Mohon tunggu...
Naeli Yumna
Naeli Yumna Mohon Tunggu... Lainnya - 26/XI MIPA 2

Tugas Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tak Seburuk yang Terlihat

19 November 2020   23:37 Diperbarui: 19 November 2020   23:46 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesampainya di rumah aku langsung mandi, makan, dan mencuci pakaian kotor. Setelah itu, aku menyiapkan makan untuk adik-adikku dan juga obat untuk Ibuku. 

Setelah semua pekerjaan rumahku selesai aku pergi ke pasar untuk membeli bahan daganganku besok karena kue tidak akan bertahan lama jadi aku harus membuatnya setiap hari. Saat di pasar, aku melihat banyak porter yang mengangkut belanjaan. Aku pun mempunyai ide. Setelah semua belanjaan terbeli, aku langsung bergegas pulang dan membuat kue. Setelah membuat kue, aku tidak lupa untuk belajar untuk keesokan harinya.

Esok hari di sekolah, aku langsung disuruh menghadap guru BK.

“Mana orang tuamu? Apa surat yang kemarin Ibu berikan itu tidak disampaikan ke orang tuamu? Dirsya ingat, kamu bisa bersekolah di sini karena beasiswa. Banyak anak lain yang lebih membutuhkan bantuan ini daripada kamu. Kalau kamu memang tidak berniat untuk sekolah lebih baik kami berikan beasiswa ini kepada anak lain.” ucap guru itu dengan tegas.

“Orang tua saya...” belum selesai aku berbicara guru itu sudah memotong pembicaraanku dan menyuruhku kembali ke kelas. Aku bergegas lari ke kamar mandi. Di kamar mandi aku menangis dengan kencang-kencangnya. Aku sudah tidak kuat untuk menahannya. Setelah aku merasa cukup lega, aku kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran.

Tidak seperti hari-hari sebelumnya, hari ini setelah pulang sekolah aku langsung menuju pasar. Ya, aku memutuskan untuk menjadi porter di sana daripada aku harus berjualan di sekolah dan ditegur oleh guru terus-menerus. 

Dengan baju putih abu-abu yang sudah lusuh dan bau keringat, aku bekerja penuh dengan semangat. Setelah menjelang malam, aku pun pulang. Ibu khawatir padaku, terpaksa aku harus berbohong kepada Ibu, aku bilang kalau aku ada kerja kelompok di rumah teman. Karena Ibu tahu kalau aku tidak pernah berbohong, Ibu pun percaya dengan ucapanku.

Aku segera ganti baju dan bersih-bersih. Aku mulai tidak membuat kue lagi malam ini. Aku merasa sangat capek. Aku pun tertidur pulas. Saking pulasnya, keesokan harinya aku tak sadar jam sudah menunjukkan pukul 08.00 sedangkan jam masuk sekolah yaitu 07.00 yang artinya aku sudah terlambat. Aku terkejut begitu juga dengan Ibu ku yang melihatku baru bangun dan tergesa-gesa.

“Lhoh, Sya. Kamu baru bangun jam segini? Apa sekolah mu libur?” tanya Ibu lembut.

“Tidak, Bu. Dirsya bangun kesiangan. Kalau begitu Dirsya berangkat dulu ya, Bu. Assalamu’alaikum..” ucapku sambil bergegas pergi.

Sesampainya di sekolah tentu saja gerbang depan sudah di tutup. Aku bingung  harus bagaimana. Satpam dan guru-guru tentu akan memperhatikanku. Aku memohon kepada Pak Satpam untuk membuka kan gerbang. Setelah melewati perdebatan yang panjang aku pun diizinkan untuk masuk. Ketika masuk kelas, guru yang sedang mengajar langsung bertanya kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun