Mohon tunggu...
Nadya Putrirahmanto
Nadya Putrirahmanto Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Kapan Terakhir Kali Kau Tidur dengan Tenang

10 Juli 2024   00:51 Diperbarui: 10 Juli 2024   01:03 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Hi! Perkenalkan namaku Fachrezi Ahmad. Umurku kini sudah 22 tahun. Aku adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di ibukota. Aku berasal dari Padang, Sumatra Barat. Aku dibesarkan dikeluarga yang sederhana. Ayahku sudah lama meninggal karena sakit misterius yang dideritanya. Sedangkan ibuku tinggal bersama adikku dikampung. Dikota besar ini aku hanya hidup sendiri. Tidak ada satupun sanak saudara untuk tempatku mengadu. Aku bekerja sebagai seorang reporter jika jadwal kuliah ku tidak padat. Terkadang aku juga menjadi ojek online. Upah yang kudapat hanya cukup untuk menghidupi diri ku sendiri. Jika mengharap kepada ibuku dikampung hasilnya akan nihil. Sejak ayahku meninggal ibuku menjadi orang yang berbeda. Ia lebih senang menyendiri dan pandangan nya kosong. Terkadang ia terlihat berbicara dengan seseorang, tetapi jika dilihat tidak ada seorangpun yang sedang berbicara dengannya.

            Semester ini aku mengambil cuti kuliah, karena keuangan ku sudah menipis. Aku mendapat email dari media tempat ku bekerja. Aku ditugaskan untuk meliput dan membuat laporan di sebuah desa yang jauh dari kota ini. Menurut info dari tempatku bekerja, aku akan meliput sebuah kejadian yang ada hubungannya dengan hal mistis. Awalnya aku tidak tertarik untuk mengambil pekerjaan ini. Tetapi keadaan memaksaku. Sedikit pun aku tidak percaya mengenai hal-hal tersebut, termasuk kematian ayahku yang tidak jelas penyebabnya. Malam hari setelah mendapat email tersebut, ayah mendatangiku melalui mimpi. Ia melarang ku untuk mengambil pekerjaan tersebut. Ketika terbangun aku merasa bahwa mimpi itu nyata, tetapi aku tetap tidak percaya hal yang seperti itu.

            Hari ini aku akan berangkat menuju desa tempat aku akan bekerja. Aku menggunakan bus kecil untuk sampai ke simpang desa tersebut. Sesampainya di sana aku sudah ditunggu oleh orang suruhan kepala desa untuk membawaku ke desa mereka. Kepala desa dan istrinya sudah menungguku sejak pagi. Selama bekerja disini aku akan tinggal dirumah kayu kecil milik kepala desa. Masyarakat didesa ini terlihat baik dan ramah, walaupun aku baru beberapa jam disini aku merasa nyaman didesa ini. Tak terasa hari pun berlalu, matahari kembali keperistirahatannya dan digantikan oleh bulan. Hari ini aku diajak kades untuk berkeliling desa, agar aku dapat mengetahui seluk beluk desa ini. Sebelum adzan maghrib aku diantar oleh pak kades pulang.

            Setelah membersihkan diri dan makan aku memutuskan untuk beristirahat di kamar sambil memainkan smartphone, tapi sial ternyata didesa ini sangat sulit untuk mendapatkan koneksi internet. Lalu aku memutuskan untuk beristirahat saja. Selang beberapa jam tiba-tiba aku mendapatkan panggilan dari tempatku bekerja. Mereka mengatakan bahwa besok rekanku yang bertugas sebagai Cameraman akan menyusulku. Setelah mendapatkan panggilan tersebut aku kembali tidur. Tapi baru saja menutup mata aku mendengar suara benda jatuh dari arah belakang rumah ini. Karena tubuhku sudah sangat lelah, akupun menghiraukan suara tersebut dan kembali tidur.

            Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun dari tidurku. Ketika terbangun aku merasa badanku sakit sekali, tetapi aku bergegas mandi dan siap-siap untuk melakukan pekerjaanku. Setelah mandi, aku makan makanan yang diberikan istri pak kades tadi malam. Walaupun sudah dingin tetapi bisa mengobati rasa laparku. Setelah makan aku menghubungi rekan kerjaku, tapi dia tidak bisa dihubungi mungkin karena sedang berada diperjalanan. Setelah itu aku berencana untuk pergi kerumah pak kades. Sampai dirumahnya, aku tidak menemukan pak kades, aku hanya bertemu istrinya.

" ada apa nak rezi pagi-pagi sudah kesini?" kata istri pak kades.

"saya ingin bertemu pak kades bu, saya ingin meminjam kendaraan untuk pergi ke lokasi yang akan saya liput" aku pun menjawab. " bapak sudah pergi sejak pagi sekali, motor ada dibelakang rumah kamu pakai saja" istrinyapun menjawab sambil menunjukkan dimana letak motor tersebut.

            Setelah mendapat izin akupun bergegas ke tempat yang akan diliput. Diperjalanan aku menikmati angin segar yang tidak ku dapatkan di kotaku. Sesampainya ditempat tersebut aku langsung mencari orang atau narasumber yang bisa memuat informasi tentang kasus tersebut. Tapi anehnya tidak seorang pun yang kutemui. Lalu setelah mengelilingi tempat ini aku bertemu seorang kakek yang sudah sangat tua dia bertanya kepadaku " siapa kau wahai anak muda?" aku pun menjawab " perkenalkan kek saya rezi, saya reporter yang akan meliput dan membuat berita terkait kasus yang baru terjadi ditempat ini".

"apakah kau sendiri? Kata kakek itu. Aku pun menjawab " iya kek aku hanya sendiri, rekanku masih diperjalanan menuju kesini".

"disepertiga malam nanti kembalilah kesini tapi hanya seorang diri, dan pakai gelang ini jangan pernah dilepas selama kau bekerja disini"  kata kakek itu sembari memberikan gelang aneh itu. Sementara gelang itu kupakai tanpa kusadar kakek itu sudah tidak ada di depanku. Karena kebingungan dan sedikit takut aku bergegas untuk kembali ke desa.

            Sesampainya di desa ternyata teman kerjaku sudah sampai di rumah kades. Aku berusaha terlihat biasa saja karena menurutku saat yang tidak tepat untuk bertanya kepada pak kades. Setelah berbincang aku dan temanku kembali kerumah untuk istirahat dan mempersiapkan pekerjaan kami untuk esok hari. Baru saja selangkah memasuki rumah temanku langsung bertanya kepadaku.

"eh rez kamu semalam tidurnya nyenyak gak?" tanya temanku sembari membawa barangnya masuk. " lumayan si, karena cape yudah aku tiduraja" jawabku santai. "oo syukurlah" jawab temanku.

            Siangpun berlalu berganti dengan gelapnya malam. Setelah sholat maghrib aku dan temanku berbincang tentang hal-hal yang ada dipikiran kami. Aku memulai perbincangan dengan memberi tahunya tentang desa ini. Lalu tiba-tiba dia bertanya hal yang membuatku terkejut.

"hmm rez tadi malam pasti kamu denger suara gaduh kan?" tanyanya dengan wajah serius.

"kkamu tau dari mana?" jawabku dengan gugup.

" hahahaha tidak perlu takut begitu, aku hanya menerka, dan ternyata bener" jawabnya sambil tertawa terbahak-bahak. Karena kesal aku melemparnya dengan sarung yang baru saja kulipat dan meninggalkannya untuk istirahat.

            Ketika tertidur aku bermimpi bertemu kakek yang kutemui siang tadi. Kakek itu mengingatkanku untuk jangan lupa untuk kembali ke tempat tadi pada dini hari. Lalu tiba-tiba aku terbangun tanpa sebab ketika waktu menunjukkan pukul 2 malam. Aku sempat berpikir apakah aku harus mengikuti kata-kata kakek itu atau tidak. Tapi karena rasa kantuk yang teramat aku melanjutkan tidurku. Belum lama aku menutup mata tiba-tiba aku mendengar teriakan temanku. Tanpa menunggu lama aku langsung menyusulnya. Ketika sampai dikamarnya ternyata cecunguk itu sedang menonton film horor di laptopnya. Dengan kesal aku menakutinya dan berlari kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur.

            Sembari menunggu kantuk ku tiba, aku melihat gelang aneh yang diberikan kakek tadi. Di gelang tersebut terdapat tulisan aksara jawa yang sama sekali aku tidak mengerti makna dari tulisan tersebut. Semakin lama kupandangi gelang tersebut maka semakin aneh suhu ruangan kamarku. Kata-kata kakek itu terngiang-ngiang diingatanku.

"Apa harus kuikuti kakek itu? Apa hubungan kakek itu dengan gelang aneh ini? Dan mengapa kakek itu memberikan gelang ini pada ku? Apakah ada hubungannya dengan kehidupanku?"

            Pertanyaan demi pertanyaan muncul di benakku. Karena aku tipe orang yang tidak percaya hal-hal nyang berbau mistis, maka aku melanjutkan tidurku dan menyimpan gelang tersebut didalam tas kerjaku dan berharap kejadian yang kualami hanyalah halusinasi saja. Toh jaman sekarang mana ada hal-hal seperti itu. Jika benar gelang ini sakti mungkin bisa membantu ku menghasilkan duit dan merubah perekonomianku. Ide-ide yang cemerlang mulai muncul di otakku.

            Malam telah kulewati dengan tidak baik. Pagi ini aku dan rekanku akan mulai mengumpulkan informasi-informasi mengenai berita yang akan kami liput. Tapi pagi ini aku tidak melihat rekanku. Kamarnya kosong, kamar mandipun kosong. Aku berfikir mungkin dia sudah lebih dulu menuju lokasi tersebut. Setelah sarapan aku memutuskan untuk membersihkan diri dengan mandi, karena sangat tidak mungkin badan bau belacan begini akan berinteraksi dengan banyak orang.

            Ketika masuk kamar mandi, aku melihat benda yang tak asing yg berada di tepian sumur. Ternyata penglihatan ku tak salah itu adalah gelang aneh pemberian si kakek. Otak ku mulai bertanya-tanya lagi.

"Mengapa bisa gelang ini berada disini? Tadi malam sudah kumasukkan ke dalam tas. Apa ini isyarat aku harus selalu mengenakan gelang ini? Apa gelang ini ternyata adalah sebuah jimat?"

            Pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul didalam otakku. Takut terjadi yang tidak-tidak aku mengenakan gelang tersebut dan melanjutkan mandiku yang sempat tertunda tadi. Setelah selesai mandi dan bersiap ternyata rekanku dan pak kades sudah ada di depan rumah. Pak kades sedang menceritakan bagaimana seluk beluk desa ini kepada Ridho(rekan kerjaku). Ketika aku datang pembicaraan mereka terhenti. Setelah itu kami melanjutkan perbincangan seputar desa dan kasus-kasus yang perna terjadi disini.

            Setelah berbincang-bincang aku dan ridho berpamitan untuk melakukan liputan di lokasi kejadian. Sebelum pergi pak kades berpesan apabila bertemu kakek tua, jangan hiraukan atau jangan berbicara dengannya. Belum sempat aku bertanya alasan nya, ridho langsung menancap gas motor yang sudah dipinjamkan pak kades dengan kencang. Di perjalanan aku dan ridho membicarakan seputar desa ini. Ridho bercerita bahwa desa ini seperti desanya dikampung bersih dan asri. Aku hanya mendengarkan ocehan ridho. Otak ku dipenuhi pertanyaan tentang hal-hal aneh didesa ini.

"Apa alasan dibalik larangan pak Kades tersebut? Apakah kakek yang di maksud pak kades adalah kakek yang memberikan ku gelang aneh ini? Apakah aku sudha melanggar perintah pak kades?". Otak ku terus berpikiran aneh tentang desa ini. Seketika aku di kagetkan oleh ridho yang tiba-tiba rem mendadak karena ia hampir menabrak kucing yang melintas.

            Sontak aku memukul bahu ridho. Tiba-tiba ada kakek-kakek yang datang dari arah belakang kami dan menepuk pundakku. Karena terkejut akupun melihat arah belakang. Ridho yang ingat dengan peringatn pak kadespun langsung menancap gasnya tanpa menghiraukan kakek-kakek tersebut. Aku hanya terdiam dan kaget dengan apa yang barusan terjadi. Perjalanan pun kami lanjutkan tanpa adanya obrolan apapun. Sesampainya di lokasi kami sudah disambut oleh pak tirjo dan istrinya yang akan menjadi narasumber kami.

            Setelah berbincang dan basa basi kamipun memulai liputan berita. Setelah lebih kurang 1 jam, liputan kamipun selesai. Liputan berjalan lancar tanpa adanya gangguan. Pak tirjo dan istri yang sangat baik dan ramah serta memberikan informasi yang jelas sangat membantu pekerjaanku dan ridho. Ketika beristirahat sambil memakan hidangan yang disediakan istri pak tirjo, tiba-tiba istri pak tirjo bertanya kepada kami.

"Mengapa kalian bisa tau soal kasus-kasus aneh yang terjadi di desa ini?" ujarnya sambil menyerahkan kue dan minuman.

"kami hanya mendapat tugas dari kantor buk" jawabku sambil menerima kue pemberian istri pak tirjo.

"tadi kalian tidak bertemu kakek tua kan diperjalanan menuju lokasi ini?" tanya istri pak tirjo dengan sedikit gugup

"uhuk huk m-maksud ibuk?" ujarku yang tersedak karena mendengar pertanyaan istri pak tirjo.

            Pak tirjopun menegur istrinya karena bertanya tentang hal tersebut. Pak tirjo bilang jangan memikirkan pertanyaan istrinya tadi. Aku dan ridho hanya bisa saling tatap dan bertanya-tanya sebenarnya ada apa didesa ini. Setelah selesai beristirahat aku dan ridho berpamitan kepada pak tirjo untuk kembali ke desa karena langit sudah mulai gelap. Istri pak tirjo memberikan kami bekal makanan untuk kami makan sesampainya didesa nanti.

            Sesampainya di desa aku bergegas membersihkan diri dan bersiap untuk sholat maghrib. Setelah sholat maghrib dan makan aku dan ridho berbincang-bincang mengenai liputan tadi sembari aku mengerjkan laporannya untuk diberikan kepada pihak kantor. Tiba-tiba ridho melihat kearah tanganku dan terlihat heran melihat gelang yang kupakai. Aku langsung menyembunyikan tanganku. Ridho pun tertawa " ahahaha zi zi jaman sekarang kamu masih pakai jimat, seperti bayi baru lahir saja". aku tidak menghiraukan ucapan ridho. Aku langsung menutup laptop dan kembali kekamar untuk beristirahat. Ridho yang heran melihat tingkahku hanya terdiam dan mengikutiku untuk beristirahat.

            Saat tidur aku bermimpi bertemu kakek tua itu lagi. Didalam impiku kakek tua itu bertanya mengapa aku tidak mengikuti apa yang ia katakan. Dia berkata lagi "temui aku maka kebenaran akan terungkap" di dalam mimpi tersebut aku juga melihat sekilas wajah ayahku. Lalu bersamaan dengan kakek itu menghilang akupun terbangun. Sudah dua kali kakek itu muncul dimimpiku dan tetap menyuruhku menemuinya. Namun sekarang mengapa tiba-tiba ayahku muncul dimimpiku. Sudah lama sejak ia terakhir muncul dimimpiku. Otak ku kembali bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi? Ada apa sebenarnya dengan desa ini? Dan mengapa kakek itu terus muncul dimimpiku.

            Aku beranjak dari tempat tidurku. Kulihat jam di smartphoneku menunjukkan pukul 2 malam. Lalu aku tersadar mengapa belakangan ini aku selalu terbangun pada tepat pukul 2 malam. Aku berusaha berpikir positif, mungkin saja ini himbauan tuhan agar aku melakukan sholat tahajud. Lalu aku bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah berwudhu dan sholat aku kembali berbaring di tempat tidur sambil memikirkan hal-hal aneh yang sudah terjadi. Jika sekali lagi kakek itu muncul dimimpi ku mungkin memang pertanda aku harus menemuinya. Mungkin memang ada hal penting yang kakek itu ingin sampaikan kepadaku. Tetapi apakah ini ada hubungannya dengan kematian ayahku. Semua pertanyaan-pertanyaan konyol itu terus menghantui pikiranku dan membuat rasa kantuk ku hilang. Lalu aku memutuskan untuk melanjutkan laporan liputanku sembari menunggu mataku kembali lelah dan mengantuk, tapi apa daya hingga adzan subuh berkumandang mata ini tetap tidak bisa tertutup dan tertidur dengan tenang.

            Ketika selesai sholat subuh aku mencoba kembali untuk tertidur dan syukurlah mataku bisa tertidur walapun masih dalam keadaan tidak nyaman. Stetalah beberapa jam aku tertidur aku dibangunkan oleh rekanku. Ya hari ini akan meliput dan mencari informasi dari narasumber lain. Total ada tiga narasumber yang harus kami wawancarai hanya untuk satu kasus yang sama. Repot bukan menjadi seorang reporter? Hahahaha. Tepat setelah makan siang aku dan ridho segera menuju lokasi narasumber yang kedua. Perjalanan kali ini aman-aman saja tanpa ada halangan. Setelah sampai di rumah narasumber kedua, kami pun memulai sesi wawancara dan liputan. Setelah selesai kami kembali ke desa.

            Setelah sampai dirumah aku terduduk diam dan merenung di teras sambil menatap langit. Otak ku masih memikirkan apa yang sebenernya terjadi. Tiba-tiba renunganku buyar karena dikagetkan ridho yang datang dengan membawa segelas kopi.

"oi rez kamu kenapa? Sejak tadi terlihat tidak bersemangat" ujar ridho sambil engambil posisi disampingku. "eh ga papa do, mungkin kecapean" jawab ku sambil tersenyum.

"yakin rez? Atau kamu lg ada masalah? Ada yang bisa aku bantu?" tanya nya lagi sambil membakar sebatang rokoknya. "bener do aku ga papa kok, gausah dipikirin" jawabku santai

            Lalu setelah aku meyakinkan ridho bahwa tidak ada yang terjadi obrolan kami berlanjut membahas seputar liputan hari ini. Setelah selesai dan menutup laptopnya, aku bertanya kepada ridho yang asik mengisap rokoknya "eh do tidurmu nyenyak ga si semenjak disini?".

"memangnya kenapa rez?" tanyanya kembali.

"semenjak disini tidurku terasa tidak nyenyak, mulai dari bermimpi buruk, terbangun setiap tengah malam, dan yang anehnya lagi aku terbangun selalu dengan jam yang sama" ujarku sambil melihat ridho.

"halah makanya sebelum tidur baca doa, sholat doang rajin tapi tidur masih digangguin setan ahahaha" jawabnya dengan santai.

            Rasanya percuma saja jika aku memberi tahu ridho semua hal aneh yang terjadi padaku. Lihat saja responnya sangat santai. Tak terasa mataharipun sudah berganti dengan bulan. Malam ini aku memutuskan untuk tidak tertidur sampai jam 2 malam agar aku tidak bermimpi yang aneh-aneh lagi. Sambil menunggu aku melihat foto-foto bersama ibu dan ayahku yang ada di smartphone. Sudah sangat lama aku tidak bertemu ibu dan adikku dikampung. Keasikan melihat foto tak terasa mataku sangat mengantuk dan tidak tertahankan. Karena sudah tidak kuat menahan kantuk aku memutuskan untuk tidur dan pasrah dengan apa yang terjadi.

            Benar saja tepat pukul 2 aku terbangun dan mendapatkan mimpi yang sama dengan sebelum-sebelumnya. Kali ini aku yakin pasti ada satu hal besar dibalik semua ini. Dengan tanpa rasa takut, penasaran, dan sedikit jengkel aku memutuskan untuk mengikuti perkataan kakek tua itu. yaitu menemuinya di tepat yang ia katakan. Beranjak dari tempat tidur dan mengenakan jaket aku meyakinkan hati danmulai menaiki motor ini. Saat malam hari desa ini sangat gelap dan dingin. Hanya beberapa rumah saja yang tampak terang, sebab belum semua rumah disini yang mendapatkan arus listrik. Hanya dengan lampu motor ini aku dapat melihat jalan di desa ini.

            Sesampainya di tempat dimana aku pertama kali bertemu kakek itu, aku tidak melihat seorang pun disana hanya kegelapan yang dapatkulihat dan gagak yang terbang hilir mudik diatas sana. Cukup lama aku berdiam disana tetapi tidak ada yang terjadi. Mungkin ridho benar tidurku hanya diganggu setan dan tidak seharusnya aku mengikuti kata-kata setan tersebut. Lalu aku memutuskan untuk kembali kerumah. Namun baru saja kakiku melangkah aku dikagetkan oleh tepukan dipundak ku. Ya dia yang akan kutemui. Ternyata kakek itu yang tiba-tiba muncul dibelakangku. Ketika melihatnya aku langsung bertanya " siapa kamu sebenarnya kek? Mengapa selalu muncul dimimpiku?" tetapi dia hanya berdiam dan berjalan ke arah dimana dia muncul.

            Tanpa berkata apapun aku mengikuti kemana kakek itu pergi. Ternyata aku dibawa kesebuah pondok yang hanya diterangi oleh sebatang lilin. Disitu kakek itu menyuruhku duduk dan memberikanku sebuah kertas yang bertulis aksara jawa. Di bagian ujung kertas itu terdapat tulisan yang sama dengan yang ada digelangku. Kakek itu masih belum berbicara sepatah katapun. Aku hanya melihatnya dan masih heran kertas apa ini. Cukup lama aku menunggu kakek tersebut tiba-tiba dia duduk di hadapanku dan memberiku sebuah foto seorang laki-laki dan anak bayi yang menggunakan gelang yang sama dengan yang kupakai. Belum sempat aku bertanya tiba-tiba kakek itu mengeluarkan suara dan berkata "akhirnya kamu kembali juga nak".

            Dengan heran aku terdiam dan mencerna apa maksud dari ucapan kakek itu. Akupun bertanya apa maksud kakek itu. Lalu dengan perlahan kakek itu menjelaskan kepadaku apa yang sebenernya terjadi.

"kau sudah kutunggu sejak lama nak, bahkan dari sejak kepergian ayahmu dari desa ini. Kau lihat foto itu? itu adalah ayah mu dan yang bayi itu adalah dirimu. Kau lihat gelang itu sama dengan yang dikenakan bayi itu, dan tulisan yang ada digelang itu sama dengan yang ada di kertas ini. apa kau tau apa arti dari tulisan tersebut?" tanya kakek itu sambil melihatku

"t-tidak kek, memang apa arti dari tulisan-tulisan ini?" tanyaku kembali.

"Tulisan-tulisan ini adalah sebuah jimat dan mantra yang telah ditulis ayahmu dengan tetesan darahmu ketika kamu baru lahir. Dulu ayah mu adalah orang tersakti dikampung ini.ia terkenal akibat kesaktiannya. Sampai akhirnya ia menikah dengan ibumu. Pernikahan mereka tidak disetujui oleh guru ayahmu dan apabila mereka menikah kehidupan mereka tidak akan berjalan dengan lancar dan susah mendapatkan keturunan, begitu sumpah guru ayahmu. Tetapi karena cinta ayahmu tetap menikahi ibumu. Ternyata sumpah guru ayahmu benar terjadi. Bertahun-tahun ayah dan ibumu menunggu kehadiran seorang buah hati. Sampai akhirnya ibumu hamil seorang anak laki-laki yang lahir tepat dimalam saat sumpah serapah guru ayahmu terujar." Jelas kakek itu.

"lalu apa maksud semua ini kek? Apa kematian ayahku ada sangkut pautnya dengan semua ini?" tanyaku penasaran.

"ya. Ayah mu meninggal akibat melindungi nyawa keluarganya. Sumpah gurunya itu akan terus berlanjut ke keturunannya melalui anak laki-lakinya. Jika sumpah ini tidak dihentikan maka akan berlanjut hingga keturunan-keturunan berikutnya". Jawab kakek itu.

"Lalu bagaimana kek cara menyelesaikan ini semua? Apa yang harus aku lakukan?" jawabku dengan perasaan yang sudah tidak karuan.

"hanya dirimu yang bisa menyelesaikan semua ini, bacalah tulisan dikertas itu dan bakar kertas serta gelang itu diatas makam guru ayahmu dan gosokkan abu itu kebatu nisannya" jawabnya sambil berdiri seakan ingin menunjukkan suatu hal.

