Mohon tunggu...
Naffa Fauziyah
Naffa Fauziyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Welcome!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Seseorang Lupa?

2 Juni 2021   20:44 Diperbarui: 8 Juli 2021   12:07 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Christian Mackie from Burst 

Lupa merupakan hal yang mungkin pernah dialami oleh semua orang di berbagai belahan dunia, bahkan seringkali dialami. Setiap orang pasti pernah mengalami lupa. Lupa mengerjakan tugas, nama seorang kenalan, bahkan seringkali kita lupa dengan kata-kata yang ingin diucapkan. Lalu mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Sebab-sebab Terjadinya Kelupaan

Terdapat beberapa faktor yang dapat menjelaskan terjadinya kelupaan. Yang pertama adalah kegagalan penyandian (failure to encode). Mungkin kita tidak benar-benar melupakan suatu informasi, melainkan kita tidak menangkap informasi yang kita terima dengan baik sehingga informasi tersebut tidak memasuki memori kita. Akibatnya, kita gagal mengingat suatu informasi karena informasi tersebut memang tidak ada dalam ingatan kita. Sebagai contoh, kita melupakan nama seseorang yang dikenalkan kepada kita tidak lama setelah pertemuan tersebut. Saat itu mungkin kita sedang memikirkan hal lain atau informasi lain di sekitar kita sehingga kita tidak benar-benar memperhatikan orang yang sedang dikenalkan kepada kita.

Faktor lain yang dapat menyebabkan kita melupakan suatu informasi adalah karena kita jarang memanggil kembali memori yang ada atau yang dinamakan decay. Teori decay mengacu pada memudarnya memori akibat jarang digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Fenomena ini sering dijumpai seperti saat kita akan melaksanakan ujian. Kita cenderung lupa terhadap materi pembelajaran yang diberikan di awal semester ketika kita tidak secara berkala mengulang materi yang telah dipelajari.

Seseorang juga dapat dengan mudah melupakan suatu informasi ketika informasi tersebut bercampur dengan informasi lain yang serupa, baik itu informasi yang baru diterima ataupun informasi yang sudah lama ada dalam ingatan. Fenomena ini disebut dengan interferensi (interference). 

Teori interferensi terbagi menjadi dua, yaitu interferensi retroaktif (retroactive interference) dan interferensi proaktif (proactive interference). Interferensi retroaktif adalah suatu kondisi dimana memori baru mengganggu memori yang telah tersimpan lama dalam ingatan. Sebagai contoh, kita tidak pernah mengganti nomor ponsel selama bertahun-tahun, namun suatu keadaan mengharuskan kita untuk mengganti nomor ponsel. Pada akhirnya kita menghafal nomor baru kemudian perlahan tidak dapat mengingat nomor ponsel sebelumnya yang digunakan selama bertahun-tahun. Sebaliknya, interferensi proaktif adalah kondisi dimana memori yang telah tersimpan lama menggangu memori baru. Contoh, kita terbiasa menyimpan kunci mobil di dalam laci, namun sore ini kita memasang rak gantungan kunci baru kemudian menggantung kunci mobil di sana. Lalu keesokan hari saat akan berangkat kerja kita panik karena tidak menemukan kunci mobil, ternyata kita lupa bahwa penyimpanan kunci mobil telah dipindahkan pada rak gantungan kunci. Hal tersebut terjadi karena kita masih mengingat kebiasaan lama menyimpan kunci di dalam laci sehingga melupakan aktivitas yang baru.

Represi (repression) adalah tindakan menekan memori, pemikiran, atau perasaan yang dirasa mengancam keluar dari kesadaran. Fenomena ini dapat terjadi ketika seseorang merasakan trauma terhadap suatu memori sehingga secara tidak sadar menekan memori tersebut agar tidak muncul dan kemudian perlahan melupakannya.

Secara medis, cedera pada kepala yang cukup parah dapat menyebabkan terjadinya kelupaan atau istilah umumnya dikenal dengan amnesia. Amnesia terjadi akibat adanya problem di otak yang menyebabkan seseorang mengalami kelupaan. Proses mengingat terbentuk melalui jaringan neuron di otak, sehingga apabila otak bermasalah maka memori juga akan bermasalah. 

Terdapat dua tipe amnesia, yaitu amnesia retrograde (retrograde amnesia) dan amnesia anterograde (anterograde amnesia). Amnesia retrograde adalah hilangnya memori mengenai informasi atau peristiwa yang ada sebelum terjadinya benturan. Karena terjadi benturan pada kepala, seseorang melupakan memori yang telah tersimpan sebelumnya. Sedangkan amnesia anterograde adalah ketidakmampuan seseorang dalam membentuk memori baru setelah terjadi cedera atau benturan pada kepala (Robert Solso, Otto Maclin, & M. Maclin, 2008).

Lupa dalam Perspektif Islam 

Pada kasus-kasus sederhana, lupa memang merupakan suatu hal yang sangat wajar dialami karena keterbatasan kapasitas otak manusia. Allah SWT memberi karunia kepada manusia berupa akal sehingga dapat berpikir, namun Allah SWT juga menakdirkan sifat lupa yang akan dialami oleh manusia. Dalam Alquran sendiri, di antara ciri khas manusia yang sering diulang-ulang penyebutannya adalah sifat pelupa. Nabi juga merupakan seorang manusia yang tidak dapat terhindar dari sifat lupa. Sebagaimana firman Allah SWT,

"Dan sungguh telah Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa, dan Kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya." (QS. Thaha: 115).

Karena sifat lupa merupakan fitrah manusia, maka tidak dicatat sebagai sebuah dosa segala kesalahan dan kekhilafan yang disebabkan lupa. Berbeda halnya dengan lupa yang disengaja. Manusia memiliki akal untuk berpikir, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk melupakan sesuatu secara disengaja. Akan tetapi, apabila kita dengan sengaja melupakan segala perintah dan larangan Allah SWT, maka kita akan menjadi orang-orang yang tersesat dari rahmat-Nya. Oleh karena itu, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya akal yang telah diberikan Allah SWT kepada kita untuk hal-hal yang positif dan membawa kebaikan bagi diri kita masing-masing.   

Sumber: Solso, R., Maclin, O., Maclin, M. (2008). Psikologi Kognitif (Edisi kedelapan). Terjemahan Mikael Rahardanto & Kristianto Batuadji. Penerbit Erlangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun