

Behavioral, karakteristik perilaku yang terlihat (raut wajah ).

Belum tentu ini saja, berikut beberapa yang juga termasuk komponen emosi:

Ekspresi Wajah, banyak individu yang mampu bermain dengan ekspresi wajah. Seperti halnya orang dewasa, ekspresi perasaan anak-anak juga terlihat dari ekspresi wajahnya. Semakin bertambahnya usia mereka, anak-anak semakin mampu dalam mengekspresikan emosi mereka melalui tersenyum, mengerutkan kening, dan ekspresi lainnya. Kemampuan mengungkapkan ekspresi emosi mereka semakin kompleks dan terlihat dari raut wajah mereka.

Bahasa Tubuh, bahasa tubuh juga dapat sedemikian rupa dikontrol. Ternyata wajah tidak cukup bagi anak untuk mengekspresikan emosi, anak juga menggunakan seluruh tubuhnya untuk mengekspresikan perasaannya. Mereka mengekspresikannya melalui gerak gerik dan bahasa tubuhnya.

Aktivitas Motorik, begitu juga dengan gerakan motorik kita. Anak akan menggambarkan emosinya dengan gerakan motoriknya. Meloncat-loncat ketika merasa senang, melepar sesutau ketika marah, dan gerakan-gerakan lainnya.

Perubahan Fisiologis, seiring mampu memahaminya, maka ketiga aspek lain dapat dikontrol. Jadi seperti ini misalkan manusia dewasa, manusia dewasa dalam memendam (mengendalikan ) emosinya. Itu jauh lebih baik dari pada anak-anak, karena sudah terbiasa. Kita sudah terbiasa mengedalikan ekspresi emosi, jangankan membohongi orang lain, membohongi diri sendiri saja kita sering. Anak-anak itu baru mengendalikan ekspresi emosinya, jika mempunyai tekanan. Anak-anak itu paling jujur yang belum bisa mengendalikan ekspresi emosinya.

Emosi-emosi Awal

Ekpresi apakah yang mengawali perkembangan emosi?

Ekspresi Primer, emosi ini muncul bukan hanya pada manusia saja tapi juga pada hewan. Emosi ini muncul mengawali kehidupan. Emosi anak diawali dengan tangisan, senyuman, ketakutan. Emosi muncul seperti ketika mendapat surprise, ketika tertarik (interest ), marah (anger ), sedih (sadness ), takut (fear ).

Bagaimana emosi berkembang?

Emosi Sadar-Diri, langkah awal manusia mengembangkan emosinya tentu membutuhkan perangkat kognisi yang kompleks dan kesadaran diri. Coba seorang anak jika dihadapkan dengan cermin, dia akan mulai berpikir apa yang ada pada cermin (apa yang dilihat di cermin). Emosi ini muncul setelah tahun pertama anak dan hubungan sosial lah yang menjadi dasar referensi sosial (social reference). Jadi pada emosi ini, anak mulai mengerti waktu bahagia itu ketika gini, waktu sedih itu ketika gini, dan anak juga mulai bisa memahami sisi orang lain.

Nah, itu tadi bahasan pertama kita tentang perkembangan sosio emosional. Jangan lupa ikuti, sukai dan share ke temen-temen lainnya. Jika ada kesalahan tulisan ataupun penjelasan yang tidak sesuai, silahkan ketik di kolom komentar. Semoga bermanfaat dan pantengin terus tayangan artikel selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun