Contoh 1: Andi gajinya Rp 5.000.000 per bulan. Dia punya cicilan motor Rp 1.000.000 per bulan. Jadi, dari gajinya, dia masih punya sisa Rp 4.000.000 untuk kebutuhan lain. Ini artinya, cicilan motornya masih terbilang aman karena tidak membebani keuangannya terlalu banyak.
Contoh 2: Budi gajinya sama, Rp 5.000.000. Tapi, dia punya cicilan motor, cicilan rumah, dan cicilan kartu kredit totalnya Rp 4.500.000. Wah, ini artinya dia hampir tidak punya sisa uang lagi setelah bayar cicilan. Kondisi ini cukup berisiko karena jika ada biaya tak terduga, misalnya motor rusak atau sakit, Budi bisa kesulitan untuk membayar.
Kenapa DTI Penting untuk Bank?
Bank ingin memastikan uang yang mereka pinjamkan akan kembali. Makanya, mereka akan hitung-hitungan dulu apakah kamu mampu bayar cicilan. Jika DTI kamu terlalu tinggi, bank mungkin akan ragu untuk memberikan kredit karena khawatir kamu akan kesulitan membayar.
Apa Risikonya Jika Pendapatan Tidak Cukup?
Jika pendapatanmu tidak cukup untuk membayar cicilan, bisa terjadi beberapa hal buruk, seperti:
1. Cicilan Menunggak: Kamu akan kesulitan membayar cicilan tepat waktu.
2. Nama Masuk Daftar Hitam: Jika cicilan terus menunggak, namamu bisa masuk dalam daftar hitam debitur. Ini akan membuat kamu kesulitan untuk mendapatkan pinjaman di masa depan.
3. Barang Jaminan Dilelang: Jika kamu mengambil kredit dengan agunan, barang jaminanmu bisa dilelang oleh bank untuk menutupi utang.
Tips Sebelum Mengajukan Kredit:
1. Hitung-hitungan DTI: Sebelum mengajukan kredit, hitung dulu DTI kamu. Pastikan angkanya tidak terlalu tinggi.