            Dengan sigap aku mengikuti langkah kakek itu. Melewati kegelapan dan tanpa cahaya sedikitpun aku terus mengikuti langkah kakek itu. Sampai tiba di sebuah makam tua yang sudah tidak terbentuk lagi. Lalu kakek itu menyuruhku melakukan apa yang ia katakan tadi. Tetapi aku berkata bahwa aku tidak bisa membaca tulisan-tulisan ini. Namun tiba-tiba kakek itu mengusap wajahku sambil membacakan sebuah mantra. Benar saja bibirku mulai bergerak dan membaca mantra itu dengan sangat lancar. Lalu aku meletakkan kertas dan gelang yang ada ditanganku diatas makam itu. belum sempat mataku berkedip tiba-tiba kertas dan gelang itu terbakar dengan sendirinya. Setelah semua hangus terbakar kakek menuntunku untuk mengusap abu itu di nisan makam tersebut.

            Belum selesai makam itu kuusapi abu bakaran mantra dan gelang tiba-tiba aku terbangun oleh suara ridho dan pak kades. Aku terbangun di bawah sebuah pohon besar di belakang rumah ini. Kata ridho ketika hendak kekamar mandi ia melihatku sudah terduduk dibawah pohon ini. Saat itu pikiranku sangat kacau. Apa ternyata aku hanya bermimpi? Atau ini benar terjadi. Tanpa berkata apapun aku kembali kekamar dan terduduk diatas tempat tidur. Namun aku merasakan ada sebuah benda yang aku duduki. Ya itu adalah gelang yang sudah kubakar tadi dan di bawah gelang itu terdapat sebuah kertas dengan tulisan aksara jawa. Dan ya aku bisa membaca tulisan itu, seperti apa yang kurasakan saat membaca mantra itu.

Tulisan itu adalah tulisan kakek tua yang sudah membantuku. "Tugasmu sudah selesai nak. Kembalilah ke makam ayahmu sampaikan pesanku dimakamnya. Simpanlah gelang ini, ini adalah gelang buatan ayahmu untuk dirimu. Jaga ibu dan adikmu dengan baik. Setelah ini aku tidak akan mengganggu tidurmu lagi. Selamat tinggal". Setelah membaca surat itu aku segera bergegas membereskan barangku. Lalu mengajak ridho untuk kembali ke kota. Toh menurutku sudah cukup liputan ini.

            Setelah sholat zuhur aku dan ridho berpamitan kepada pak kades untuk kembali ke kota. Pak kadespun melepaskan kami untuk kembali ke kota. Sesampainya di kota aku beristirahat dan memutuskan untuk kerumah ibuku keesokan harinya. Keesokan harinya pagi sekali aku berangkat menggunakan bis menuju kampung halamanku. Aku sudah memberitahu adikku dan ibu bahwa aku akan mengunjungi mereka.

            Sesampainya di kampung ternyata ibu sudah menungguku di depan rumah. Ia tersenyum dan memelukku sambil menangis. Lalu aku berbisik di telinga ibu "ibu semua sudah selesai aku sudah tau semua dan aku sudah menyelesaikannya, sekarang ibu tidak perlu memikirkan dan menghiraukan apapun. Kita akan baik-baik saja bu" setelah mendengar ucapanku pelukan ibu semakin erat dan terpancar senyuman indah diwajahnya. Setelah beristirahat aku, ibu, dan adik menuju makam ayahku yang tidak jauh dari rumah. Disana aku menyampaikan pesan yang sudah dititipkan kakek itu kepadaku. Setelah beberapa dimakam ayah, kamipun kembali kerumah.

            Siang berganti malam, suara burung berganti suara jangkrik. Malam ini aku tidur bersama ibuku atas permintaannya. Melihat ibu tertidur dengan senyuman indahnya aku terharu dan bahagia, sudah lama sekali aku tidak melihat senyuman ibu. Setelah semua ini terjadi aku merasa lega dan bahagia karena sudah mengetahui apa yang selama ini tidak aku ketahui. Tanpa adanya bantuan kakek tua itu mungkin sumpah dan kutukan itu masih berlanjut.    

            Tapi... siapa kakek itu sebenernya? Mengapa dia tau semua tentang keluargaku? Mengapa dia membantu keluargaku? Dan kemana dia pergi? Apakah aku tidak bertemu dia lagi? Aku belum sempat mengucapkan terima kasih padanya dan APAKAH MALAM INI AKU BISA TIDUR DENGAN TENANG? Tanpa tersadarku kantukku mulai tiba dan membuatku tertidur di samping ibukku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun