Aku diam tak besuara.
“Insya Allah. Lagian masa anaknya mau ngaji malah dilarang” Kataku agak sebal.
“Iya.” Jawab mereka diplomatis.
Humm … sampai pada akhirnya dengan meminta segala kemudahan dari Allah, aku sekarang jadi anak RISKA. Aku memiliki keluarga baru, saudara baru, aktifitas dan tanggung jawab baru serta warna baru dalam hidupku. Ahad lalu atau tanggal 29 April 2012 adalah DK (Dinamika Kelompok) pertama dan seumur hidup baru pertama kali aku rasakan. Mba Ade dan Mba Fatma memberikan wejangan-wejangan untukku dan ukhti-ukhti subhanallah yang baru aku temui.
“Luruskan niat kalian untuk ikut RISKA. Jangan ikut RISKA karena biar dapat jodoh ya,” ledek Mba Fatma.
Kami semua tertawa dan geli, mungkin nol koma berapa persen ada saja gangguan niat seperti itu.
“Beruntunglah anak muda yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid. Karena pada zaman Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wa Sallam semua berawal dari masjid, mulai dari perbaikan umat, menjalin ukhuwah islamiyah sampai pelaksanaan pemerintahan negara. Apapun yang terjadi ketika kalian sudah lulus nanti dari SDTNI 44 jangan putus hanya sampai di situ. Apalagi jika sudah menikah, harus tetap mengaji ya. Apapun yang terjadi jangan tinggalkan RISKA.” Pesan Kak Fatma
Pesan yang sungguh luar biasa dan kalimat yang tajam. Di sela-sela DK aku senyum-senyum sendiri.
“Aku tahu nih sekarang kalimat yang harus kuucapkan di hadapan kedua orangtuaku jika ada gangguan kembali dalam stabilitas nasional dalam diriku untuk mundur dari RISKA.” Gumamku
Mungkin di hadapan ortuku nanti aku akan berkata layaknya seorang sastrawan yang sedang membacakan sajak, “JANGAN TINGGALKAN RISKA, Ma, Pak…”