Media sosial merupakan salah satu produk dari perkembangan sains dan teknologi yang telah memberikan dampak besar pada kehidupan masyarakat. Melalui sosial media, masyarakat dapat berkomunikasi, berinteraksi, berbagi informasi, dan mengekspresikan diri dengan mudah dan cepat. Namun, media sosial juga memiliki potensi untuk menggiring opini masyarakat, baik secara positif maupun negatif.
Opini publik adalah sikap, pandangan, atau keyakinan yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat mengenai suatu isu, peristiwa, atau kebijakan tertentu. Opini publik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah media sosial. Media sosial dapat menjadi sumber informasi, edukasi, hiburan, dan persuasi bagi masyarakat. Media sosial juga dapat menjadi ruang diskusi, debat, kritik, dan partisipasi politik bagi masyarakat.
Salah satu tantangan terbesar di era digital saat ini adalah bagaimana masyarakat Indonesia dapat mengembangkan teknologi yang bermanfaat dan tidak mudah tergiring opini yang tidak berdasar.Â
Teknologi dapat menjadi alat untuk memecahkan berbagai masalah di kehidupan nyata, tetapi juga dapat menjadi sumber informasi yang menyesatkan atau menimbulkan konflik.Â
Ya, media sosial juga dapat menjadi sarana untuk menyebarkan hoax, fitnah, ujaran kebencian, propaganda, dan manipulasi informasi yang bertujuan untuk menggiring opini masyarakat sesuai dengan kepentingan tertentu.Â
Media sosial juga dapat menimbulkan polarisasi, konflik, intoleransi, dan radikalisasi di tengah masyarakat. Media sosial juga dapat mengekspos masyarakat kepada filter bubble dan echo chamber, yaitu kondisi di mana masyarakat hanya mendapatkan informasi yang sesuai dengan preferensi atau pandangan mereka sendiri, sehingga mengurangi keragaman dan kritisisme.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bagaimana media sosial dapat mempengaruhi opini publik di berbagai bidang. Misalnya, penelitian Fauzi Syarief (2017) mengkaji bagaimana media sosial Twitter digunakan oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk membentuk opini publik mengenai berbagai isu politik dan sosial.Â
Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana untuk melihat bagaimana bentuk kalimat, tata bahasa, semantik, dan kosa kata yang digunakan oleh SBY dalam akun Twitternya, sehingga dapat menimbulkan opini publik tertentu.
Penelitian lainnya adalah penelitian Mas Agus Firmansyah dan Dedi Supriyadi (2016) yang mengkaji peluang dan tantangan dalam memetakan opini publik di media sosial.Â
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksploratif dengan deskripsi analitis untuk mengidentifikasi dan mengkaji berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi dalam memetakan opini publik di media sosial.Â
Penelitian ini menemukan bahwa media sosial memiliki potensi untuk menjadi basis data untuk melakukan riset opini publik dengan cara memonitor dan memetakan berbagai permasalahan publik yang sedang hangat diperbincangkan oleh netizen.
Penelitian terakhir adalah penelitian Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik (2019) yang mengkaji kondisi literasi digital terhadap penggunaan media sosial di kalangan generasi millenial yang merupakan pengguna aktif dari media sosial.Â
Penelitian ini menggunakan metode campuran yaitu dengan survei, wawancara dan observasi untuk menganalisis data kondisi literasi digital generasi millenial. Penelitian ini menunjukkan bahwa literasi digital generasi millenial masih rendah dalam hal keterampilan mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara kritis dan etis di media sosial.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, media sosial memiliki peran yang signifikan dalam membentuk opini publik di masyarakat. Media sosial dapat mengikis kemampuan berpikir kritis. Karena media sosial menyediakan informasi yang sangat banyak dan mudah diakses, banyak orang yang tidak mau lagi mencari tahu lebih jauh atau memverifikasi kebenaran informasi yang mereka terima.Â
Padahal, informasi di media sosial belum tentu akurat, lengkap, atau objektif. Jika kita terlalu bergantung pada media sosial sebagai sumber informasi utama, kita bisa kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis, yaitu kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan informasi secara logis dan rasional.
Oleh karena itu, diperlukan saran-saran dan perspektif yang relevan terkait pengembangan teknologi di Indonesia agar masyarakat dapat memanfaatkannya secara optimal dan bertanggung jawab.Â
Berikut adalah beberapa saran yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan teknologi di Indonesia:
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan teknologi. Masyarakat harus menyadari bahwa teknologi bukan hanya untuk hiburan atau kemudahan semata, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan. Masyarakat harus dapat membedakan antara informasi yang valid dan tidak valid, serta menghindari penyebaran hoaks atau ujaran kebencian melalui media sosial atau platform digital lainnya.
