"neng abis ini belok kemana? ke kanan atau ke kiri?", tanya  supir taksi
"eh, kiri", jawab saya
"bukan sebelah sana", tambah saya lagi
"loh ini mah kanan neng bukan kiri", jawab abangnya
Diseleksia dalam bahasa inggris Dsylexia (nama), dan Dsyletic (sebutan penderita) adalah semacam perbedaan, saya rada enggak tega untuk menyebutnya gangguan karena saya sendiri tidak mau menganggapnya sebagai hambatan. saya seorang penderita diseleksia, apa anda lelah karena anak anda sepertinya bodoh karena sulit diberikan petunjuk, tidak menuruti omongan anda, dan lebih menyukai cerita bergambar?
tidak banyak orang mengerti tentang gangguan ini karena para penderita diseleksia, terutama yang tidak mengetahui bahwa ia mengalaminya hanya selalu dianggap bodoh, ceroboh, atau kurang rajin belajar.
Diseleksia, ditinjau dari teknik neurosains modern seperti kemampuan pencitraan resonasi magnetik (fMRI) dan positron emission tomography (PET) menjelaskan bahwa penderita diseleksia mengalami perbedaan  struktur otak bagian kiri yang cenderung defisit mengolah cara membaca dan menulis yaitu bagian-bagian inferior frontal gyrus, inferior parietal lobule, and middle and ventral temporal cortex.
peritanya mengalami kesulitan membaca dan menulis, mengenali simbol dan aksara, tidak bisa membedakan kanan dan kiri, tidak mampu membayangkan suatu bangun ruang, buruknya kemampuan motorik halus dan tidak mampu menerima beberapa perintah sekaligus dalam waktu bersamaan.
ciri diseleksia paling lazim dan paling sering terlihat adalah tidak bisa menentukan yang mana kanan dan kiri. walau sudah di latih puluhan kalipun, penderita diseleksia tidak akan mampu untuk menentukan kanan-kiri dalam waktu cepat seperti orang normal.
gejala diseleksia mudah dideteksi sejak kecil. penderita diseleksia akan terlambat dalam belajar membaca. terutama mengenali aksara. pada kasus saya, saya mampu membaca diusia 4tahun akhir, tidak terlambat karena orangtua saya untungnya mengajarkan saya lebih sabar dan lebih keras dari anak-anak pada umumnya.
pada masa 1-3 Tahun ketika anak-anak belajar kosakata, penderita diseleksia tidak mampu membedakan kata yang memiliki bunyi suku kata yang hampir mirip seperti "hordeng" dengan "terong".