Mental illness atau disebut juga dengan gangguan mental adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau kombinasi seluruhnya. Kondisi ini dapat terjadi dalam waktu singkat ataupun dalam jangka waktu yang lama. Tidak memandang usia atau latar belakang, gangguan mental ini memengaruhi masyarakat secara luas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebutkan bahwa satu dari lima anak dan remaja, serta satu dari empat orang dewasa di seluruh dunia, mengalami dampak dari gangguan mental ini.
Saat gangguan mental mengambil alih, tubuh dan pikiran sering menjadi medan pertempuran yang sengit. Rasa takut berlebihan, kesedihan mendalam, serta fluktuasi suasana hati yang drastis dapat merajalela. Fokus dan konsentrasi menurun, sementara pola makan dan tidur menjadi tidak teratur.Â
Bahkan, pemikiran gelap tentang melukai diri atau bahkan bunuh diri dapat muncul, menyelimuti dengan ketidakpastian. Namun demikian, gangguan mental juga dapat menciptakan dampak fisik yang nyata, seperti rasa sakit yang tidak dapat dijelaskan, mulai dari sakit perut hingga nyeri punggung yang tiba-tiba muncul, tantangan tambahan bagi penderitanya.
Meskipun gangguan mental rumit, tapi bisa diatasi kok. Sebagian orang yang mengalaminya masih bisa hidup sehari-hari seperti biasa, meski tentu dengan perjuangan ekstra. Tapi, kadang-kadang, kondisi yang lebih parah membutuhkan bantuan dari dokter atau ahli di rumah sakit untuk meredakan penyakit mereka. Dan, beberapa orang juga butuh obat sebagai bagian dari pengobatan mereka. Meski begitu, kita perlu ingat bahwa obat-obatan ini juga bisa menyebabkan kecanduan pada beberapa orang.
Dalam tulisan ini, saya akan berfokus pada pengobatan gangguan mental dengan menggunakan obat. Nah, bagaimanasih sebenarnya mekanisme kerja obat dalam pengobatan gangguan mental itu? Kenapa obat tertentu dapat menyembuhkan gangguan mental? Dan apa saja obat yang biasa digunakan untuk menyembuhkan gangguan mental?
Sebelum kita masuk ke dalam topik utama, mari kita berkenalan dengan salah satu cabang ilmu psikologi yang menarik, yaitu psikofarmakologi. Psikofarmakologi adalah studi tentang bagaimana obat-obatan digunakan untuk mengobati gangguan mental. Di sini, kita akan menjelajahi cara-cara di mana obat mempengaruhi suasana hati, cara kita mempersepsikan hal-hal di sekitar kita, serta pola pikir dan perilaku kita.Â
Psikofarmakologi menghubungkan efek obat dengan proses-proses psikologis dalam tubuh kita. Ini seperti memahami bagaimana obat-obatan bekerja dalam sistem saraf kita, yang disebut sebagai obat psikoaktif. Ahli psikofarmakologi memiliki pengetahuan mendalam tentang bagaimana obat-obatan ini memengaruhi sistem saraf kita, dan bagaimana hal tersebut merubah cara kerja tubuh kita.
Pahami cara kerja obat dalam mengatasi gangguan mental. Mekanismenya rumit, melibatkan tarian kompleks antara obat dan sistem saraf kita. Beberapa obat psikotropika, misalnya, bekerja dengan cara mempengaruhi aktivitas neurotransmitter dalam otak. Mereka bisa meningkatkan, menurunkan, atau menghambat aktivitas zat kimia tertentu untuk membantu menyeimbangkan kembali fungsi otak yang mungkin terganggu. Sebagai contoh, obat antidepresan seperti SSRI, meningkatkan kadar serotonin di otak, yang merupakan zat kimia penting dalam mengatur suasana hati kita.
Selain itu, obat juga bisa mempengaruhi reseptor di otak kita. Ketika obat terikat pada reseptor, itu mengubah cara reseptor tersebut merespon neurotransmitter. Misalnya, obat antipsikotik bekerja dengan memblokir reseptor dopamin di otak. Dopamin adalah zat kimia yang berperan dalam kondisi seperti skizofrenia. Dengan memblokir reseptor ini, obat membantu mengurangi gejala seperti halusinasi dan delusi.
Tidak hanya itu, obat juga bisa bekerja dengan menstabilkan membran sel saraf. Dengan melakukan ini, mereka membantu mengurangi gejala seperti perasaan berlebihan atau kegembiraan yang tidak terkendali. Misalnya, mood stabilizer seperti lithium bekerja dengan cara ini. Mereka membantu menjaga keseimbangan zat kimia di otak dengan menstabilkan membran sel saraf, yang pada gilirannya membantu mengatur suasana hati dan emosi kita.
Mari kita telaah obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi gangguan mental. Menurut laporan dari Kemkes.go.id, obat-obatan psikofarmaka dikelompokkan berdasarkan fungsinya dalam pengobatan gangguan mental. Beberapa di antaranya termasuk antiansietas, yang digunakan untuk mengatasi kecemasan, antipsikotik untuk menangani psikosis atau skizofrenia, antidepresan untuk mengatasi depresi, dan mood stabilizer untuk mengendalikan gangguan mood seperti bipolar atau mania.
- Antiansietas
Golongan obat benzodiazepine merupakan golongan obat yang biasa dan efektif digunakan sebagai hipnotika, anti cemas, dsb. Contoh obat golongan benzodiazepine antara lain Contoh obat golongan Benzodiazepine antara lain adalah Alprazolam, Chlordiazepoxide, Clonazepam, Dazepam, dan Lorazepam yang memiliki efek anti cemas, serta Nitrazepam dan Temazepam yang merupakan hipnotika. Dan ada beberapa obat lain yang biasa digunakan untuk megatasi gangguan ini tergantung kebutuhan pasien.
- Antipsikotik
Obat jenis ini biasa digunakan untuk pasien yang mengalami gejala psikosis, salah satu contohnya yaitu skizofrenia, dimana kondisi pasien yang mengalami halusinasi. Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu antipsikotik generasi kedua serta antipsikotik atipikal. Contoh obat-obatan antipsikotik tipikal antara lain adalah Chlorpromazine, Haloperidol, Perphenazine, Thloridazine, Thiotixene, Flupenthixol, dan Trifluoperazine. Sedangkan contoh obat antipsikotik atipikal antara lain adalah Aripiprazole, Clozapine, Lurasidone, Olanzapine, Paliperidone, Quetlapine, Risperidone, Zotepine, dan Ziprasidone.
- Antidrepesan
Obat golongan antidepresan sering digunakan untuk menangani depresi. Jenis obat ini bekerja dengan meningkatkan kadar serotonin dan atau norepinephrine. Golongan-golongan antidepresan yang sering digunakan sebagai obat untuk gangguan mental adalah Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) (menghambat reabsorpsi (penyerapan kembali) serotonin sehingga menyebabkan meningkatnya kadar serotonin), Tricyclic Antidepressants (TCAs) (menghambat penyerapan kembali dari serotonin dan norepinephrine), Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs) (menghambat enzim monoamine oxidase dan sering dipakai untuk menangani depresi atipikal). Beberapa contoh obat antidepresan antara lain adalah Fluoxetine, Paroxetine, Citalopram, Escitalopram, Sertralin, Duloxetine , Venlafaxine, Bupropion, Mirtazapine, Isocarboxazid, Phenelzine, dan Tranylcypromine.
- Mood Stabilizer
Mood stabilizer adalah salah satu jenis obat yang umumnya digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan, seperti Lithium. Beberapa obat anti kejang dan antipsikotik atipikal juga dikenal memiliki kemampuan untuk menstabilkan mood. Beberapa contoh mood stabilizers antara lain adalah Lithium carbonate, Carbamazepine, Oxcarbazepine, Asam valproate, Lamotrigine, dsb.
Informasi obat diatas hanya sebagai informasi kesehatan dan obat yang umumnya digunakan, bukan diagnosis medis. Sebaiknya jika kamu merasa mengalami gangguan mental lakukan konsultasi langsung pada ahlinya.
Penting untuk diingat bahwa penanganan gangguan mental memerlukan pendekatan yang menyeluruh. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan dan tidak selalu mengandalkan obat-obatan saja. Setiap obat memiliki aturan minum dan risiko efek samping yang berbeda, sehingga memerlukan pengawasan ketat oleh dokter atau ahlinya.
Penting!
- Informasi ini hanya edukasi, bukan diagnosis. Konsultasi dengan ahli jika kamu merasa mengalami gangguan mental.
- Penanganan gangguan mental memerlukan pendekatan menyeluruh, tidak selalu mengandalkan obat.
- Setiap obat memiliki aturan minum dan risiko efek samping yang berbeda, sehingga memerlukan pengawasan ketat oleh dokter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H