- Menyediakan akses informasi yang memadai untuk seluruh masyarakat. Pemerintah dan pihak terkait harus memastikan bahwa infrastruktur dan fasilitas teknologi tersedia dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama di daerah-daerah terpencil atau tertinggal. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan dukungan dan insentif bagi pengembang lokal yang berinovasi dalam menciptakan produk atau layanan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat Indonesia.
- Membuat serta mengembangkan sistem yang bisa dijangkau dan digunakan masyarakat. Pengembang teknologi harus memperhatikan aspek keterbukaan, keterlibatan, dan keterjangkauan dalam merancang dan menyediakan produk atau layanan teknologi bagi masyarakat. Pengembang teknologi harus berkolaborasi dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan atau pengaruh terhadap masyarakat, seperti pemerintah, akademisi, media, organisasi sosial, atau komunitas lokal. Pengembang teknologi juga harus memastikan bahwa produk atau layanan teknologi yang ditawarkan mudah diakses, digunakan, dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masyarakat.
- Mengembangkan kemampuan masyarakat melalui berbagai pelatihan. Masyarakat harus diberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam bidang teknologi, baik secara formal maupun informal. Masyarakat harus diberikan pelatihan yang relevan dengan bidang keahlian atau minat mereka, serta dengan perkembangan teknologi terkini. Pelatihan ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti kursus online, workshop, seminar, mentoring, atau magang.
- Melakukan perawatan secara berkala terhadap sarana prasarana teknologi. Masyarakat harus bertanggung jawab untuk menjaga dan merawat sarana prasarana teknologi yang mereka gunakan atau miliki. Masyarakat harus melakukan pemeliharaan rutin, pembaruan perangkat lunak, penggantian komponen yang rusak, atau penghapusan data yang tidak perlu. Masyarakat juga harus mengikuti aturan dan etika penggunaan teknologi yang berlaku, serta menghindari tindakan yang dapat merusak atau mengganggu fungsi teknologi.
Selain saran-saran di atas, masyarakat juga harus didorong untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengembangan teknologi di Indonesia. Masyarakat dapat memberikan masukan, saran, kritik, atau ide-ide baru kepada pengembang teknologi melalui berbagai kanal komunikasi yang tersedia.Â
Masyarakat juga dapat berkontribusi dalam penelitian dan pengujian produk atau layanan teknologi yang sedang dikembangkan, serta menyebarkan informasi yang bermanfaat dan positif tentang teknologi kepada orang-orang di sekitar mereka.
Oleh karena itu, masyarakat perlu meningkatkan literasi digital mereka agar dapat menggunakan media sosial secara bijak, kritis, dan bertanggung jawab. Masyarakat juga perlu menjaga kerukunan, toleransi, dan keberagaman di media sosial dengan menghormati perbedaan pendapat dan menghindari provokasi. Selain itu, masyarakat juga perlu berpartisipasi aktif dalam pengembangan sains dan teknologi di Indonesia dengan memberikan saran, pandangan, dan kritik yang konstruktif dan solutif.
Dengan demikian, pengembangan teknologi di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan memberikan dampak yang positif dan berkelanjutan bagi masyarakat. Untuk mendukung hal ini, diperlukan kerja sama dan sinergi antara semua pihak yang terlibat, baik pemerintah, pengembang teknologi, akademisi, media, organisasi sosial, komunitas lokal, maupun masyarakat itu sendiri. Semoga saran-saran dan perspektif ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi kita semua.
REFERENSI :
Fauzi Syarief. (2017). Pemanfaatan Media Sosial Dalam Proses Pembentukan Opini Publik (Analisa Wacana Twitter SBY). Jurnal Komunikasi, 8(3), 262-271.
Mas Agus Firmansyah & Dedi Supriyadi. (2016). Peluang Dan Tantangan Dalam Memetakan Opini Publik Di Media Sosial. Jurnal Kajian Agama Dan Masyarakat (KAGANGA), 1(1), 1-14.
Jurnal Penelitian Komunikasi Dan Opini Publik. (2019). Kondisi Literasi Digital Terhadap Penggunaan Media Sosial Di Kalangan Generasi Millenial. Jurnal Penelitian Komunikasi Dan Opini Publik, 23(2), 111-122.
Biodata Penulis :Â
Nama : Nadya Qathrunnada
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Juni 2004
Minat dan Aktivitas saat ini : Seorang mahasiswa yang memiliki minat di bidang sosial, berorganisasi di kampus, dan memiliki hobi  membaca buku, mendengarkan musik
Sosial Media : nadyaqathrun_
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI