Orientalisme juga tercermin dalam narasi politik seputar konflik tersebut, di mana Israel digambarkan sebagai "benteng di tengah Islam yang luas dan tidak stabil", menciptakan citra negatif terhadap Palestina dan Islam dalam politik (Tuastad, 2003). Buku sejarah, dokumenter, dan film sering kali menciptakan gambaran Israel sebagai penjaga peradaban Barat yang berjuang melawan ancaman dari "dunia Arab" atau "dunia Islam". Ini dapat menghasilkan pemahaman yang terlalu sempit tentang konflik dan mengabaikan perspektif Palestina serta sejarahnya. Selain itu, dalam karya fiksi, karakter Arab atau Muslim sering kali digambarkan sebagai teroris atau ekstremis, memperkuat stereotip yang sudah ada.Â
Orientalisme memiliki dampak yang signifikan terhadap persepsi dan kebijakan pemerintah di luar wilayah konflik Israel-Palestina. Melalui representasi stereotipik dan seringkali dipermudah dari masyarakat Timur Tengah, orientalisme menciptakan citra yang terfokus pada aspek-aspek negatif seperti kekerasan, konflik, atau ketidakstabilan.Â
Hal ini mempengaruhi cara pemerintah dan masyarakat di luar wilayah konflik melihat pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, cenderung mengarah pada persepsi yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang orientalis yang dianut.Â
Sebagai contoh, Israel mungkin dianggap sebagai pihak yang lebih "modern" atau "demokratis" dibandingkan Palestina, sementara Palestina seringkali dipandang sebagai pihak yang lebih "tertindas" atau "terjajah". Persepsi semacam ini kemudian membentuk sikap dan kebijakan pemerintah terhadap konflik, baik dalam hal dukungan politik, bantuan ekonomi, atau keputusan terkait keamanan dan diplomasi.Â
Orientalisme juga dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara terhadap Israel atau Palestina, mempengaruhi penanganan dan pemecahan konflik, serta mengarah pada kebijakan yang tidak efektif atau bahkan memperdalam konflik tersebut.Â
Secara keseluruhan, konflik Israel-Palestina yang sampai sekarang masih berlanjut, memiliki akar sejarah yang kompleks yang mana melibatkan persaingan atas klaim historis, agama, dan wilayah di Palestina. Orientalisme ditekankan sebagai faktor penting dalam konflik ini, karena menciptakan stereotip dan gambaran yang tidak seimbang tentang kedua belah pihak. Representasi media dan narasi politik juga dipengaruhi oleh orientalisme, yang pada gilirannya mempengaruhi persepsi masyarakat dan kebijakan pemerintah terhadap konflik tersebut.Â
Dampak orientalisme juga dapat terlihat dalam kebijakan luar negeri suatu negara terhadap Israel atau Palestina, yang dapat mempengaruhi penanganan dan pemecahan konflik, bahkan mengarah pada kebijakan yang tidak efektif atau memperdalam konflik tersebut. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam tentang orientalisme dan bagaimana hal itu mempengaruhi konflik Israel-Palestina sangat penting untuk mencari solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan dalam penyelesaian konflik tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H