Mohon tunggu...
Naeli Fitria
Naeli Fitria Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Memiliki sejumlah prestasi dibidang kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Serpihan Hati Ibu (Part 1) - Naeli Fitria

20 Januari 2012   07:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:39 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantunan ayat suci Al-Qur'an seketika membuat hatiku basah. Tak mampu ku menahan jatuhnya air mata akan keindahan arti ayat yang diputar dari  kaset masjid itu. Sambil sesekali ku menengok ke halaman masjid. Hujan masih mengguyur bumi Allah sore ini. Perasaanku masih tak menentu. Kecepatan jantungku masih belum berkurang. Rabb, mungkinkah ini pertanda kau akan kembali menguji imanku ?. Aku bergumam dalam hati. Perlahan ku berjalan-jalan di serambi masjid untuk menenangkan suasana hatiku

" Assalamu'alaikum.." Aku menyapa seorang wanita yang mengenakan jilbab pendek berwarna pink

" Wa'alaikumsalam..." Dia menjawab dengan suara yang lembut sambil bergegas menutup sebuah buku yang sedang dibacanya

Aku mengatur sikap. Aku takut kedatanganku menggannggunya. Namun ku lihat seperti ada gurat-gurat kesedihan di wajahnya

" Mbak, sendirian aja di sini?," Tanyaku mencairkan suasana

" Oh iya. Saya memang suka menyendiri apalagi di masjid yang penuh dengan ketenangan ini." Jawabnya panjang

" Mbak masih kuliah atau sudah bekerja?." Sahutku lagi

" Saya masih kuliah, Mbak. Mbak sendiri?." Dia berbalik tanya

" Alhamdulillah Saya sudah kerja." jawabku singkat

Aku melihat sosok yang baru saja ku kenal ini sebagai sosok yang baik hati dan selalu menutupi apa yang sedang ia rasakan. Ia tak mau terlihat sedih di hadapan orang lain.

" Mbak suka baca buku ya?." Aku menebak

" Iya, Mbak. Suka sekali, selain itu juga sebagai tuntutan perkuliahan yang mewajibkan Saya menguasai materi." Katanya menjelaskan

" Oh begitu. Memang kuliah di jurusan apa?." Tanyaku penasaran

" Di jurusan keperawatan." Singkatnya

Kami diam seketika. Suasana menjadi hening diiringi dengan hujan yang semakin mereda.

" Oh iya, perkenalkan nama Saya Firda. Saya tinggal di desa sebelah." Katanya kembali membuka percakapan

" Saya Miftah." Jawabku singkat sambil berjabat tangan

" Salam kenal salam ukhuwah ya. Senang bisa bertemu Mbak di sini." Katanya sambil terseyum bahagia

Rupanya ia wanita yang supel dan ramah. Wajahnya cantik, dan begitu beruntungnya dia dikaruniai akhlak yang baik oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Namun seperti ada yang membisiki hatiku. "Hibur dia, dia sedang sedih!."

Aku semakin bingung harus berbuat apa.

" Mbak, kita masuk ke dalam yuk. Sebentar lagi Maghrib." Aku menggandeng tangannya memasuki masjid

ku lihat kembali wajahnya.Gurat kesedihan itu mulai hilang satu per satu. Kami pun bergegas mengambil wudhu. Untuk sama-sama menenangkan jiwa dan pikiran. Adzan maghrib berkumandang. dalam balutan mukena warna hijau muda yang dikenakannya, wanita yang baru saja aku kenal ini semakin terlihat manis. Iri rasanya hati ini. Hush, aku mengomeli diriku sendiri. Makin tak bersyukur saja aku sebagai hamba Allah yang diberi segudang nikmat dan karunia

" Allahu Akbar!." Solat berjamaah di Masjid Al-Kautsar dimulai

Suasana solat maghrib yang begitu khidmat. Sesekali ku dengar suara imam bergetar kertika membacakan ayat dari surah yang dibacanya. Kami melakukan dengan penuh kekhusyuan sambil ditemani suara gemericik air kolam di taman masjid.

" Assalamu'alaikum warahmatullah .. Assalamu'alaikum warahmatullah..." Imam mengakhiri solat berjamaah

kami semua terhanyut dalam suasana dzikir dan wirid selesai solat. Ku panjatkan doa kepada Illahi Rabbi. Namun tiba-tiba konsentrasiku buyar. Firda menangis tersedu-sedu dalam doanya. Apa gerangan yang terjadi kepada dirinya?. Hatiku bertanya-tanya sangat penasaran. Ia masih terus menangis.

" Aku ini jahat, Ya Allah. Maafkan aku, seharusnya aku tak membuang foto ku bersama saudaraku itu. Hati Ibu pasti hancur sekali. Aku tak berani pulang ke rumah. Bantu aku, Ya Allah. Aku yakin akan janji-Mu, dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Aku sangat yakin. Hiks.. Hiks.." Firda berdoa panjang

Aku menerka-nerka apa sebenarnya yang sedang terjadi kepada dirinya. Tetapi pikiranku tak jua memberikan jawaban. Tadi dia mengatakan bahwa hati ibunya pasti hancur sekali. Apa maksudnya ?. Hatiku bergumam

Bersambung ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun