Pada kasus-kasus sederhana, lupa memang merupakan suatu hal yang sangat wajar dialami karena keterbatasan kapasitas otak manusia. Allah SWT memberi karunia kepada manusia berupa akal sehingga dapat berpikir, namun Allah SWT juga menakdirkan sifat lupa yang akan dialami oleh manusia. Dalam Alquran sendiri, di antara ciri khas manusia yang sering diulang-ulang penyebutannya adalah sifat pelupa. Nabi juga merupakan seorang manusia yang tidak dapat terhindar dari sifat lupa. Sebagaimana firman Allah SWT,
"Dan sungguh telah Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa, dan Kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya." (QS. Thaha: 115).
Karena sifat lupa merupakan fitrah manusia, maka tidak dicatat sebagai sebuah dosa segala kesalahan dan kekhilafan yang disebabkan lupa. Berbeda halnya dengan lupa yang disengaja. Manusia memiliki akal untuk berpikir, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk melupakan sesuatu secara disengaja. Akan tetapi, apabila kita dengan sengaja melupakan segala perintah dan larangan Allah SWT, maka kita akan menjadi orang-orang yang tersesat dari rahmat-Nya. Oleh karena itu, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya akal yang telah diberikan Allah SWT kepada kita untuk hal-hal yang positif dan membawa kebaikan bagi diri kita masing-masing. Â Â
Sumber: Solso, R., Maclin, O., Maclin, M. (2008). Psikologi Kognitif (Edisi kedelapan). Terjemahan Mikael Rahardanto & Kristianto Batuadji. Penerbit Erlangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H