Assalamualaikum Wr. Wb
Akhir-akhir ini banyak sekali berita yang semena-mena terhadap ibu kandungnya. Seperti berita di TV bahwa anak kandung memutilasi ibu kandungnya, Masya Allah benar-benar anak durhaka.
Ada beberapa kejadian yang saya ketahui, seorang anak tidak perduli dengan ibunya yang sudah tua renta dan diangggap ibunya hanya merepotkan saja, dan selalu mengabaikan permintaan ibunya
Di bawah ini adalah contoh seorang anak terhadap
I. Anak yang kurang berbakti kepada ibunya :
Ada suatu kisah seorang ibu rumah tangga, namanya Retno , yang mana suaminya Dodi , kakinya bermasalah karena kecelakaan motor, namun sudah agak membaik sementara orang tua Retno, ibu Hanifah sakit stroke ringan.
Suatu hari, ibu Hanifah ingin makan dan minta disiapkan makanan, waktu yang bersamaan sang suami minta disiapkan air panas untuk mandi.
Retno lebih memilih melayani sang suami terlebih dahulu, si ibu diabaikan sementara si ibu sudah kelaparan hingga ibu Hanifah menjadi marah dan merajuk tidak mau makan. Lalu Retno berkata pada ibunya:
“ ibu, saya harus melayani suami dulu baru ibu, itu yang utama, ibu mau saya berdosa sama suami kalau tidak melayani”
Ibu Hanifah yang sudah tidak bisa berkata dengan jelas itu lalu marah dan berkata ;
“Kamu tidak usah melayani ibu lagi karena kamu takut berdosa pada suami dan tidak takut durhaka pada ibu”
Padahal ibu Hanifah sering sekali membantu pada Retno, namun ia tidak pernah berterima kasih dan melayani ibunya dengan ikhlas.
Ketika sang ibu merajuk dan mogok makan , si Retno tidak perduli pada ibunya. Untung ada seorang kerabat dari sang ibu datang dan membujuk lalu memberinya makan.
Sebenarnya kehidupan Retno ini selalu mendapat cobaan dari Allah SWT, ia selalu hidup dalam kesusahan dan selalu ditimpa musibah.
Apakah cobaan yang menimpa Retno ada hubungannya dengan sikap ia terhadap ibunya, bisa dikategorikan sebagai anak durhaka?
2. Anak yang berbakti pada ibunya.
Pada suatu hari Ajeng bergegas ingin berangkat bekerja, ibunya ingin makan bubur, dan meminta pada Ajeng agar memasakkan bubur atau membelikan bubur, Karena waktu masih terlalu pagi sipenjual bubur ayam belum ada.
Maka berkata lah sang ibu. “Nak, Sebelum berangkat kerja tolong masakkan atau belikan ibu bubur, tengorokan ibu lagi tidak enak nih”
Ajeng tidak menolak permintaan ibunya. Ia lalu memasakkan bubur utnuk ibunya, pikirnya “paling hanya 30 menit , mudah-mudahan saya tidak terlambat karena pagi ini ada “briefing”.
Setelah Ajeng menyiapkan bubur untuk ibunya, ia pun pamitan pada ibunya, dan ibunya berkata pada Ajeng “ kamu mungkin sudah terlambat , nak, semoga kamu tidak kena marah atasanmu”
“Amien, bu” sahut Ajeng.
Apa yang terjadi, jalanan sangat macet, Ajeng terlambat, ia langsung menghadap ke atasan dengan mengutarakan alasannya, dan Alhamdullilah sang atasan tidak marah bahkan diberi acungan jempol.
Di kantornya, Ajeng sangat berprestasi, hidupnya berkelebihan dan dapat membawa ibunya ke tanah suci.
Subhanallah perkataan yang keluar dari mulut seeorang ibu sangatlah manjur.
Memang ada beberapa orang tua yang sudah renta umumnya tidak mau diatur dan selalu merasa dirinya masih kuat, dan sering timbul perselisihan antara ibu dan anaknya.
Namun ibu tetaplah seorang ibu yang melahirkan dan mebesarkan kita.
Bagi saya ibu adalah segala-galanya seperti ungkapan saya lewat puisi berikut ini :
Ibu, engkau adalah sorga bagiku,
yang bersungai susu dan bertabur bidadari beribu
Ibu, engkau adalah surga kecilku, bersungai air mata cinta, dan bertaburkan kasih sayang berjuta
Ibu, rasa kasih dan sayangmu, tak terhingga walau usiamu ditelan waktu
Kedua contoh tersebut di atas dapat menjadi pelajaran bagi kita namun saya masih mau bertanya pada para pemuka agama dan ulama seperti ; Ustazah Mama H Dedeh, utadz H. Yusuf Mansyur, dan lain-lain. Sementara untuk menjangkau atau bertanya pada mereka sangatlah susah apalagi melalui media TV atau social media. Makanya saya membuat tulisan ini.
Hal yang saya tanyakan adalah :
Bagaimana sikap seorang anak, jika dia dihadapkan dua masalah misalnya : ibunya sakit dan suaminya juga sakit. Yang mana lebih dulu dia layani, apakah ibu dahulu atau suami dahulu?.
Atau misalnya ketika bepergian terjadi musibah , yang mana lebih dulu ditolong istri yang mengandung atau ibu kandung?
Semoga dari sekian banyak pembaca ada pemuka agama atau yang mengerti dan dapat menjawab pertanyaan saya di atas. Terima kasih bila ada yang memberi petunujuk.
Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H