Mohon tunggu...
Nadya Putrirahmanto
Nadya Putrirahmanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Kapan Terakhir Kali Kau Tidur dengan Tenang

10 Juli 2024   00:51 Diperbarui: 10 Juli 2024   01:03 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

"hanya dirimu yang bisa menyelesaikan semua ini, bacalah tulisan dikertas itu dan bakar kertas serta gelang itu diatas makam guru ayahmu dan gosokkan abu itu kebatu nisannya" jawabnya sambil berdiri seakan ingin menunjukkan suatu hal.

            Dengan sigap aku mengikuti langkah kakek itu. Melewati kegelapan dan tanpa cahaya sedikitpun aku terus mengikuti langkah kakek itu. Sampai tiba di sebuah makam tua yang sudah tidak terbentuk lagi. Lalu kakek itu menyuruhku melakukan apa yang ia katakan tadi. Tetapi aku berkata bahwa aku tidak bisa membaca tulisan-tulisan ini. Namun tiba-tiba kakek itu mengusap wajahku sambil membacakan sebuah mantra. Benar saja bibirku mulai bergerak dan membaca mantra itu dengan sangat lancar. Lalu aku meletakkan kertas dan gelang yang ada ditanganku diatas makam itu. belum sempat mataku berkedip tiba-tiba kertas dan gelang itu terbakar dengan sendirinya. Setelah semua hangus terbakar kakek menuntunku untuk mengusap abu itu di nisan makam tersebut.

            Belum selesai makam itu kuusapi abu bakaran mantra dan gelang tiba-tiba aku terbangun oleh suara ridho dan pak kades. Aku terbangun di bawah sebuah pohon besar di belakang rumah ini. Kata ridho ketika hendak kekamar mandi ia melihatku sudah terduduk dibawah pohon ini. Saat itu pikiranku sangat kacau. Apa ternyata aku hanya bermimpi? Atau ini benar terjadi. Tanpa berkata apapun aku kembali kekamar dan terduduk diatas tempat tidur. Namun aku merasakan ada sebuah benda yang aku duduki. Ya itu adalah gelang yang sudah kubakar tadi dan di bawah gelang itu terdapat sebuah kertas dengan tulisan aksara jawa. Dan ya aku bisa membaca tulisan itu, seperti apa yang kurasakan saat membaca mantra itu.

Tulisan itu adalah tulisan kakek tua yang sudah membantuku. "Tugasmu sudah selesai nak. Kembalilah ke makam ayahmu sampaikan pesanku dimakamnya. Simpanlah gelang ini, ini adalah gelang buatan ayahmu untuk dirimu. Jaga ibu dan adikmu dengan baik. Setelah ini aku tidak akan mengganggu tidurmu lagi. Selamat tinggal". Setelah membaca surat itu aku segera bergegas membereskan barangku. Lalu mengajak ridho untuk kembali ke kota. Toh menurutku sudah cukup liputan ini.

            Setelah sholat zuhur aku dan ridho berpamitan kepada pak kades untuk kembali ke kota. Pak kadespun melepaskan kami untuk kembali ke kota. Sesampainya di kota aku beristirahat dan memutuskan untuk kerumah ibuku keesokan harinya. Keesokan harinya pagi sekali aku berangkat menggunakan bis menuju kampung halamanku. Aku sudah memberitahu adikku dan ibu bahwa aku akan mengunjungi mereka.

            Sesampainya di kampung ternyata ibu sudah menungguku di depan rumah. Ia tersenyum dan memelukku sambil menangis. Lalu aku berbisik di telinga ibu "ibu semua sudah selesai aku sudah tau semua dan aku sudah menyelesaikannya, sekarang ibu tidak perlu memikirkan dan menghiraukan apapun. Kita akan baik-baik saja bu" setelah mendengar ucapanku pelukan ibu semakin erat dan terpancar senyuman indah diwajahnya. Setelah beristirahat aku, ibu, dan adik menuju makam ayahku yang tidak jauh dari rumah. Disana aku menyampaikan pesan yang sudah dititipkan kakek itu kepadaku. Setelah beberapa dimakam ayah, kamipun kembali kerumah.

            Siang berganti malam, suara burung berganti suara jangkrik. Malam ini aku tidur bersama ibuku atas permintaannya. Melihat ibu tertidur dengan senyuman indahnya aku terharu dan bahagia, sudah lama sekali aku tidak melihat senyuman ibu. Setelah semua ini terjadi aku merasa lega dan bahagia karena sudah mengetahui apa yang selama ini tidak aku ketahui. Tanpa adanya bantuan kakek tua itu mungkin sumpah dan kutukan itu masih berlanjut.    

            Tapi... siapa kakek itu sebenernya? Mengapa dia tau semua tentang keluargaku? Mengapa dia membantu keluargaku? Dan kemana dia pergi? Apakah aku tidak bertemu dia lagi? Aku belum sempat mengucapkan terima kasih padanya dan APAKAH MALAM INI AKU BISA TIDUR DENGAN TENANG? Tanpa tersadarku kantukku mulai tiba dan membuatku tertidur di samping ibukku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun