EMS mencakup berbagai instrumen kebijakan, termasuk European Exchange Rate Mechanism (ERM) yang mengatur fluktuasi nilai tukar antara mata uang Eropa, serta European Currency Unit (ECU) sebagai satuan mata uang bersama untuk transaksi internasional.
Penerapan EMS melibatkan koordinasi kebijakan moneter antara bank sentral negara-negara anggota, serta keterlibatan dalam praktik intervensi pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar mata uang. Namun, meskipun memiliki struktur yang kuat, EMS menghadapi tantangan serius terutama dalam menghadapi krisis keuangan, seperti yang terjadi pada awal tahun 1990-an dan krisis keuangan global tahun 2008.
3. Wacana Mata Uang Tunggal ASEAN: Sejarah dan Tujuan
Wacana tentang mata uang tunggal ASEAN telah muncul sebagai langkah berikutnya dalam integrasi ekonomi di Asia Tenggara. Meskipun belum diimplementasikan sepenuhnya, ide ini telah menjadi topik diskusi di antara negara-negara anggota ASEAN. Tujuan utama dari mata uang tunggal ASEAN adalah untuk meningkatkan integrasi ekonomi di wilayah tersebut, meningkatkan stabilitas keuangan, serta memperkuat posisi ASEAN dalam ekonomi global. Dengan mata uang tunggal, diharapkan akan lebih mudah bagi negara-negara ASEAN untuk melakukan perdagangan dan investasi antar negara anggota.
Terdapat keinginan yang kuat untuk mengadopsi mata uang tunggal ASEAN, namun banyak tantangan yang perlu diatasi sebelum implementasinya dapat direalisasikan. Tantangan utama termasuk perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara negara-negara anggota, perbedaan dalam kebijakan moneter dan fiskal, serta ketidakpastian politik di beberapa negara anggota. Dan juga ketidaksiapan negara-negara anggota ASEAN membentuk mata uang tunggal di kawasan karena belum terdapat kedekatan nilai tukar bilateral yang memadai dan kurangnya sinkronisasi siklus bisnis di antara negara-negara tersebut. Sebagai alternatif, melalui pemilihan beberapa mata uang yang dapat dijadikan acuan dalam kawasan ASEAN, mata uang Dolar Singapura (SGD) telah terbukti memberikan dampak yang signifikan pada hampir semua mata uang anggota ASEAN dibandingkan dengan mata uang alternatif lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa jika mata uang ASEAN dikaitkan dengan SGD, hal tersebut akan berdampak pada apresiasi dan stabilitas mata uang di kawasan.
Meskipun ada tiga negara, yaitu Malaysia, Thailand, dan Singapura, yang saat ini memenuhi kriteria untuk membentuk mata uang tunggal, proses tersebut memerlukan waktu dan komitmen yang kuat dari semua negara anggota ASEAN. Tantangan dalam pembentukan mata uang tunggal ASEAN adalah kesulitan mengintegrasikan ekonomi antara negara-negara ASEAN yang memiliki karakteristik yang berbeda.
Selain itu, perlu juga dicatat bahwa keberhasilan mata uang tunggal ASEAN akan sangat bergantung pada kemauan politik dari negara-negara anggota untuk meninggalkan kedaulatan dalam kebijakan moneter mereka sendiri demi kepentingan bersama.Â
4. Keterkaitannya antara European Monetary System (EMS) dengan Wacana Mata Uang ASEANÂ
Sistem Moneter Eropa (EMS) dan wacana tentang mata uang unggul ASEAN memiliki beberapa keterkaitan, meskipun terdapat perbedaan antara kedua inisiatif tersebut.
Pertama, kedua inisiatif tersebut bertujuan untuk meningkatkan integrasi ekonomi antara negara-negara anggota. Dalam kasus EMS, pembentukan mata uang tunggal, yaitu euro, dimaksudkan untuk menciptakan ikatan ekonomi yang lebih erat antara negara-negara anggota Uni Eropa. Hal ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan stabilitas dan efisiensi dalam perdagangan dan keuangan di kawasan tersebut. Demikian pula, wacana mata uang unggul ASEAN bertujuan untuk meningkatkan integrasi ekonomi antara negara-negara anggota ASEAN, dengan harapan menciptakan lingkungan keuangan yang lebih terintegrasi dan stabil di kawasan.
Kedua, baik EMS maupun wacana mata uang unggul ASEAN menghadapi tantangan dalam mengatasi perbedaan ekonomi dan keuangan antara negara-negara anggota. Dalam kasus EMS, perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas keuangan, dan kebijakan moneter antara negara-negara anggota menjadi tantangan dalam mencapai konvergensi yang diperlukan untuk pembentukan mata uang tunggal. Hal yang sama berlaku untuk wacana mata uang unggul ASEAN, di mana perbedaan dalam ukuran ekonomi, stabilitas keuangan, dan kebijakan moneter antara negara-negara anggota menjadi faktor yang mempengaruhi kesiapan dan kemampuan untuk membentuk mata uang tunggal.