Mohon tunggu...
Nafidz Muhamad
Nafidz Muhamad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lahir dari rahim Sastra, dibesarkan oleh fiksi romansa, diajarkan oleh bait puisi dan kata-kata. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, tergabung dalam Komunitas sastra Van Der Wijck. Mencintai tulisan berupa Sastra dan Opini, buku kesukaan Senja Di Jakarta karya Mochtar Lubis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kumpulan Puisi Romantisme

13 Mei 2024   13:56 Diperbarui: 13 Mei 2024   14:17 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

1. Secangkir aku

Terlalu lama pergi

Menunggu dan aku tak kunjung dingin

Menghilang tak kembali

Di atas meja yang tak satupun angin

Kamu tidak mau mencobanya ketika hangat?

Aku hanya secangkir kopi

Yang ampasnya tak pernah turun ke bawah

Sehingga

Aku tak pernah pantas untuk di minum

Suguhan ini tak pernah diinginkan

Berapa kalipun airnya dididihkan

Wajahmu masih saja muram

Tentu saja dengan hatimu yang bungkam

Jakarta, 2023

2. Secangkir kamu

Berbahagialah meminumku, katamu

Ini berisi binar cahaya matamu

Dengan sedikit aroma diriku

Silahkan menyelam tanpa ragu

Secangkir dirimu saat pagi

Bibirku akan nyaman kian hari

Dengan secangkir dirimu

Rinduku terjaga dalam dekapanmu

Tidak ada kekurangan dalam secangkir dirimu

Aku ingin meminumnya lebih banyak lagi

Sampai ampas di dalamnya naik kembali

Sampai napas di dalamku terhembus pergi

2023

3. Pohon Tua

Hei dengar sini nak!

Awas ada aparat ngantuk yang doyan kopi

Kalau saja bisa memilih aku mau hidup di hutan tak bertuan

Lima tahun sekali

Batang tua ku jadi saksi

Tentang bagaimana dia dilubangi

Untuk kepentingan pribadi

Lima tahun sekali

Batang tua ku jadi saksi

Melihat tak ada yang berubah

Silih dan berganti

Batang tua ku makin berlubang

Oleh sisa kepemimpinan yang dibuang

Oleh tangan yang haus uang

Oleh poster caleg yang usang

Wahai badai yang anggung

Tolong rubuhkan sepantuk yang busuk itu

Aku muak!

Perkenankan dari batangku yang berlubang

Jakarta, 2023

4. Namaku luka

Tercipta dari goresan pisau bermata semu

Ditusuk dengan masif bagai peluru

Segala senjata menikam membabi buta

Lebih gila dari runcingnya sebuah kata

Aku luka yang tercipta dari doa para pendosa

Mencoba mengalir dan melambung kepadaNya

Diasah dengan penyesalan dan kecewa

Menjadi tajam menusuk lubuk mereka

Aku luka yang tercipa dari tangis seorang tua

Yang anaknya mengemis di pinggiran kota

Menciptakan air mata secepat peluru

Menunggu receh yang dilempar untuk sepasang sepatu

Aku luka yang sengaja diciptakan

Oleh bau amis sebuah kekuasaan

Aku akan segera hilang

Entah dipelihara atau dibuang

Bukan aku yang ingin sembuh

Tapi pada pemilik aku

2024

5. Lembaran ketakutan

Lembaran itu bercinta dengan tulisan

Dia masuk diam-diam dalam kegelapan

Padahal kertasnya putih menerawang

Merampas tinta dengan cahaya terang

Biarlah lembar yang bertumpuk itu bertengkar

Dalam benak yang terjebak begitu sukar

Buku itu tak pernah menjemput para pembaca

Dia hanya melempar keraguan kepada kita

Dia tak pernah peduli pada si baca

Biarlah kita membuka lembaran-lembaran, yang penuh dengan kenyataan

Pada akhirnya ketakutan itu mengusir kebodohan

Lalu tiap lembarnya mengucapkan "sama-sama"

Sesaat setelah kita mengucapkan "terima kasih"

Jakarta, 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun